Tampilkan postingan dengan label Berita. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Berita. Tampilkan semua postingan

Komodo Diusulkan Menjadi Ikon Asean

Jakarta - Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) akan mengusulkan komodo sebagai salah satu ikon Asean Community 2015 karena menjadi satu-satunya sisa binatang purba di dunia.

"Komodo bukan hanya milik Indonesia dan Asean, tapi juga warisan dunia karena itu kami akan usulkan dalam forum kepemudaan di kawasan regional maupun internasional agar jadi ikon bersama," kata Ahmad Doli Kurnia, Ketua KNPI, tadi malam.

Dia berbicara ketika menerima 24 pemuda Asean peserta Asean + 3 Inventors Expo 2011 di lobi Trans TV untuk menghadiri Pameran Foto Komodo dan pemutaran film bersama pakar komodo, Putra Sastrawan.

Doli mengatakan di forum internasional sebelumnya yang digelar KNPI pada Febuari lalu yaitu International Youth Forum on Climate Change, pihaknya juga membawa peserta ke Pulau Komodo untuk menyuarakan pelestariannya sebagai binatang yang masih eksis sejak 60 juta tahun lalu dan hanya di Indonesia.

Doli, yang juga wakil ketua World Assembly of Youth (WAY), mengatakan pihaknya menyambut gembira kegiatan yang digagas kantor Menpora dan Universitas Budi Luhur untuk memberdayakan generasi muda Asean melalui hasil kreasi dan inovasi.

"Menarik sekali ada upaya dari masyarakat sipil Asean untuk membangun kerja sama yang positif dalam pengembangan sumber daya manusia Asean dalam hal peningkatan wawasan dan pemanfaatan tekhnologi tepat guna."

Menurut Doli, kesadaran pertemuan seperti ini penting untuk membangun komunitas Asean yang lebih kuat dan saling memiliki. Apalagi tugas itu bukan hanya di tangan pemerintah di negara-negara Asean.

Halida Hatta, corporate secretary Trans TV, mengatakan pameran foto komodo karya jurnalis kerjasama dengan Yayasan Komodo Indonesiaku adalah upaya menyuarakan pada dunia dengan keunikan flora dan fauna RI

"Keunikan fauna bukan hanya di Pulau Komodo tetapi juga di Garis Wallace yang melalui Kepulauan Melayu antara Kalimantan, Sulawesi, Bali Barat dan Lombok Timur. Program-program TransTV banyak mengenai mengeksplore kekayaan alam Indonesia," tandasnya.

Sementara itu, Linda Islami, dosen yang juga Public Relations Manager Universitas Budiluhur mengatakan Asean+3 Youth Inventors Expo 2011 diikuti perwakilan negara Asean plus China, Jepang dan Korea Selatan.

"Kegiatan berlangsung 5-9 Juni 2011 di tiga tempat yaitu kampus Universitas Budi Luhur, Museum Asia-Afrika Bandung dan Pusat Penelitian & Pengembangan Tekhnologi Serpong," katanya.

Dua peserta dari Thailand, Azima, tercatat sebagai mahasiswa tamu di Universitas Pakuan, Bogor dan Doan Hai Hoang dari Vietnam yang kuliah di President University Cikarang merasa gembira bisa bergabung dengan peserta dari negaranya masing-masing dalam forum pemuda ini.

"Membangun komunitas Asean memang harus memperkuat jaringan kerjasama di kalangan pemudanya sehingga jadi komunitas yang kuat.

Di Vietnam, ujarnya, ada sedikitnya 21 investor yang membangun usaha termasuk Grup Ciputra. Entrepreneurship akan menjadi jembatan memperkuat Asean pula.

Batik Indonesia Dipamerkan di Athena

London, Inggris - Pameran Batik bertema "Sebuah Perjalanan Menuju Jantung Seni dan Budaya" digelar Wali Kota Maroussi dan Kepala Pusat Kebudayaan Maroussi mengundang perhatian warga Yunani yang mengawali kegiatan musim panas setiap tahun di Kota Athena .

Wali Kota Moroussi Giorgios Patoulis dalam sambutan pembukaan pameran yang dihadiri Duta Besar RI untuk Republik Yunani, Ahmad Rusdi, merasa bangga atas pameran barang kerajinan dan seni Indonesia maupun Yunani yang dilakukan di wilayahnya, ujar Sekretaris Kedua KBRI Athena Widya Sinedu kepada Antara London, Selasa.

Wali Kota Giorgios juga menyampaikan apresiasinya dan penghargaan kepada KBRI Athena yang mendukung suksesnya pameran ini, sehingga acara ini dari tahun ke tahun baik dari segi kreatifitas tampilan barang maupun pesertanya terus meningkat.

Pameran yang diadakan dari tanggal 6 Juni hingga 9 Juni mendatang dikunjungi murid, orang tua, pejabat dan warga setempat dengan memamerkan puluhan hasil karya kombinasi tehnik membatik dan seni terapan kontemporer khas Yunani.

Pameran Batik dalam karya seni terapan merupakan salah satu kegiatan yang diselenggarakan secara rutin dengan menampilkan bahan-bahan daur ulang yang disulap menjadi karya seni yang indah.

Duta Besar Ahmad Rusdi, yang merupakan diplomat karier dan putra pengrajin batik asal daerah pesisir Pekalongan merasa kagum dan bangga atas keahlian Ms. Eleni Grafakou, mantan peserta Program Dharmasiswa tahun 2006-2007, yang berhasil mempelajari tehnik membatik di Indonesia selama setahun.

Ms. Eleni Grafakou mendirikan Sekolah Seni bersama orang tuanya yang diikuti ratusan murid dari berbagai usia di Pusat Kursus Seni Terapan di wilayah Maroussi, Athena.

Di hadapan 300 undangan Dubes Ahmad Rusdi secara spontan menyampaikan penghargaan dan sekaligus mengundang Eleni Grafakou, untuk mengunjungi Indonesia kembali dan sekaligus diharapkan dapat menghadiri Kongres Internasional Batik yang diadakan di Jakarta pada akhir tahun .

Pada kesempatan tersebut Dubes menawarkan program Dharmasiswa bagi para undangan yang hadir untuk dapat memanfaatkan kesempatan belajar seni, tari dan bahasa di Indonesia.

Ia juga mempromosikan kekayaan dan keindahan obyek wisata Indonesia yang sangat menarik dan menakjubkan serta mengajak warga Yunani untuk berkunjung dan melihat Indonesia secara langsung.

Pada kesempatan pameran ini, batik hasil karya Ms. Eleni Grafakou beserta murid-muridnya berupa hiasan dinding, taplak meja, pakaian jadi seperti blouse dan kaos, syal, serta selendang dengan berbagai warna warni yang umumnya bermotif orang, gambar binatang dan ikan serta bernuansa motif kontemporer ditampilkan dengan menarik menarik perhatian pengunjung.

Tampilnya batik di pameran ini juga mendominasi sudut-sudut aula Pusat Kebudayaan Maroussi yang telah disulap menjadi ruang pameran kesenian yang dipadukan dengan hasil karya seni murid lainnya berupa perhiasan, pernak-pernik serta dekorasi untuk rumah tangga dan perkantoran.

Pameran batik yang diprakarsai Ms. Eleni Grafakou dengan mendapat fasilitas dari Walikota Marousi dan didukung KBRI Athena merupakan wujud dan jalinan hubungan yang lebih nyata.

Kegiatan kerja sama seperti ini diharapkan dapat meningkatkan persahabatan antara Indonesia-Yunani dalam bidang Kesenian dan Kebudayaan, sehingga melalui pameran tersebut warga setempat dapat mengenal Indonesia secara lebih dekat.

Beberapa undangan yang hadir pada acara pembukaan tersebut menyatakan pernah berkunjung ke Indonesia dan secara langsung menyampaikan kekaguman atas keragaman seni dan budaya Indonesia, adat istiadat hingga keramahan penduduknya.

Upaya Perwakilan RI di luar negeri dalam meningkatkan citra positif Indonesia sebagai bangsa yang kaya akan seni dan budaya di Yunani terus dilakukan, tidak hanya dengan mempromosikan batik sebagai warisan dunia non-benda yang telah diakui oleh UNESCO, tetapi juga mengenalkan cara mempraktekan ataupun tehnik membatik dengan mendatangkan pengrajin dari Pekalongan.

Pada April lalu, KBRI Athena menyelenggarakan Batik Workshop di Athens School of Fine Arts, diikuti siswa dari Universitas dan kepada Women International Club di Athena, Yunani yang diikuti isteri Duta Besar dan pejabat serta seniman setempat dengan mendapat dukungan Direktur Jenderal Pemasaran Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI.

Pemko Pekanbaru Usulkan 906 Formasi CPNS

Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kota Pekanbaru, Drs H Hermanius MM mengatakan pihaknya mengusulkan 906 formasi CPNS di tahun 2011 ini. Usulan tersebut jauh lebih banyak dari tahun lalu. Hal ini dilakukan mengingat banyaknya kekurangan pegawai dari beberapa satuan kerja (Satker) di lingkungan Pemerintah Kota Pekanbaru.

Hermanius memaparkan, dari 906 formasi tersebut, di antaranya untuk tenaga guru sebanyak 548 orang, tenaga kesehatan sebanyak 129 orang dan untuk tenaga teknis sebanyak 229 orang. Jumlah ini lanjutnya, selain untuk mengisi kekosongan posisi para pegawai yang sudah pensiun pada 2011 juga untuk menambah kekurangan jumlah pegawai di beberapa Satker yang ada di lingkungan Pemko Pekanbaru.

"Tahun ini jumlah pegawai yang pensiun sebanyak 203 orang. Sedangkan di tahun 2010 lalu, jumlah pegawai yang pensiun tercatat sebanyak 181 orang," katanya.

Data formasi CPNS 2011 ini tegas Hermanius akan langsung dikirimkan kepada Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan) dan Badan Kepegawaian Nasional. Terkait apakah nantinya semua formasi yang diusulkan itu akan diterima oleh pusat atau tidak, menurut Hermanius hal tersebut belum bisa diketahui. Karena datanya baru akan bisa diketahui setelah adanya pemberitahuan dari Pusat nantinya.

Di sisi lain, Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, khusus untuk tenaga kesehatan, idealnya masih kekurangan 170 orang. Di antaranya untuk tenaga dokter umum, dan dokter spesialis saat ini masih kekurangan sekitar 20 orang. Karena saat ini katanya, setiap Puskesmas Inap baru memiliki tiga orang dokter umum. Seharusnya setiap Puskesmas rawat inap itu perlu enam orang dokter.

"Secara tidak langsung ini akan mengganggu kinerja, karena untuk rumah sakit rawat inap itu, yang seharusnya ditangani oleh enam orang dokter terpaksa dilaksanakan oleh tiga orang dokter. Sementara mereka bekerja 24 jam, disinilah letak ketergangguannya," terang Dahril Darwis.(lim/fuz/jpnn)

Royal Guard Of Honour To Mark His Majesty`s 61st Birthday

Thousands gathered at the Taman Haji Sir Muda Omar `Ali Saifuddien early yesterday morning to witness the Ceremonial Royal Guard of Honour Parade to honour His Majesty`s 61st birthday.

His Majesty`s arrival at the Taman was marked with the beating of the `Hadrah`. Upon arrival, His Majesty was greeted by YAM Pg Lela Cheteria Sahibun Najabah Pg Anak Hj Abdul Aziz followed by the Commander of the Royal Brunei Armed Forces Pehin Datu Lailaraja Major General Dato Paduka Seri Hj Awg Halbi Hj Md Yussof and the Commissioner of Police at the Royal Brunei Police Force Pehin Datu Kerma Setia Dato Paduka Seri Awg Zainuddin bin Jalani.

Accompanying His Majesty were HRH Prince Hj Al-Muhtadee Billah the Crown Prince, HRH Prince Mohamed Bolkiah and HRH Prince Haji Sufri Bolkiah.

When the Monarch stood at the Royal Dais, the National Anthem was played and 21 shots of the cannon were fired to mark the start of the grand celebration of His Majesty`s 61st birthday.

His Majesty then inspected the parade, which involved uniformed personnel from the Royal Brunei Armed Forces and the Royal Brunei Police Force.

Several slow and fast marches by the RBAF and RBPF passed the Royal Dais, accompanied with music played by the armed forces and police bands.

The guard of honour reached its climax when three cheers of the "Daulat" were made by the participants and the crowd. A showcase of Royal Brunei Air Force helicopters and aircraft with 10 helicopters and three fixed-wing aircraft, sliced through the sky, as His Majesty`s loyal subjects looked on while the National Anthem was played signifying the end of the parade.

The morning parade then followed by the audience and an investiture ceremony where His Majesty accorded honours on outstanding people with meritorious titles and awards at the Istana Nurul Iman. Before that, His Majesty addressed the nation in a much-awaited Royal Titah from the palace`s Throne Room.

Later at night, a state banquet was held followed by a display of fireworks.

Source: www.brunei-online.com (19 Juli 2007)

Merajut Kisah Pengungsi Vietnam di Pulau Galang

Oleh Wahyu Satriani Ari

Bila Anda belajar sejarah, pasti ingat dengan peristiwa ratusan ribu penduduk Vietnam bagian selatan melarikan diri meninggalkan kampung halamannya untuk mengungsi ke negara lain pascaperang saudara di Vietnam sekitar 1980-an. Meski telah lama berlalu, Anda dapat melongok kembali kejadian tersebut, bahkan tanpa menggunakan mesin waktu. Saat peristiwa itu terjadi, para pengungsi ini meninggalkan negaranya menggunakan perahu-perahu yang kondisinya memprihatinkan. Dalam satu perahu bisa ditempati 40-100 orang. Berbulan-bulan para pengungsi terombang-ambing di tengah perairan Laut Cina Selatan, tanpa tujuan yang jelas. Sebagian dari mereka ada yang meninggal di tengah lautan dan sebagian lagi dapat mencapai daratan, termasuk wilayah Indonesia, seperti Pulau Galang dan Tanjung Pinang.

Gelombang pengungsi ini menarik perhatian Komisi Tinggi Urusan Pengungsi PBB (UNHCR) dan Pemerintah Indonesia. Pulau Galang, tepatnya di Desa Sijantung, Kepulauan Riau, akhirnya disepakati untuk digunakan sebagai tempat penampungan sementara bagi para pengungsi. UNHCR dan Pemerintah Indonesia membangun berbagai fasilitas, seperti barak pengungsian, tempat ibadah, rumah sakit, dan sekolah, yang digunakan untuk memfasilitasi sekitar 250.000 pengungsi. Di tempat ini, para pengungsi Vietnam meneruskan hidupnya sepanjang tahun 1979-1996, hingga akhirnya mereka mendapat suaka di negara-negara maju yang mau menerima mereka ataupun dipulangkan ke Vietnam. Para pengungsi ini dikonsentrasikan di satu permukiman seluas 80 hektar dan tertutup interaksinya dengan penduduk setempat. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pengawasan, pengaturan, penjagaan keamanan, sekaligus untuk menghindari penyebaran penyakit kelamin Vietnam Rose yang dibawa oleh para pengungsi ini.

Saat ini, bekas kamp pengungsian tersebut dijadikan tempat wisata oleh pihak Otorita Batam sebagai salah satu upaya mewujudkan program Visit Batam 2010. Berkunjung ke tempat ini dapat mengingatkan Anda akan tragedi masa lalu yang menyebabkan ratusan ribu orang harus hengkang dari negaranya untuk mencari perlindungan. Di kawasan ini, pengunjung dapat melihat beberapa monumen dan sisa peninggalan dari kamp pengungsian. Dari sisa-sisa peninggalan ini, pengunjung dapat membayangkan bagaimana para pengungsi Vietnam mencoba bertahan hidup, jauh dari tanah kelahirannya. Pengunjung yang memasuki pulau ini akan disambut dengan Patung Taman Humanity atau Patung Kemanusiaan. Patung ini menggambarkan sosok wanita yang bernama Tinhn Han Loai yang diperkosa oleh sesama pengungsi. Malu menanggung beban diperkosa, akhirnya ia memutuskan bunuh diri. Dalam rangka mengenang peristiwa tragis itulah maka patung ini dibuat oleh para pengungsi.

Pemerkosaan bukanlah satu-satunya tindakan kriminal yang dilakukan oleh para pengungsi. Beberapa dari mereka juga mencuri, bahkan membunuh. Oleh karena itulah sebuah penjara juga dibangun di tempat ini. Penjara ini digunakan untuk menahan para pengungsi yang melakukan tindakan-tindakan kriminal tersebut, juga untuk menahan pengungsi yang mencoba melarikan diri. Selain itu, bangunan penjara ini juga dijadikan markas satuan Brimob Polri yang bertugas di Pulau Galang. Tak jauh dari Patung Taman Humanity, terdapat areal pemakaman yang bernama Ngha Trang Grave. Di sini, dimakamkan 503 pengungsi Vietnam yang meninggal karena berbagai penyakit yang mereka derita selama berlayar berbulan-bulan di laut lepas. Selain itu, depresi mental membuat kondisi fisik mereka semakin lemah. Kini, hampir setiap tahun banyak sanak keluarga dari yang meninggal ini datang ke Pulau Galang untuk berziarah.

Di pulau ini juga terdapat Monumen Perahu yang terdiri atas tiga perahu yang digunakan para pengungsi ketika meninggalkan Vietnam. Dengan perahu seperti itulah mereka selama berbulan-bulan mengarungi Laut Cina Selatan, hingga akhirnya tiba di Pulau Galang dan sekitarnya. Pada tahun 1996, perahu-perahu ini dengan sengaja ditenggelamkan oleh para pengungsi sebagai bentuk protes atas kebijakan UNHCR dan Pemerintah Indonesia yang ingin memulangkan sekitar 5.000 pengungsi. Lima ribu pengungsi ini dipulangkan karena mereka tidak lolos tes untuk mendapatkan kewarganegaraan baru. Mereka tidak hanya menenggelamkan perahu sebagai bentuk protesnya, namun juga dengan membakarnya. Sepeninggal para pengungsi ini, oleh Pemerintah Otorita Batam, perahu ini diangkat ke daratan, diperbaiki, dan dipamerkan ke publik sebagai benda bernilai sejarah, yang mengingatkan pengunjung akan penderitaan para pengungsi tersebut.

Selain itu, berbagai tempat ibadah yang dulu dibangun untuk memfasilitasi pengungsi, juga masih ada hingga kini. Seperti, Vihara Quan Am Tu, Gereja Katolik Nha Tho Duc Me Vo Nhiem, gereja protestan, dan juga mushola. Vihara Quan Am TU, merupakan salah satu tempat ibadah yang paling mencolok di situ. Cat bangunan yang berwarna-warni membuat pengunjung dapat mengenalinya dari kejauhan. Dalam bangunan ini, terdapat tiga patung berukuran besar dengan warna-warna yang mencolok. Di depannya terdapat patung naga raksasa yang seakan menjaga ketiga patung ini. Salah satu dari ketiga patung ini adalah Patung Dewi Guang Shi Pu Sha. Di bawah kaki patung sang dewi, terdapat plakat yang menceritakan bahwa dewi ini dapat memberikan hoki, jodoh, keharmonisan dalam rumah tangga, dan juga dapat memberi kepintaran serta mengabulkan cita-cita bagi anak-anak. Jika ingin mendapat berkat-berkat yang bisa diberikan oleh Dewi Guang Shi Pu Sha, maka pengunjung dapat berdoa, memohon sang dewi mengabulkan permintaan, setelah itu melemparkan koin ke arah dewi tersebut.

Salah satu tempat yang dapat memberikan gambaran jelas kepada pengunjung mengenai kehidupan sehari-hari para pengungsi adalah gedung bekas kantor UNHCR. Memasuki gedung ini, pengunjung dapat melihat foto seribu wajah pengungsi yang pernah tinggal di pulau tersebut. Selain itu, di gedung yang kini difungsikan sebagai kantor resepsionis dan sumber informasi bagi pengunjung, terdapat foto-foto berbagai peristiwa yang terjadi pada orang-orang Vietnam ini selama masa pengungsian. Tempat ini, terletak sekitar 50 km dari pusat Kota Batam. Untuk memasuki pulau ini, pengunjung harus menyusuri Jembatan Barelang dan melewati beberapa pulau lainnya terlebih dahulu. Dari bandara Hang Nadim yang terdapat di Jalan Hang Nadim, Batu Besar Batam, pengunjung dapat menggunakan kendaraan pribadi.

Namun, jika tidak memiliki kendaraan pribadi, juga dapat menggunakan Metro Trans atau angkutan umum di Kota Batam dari Jodoh tujuan Galang dengan tarif Rp 3.000-Rp 5.000. Atau pengunjung juga dapat menyewa taksi yang banyak melintas di sekitar bandara. Biaya sewa taksi memang akan lebih mahal daripada bus, tetapi pengunjung bisa lebih santai untuk menikmati perjalanan ini. Bisa juga dengan sewa mobil dengan biaya Rp 400.000-Rp 500.000 per hari. Untuk memasuki lokasi bekas kamp pengungsi Vietnam ini pengunjung dikenakan tiket masuk seharga Rp 20.000-Rp 25.000 per mobil. Selain itu, berbagai tempat ibadah yang pernah dibangun pada masa pengungsian masih terawat dan dapat digunakan oleh para pengunjung hingga sekarang.
__________
Wahyu Satriani Ari, Jurnalis Surat Kabar KOMPAS

Sumber :http://travel.kompas.com

Menunggu Keseriusan Pemerintah Mengelola Wisata Budaya Cirebon

Oleh Teguh Rata Penuh
Setiap tahun pada bulan Mulud, ribuan orang selama satu bulan penuh selalu berbondong-bondong mendatangi tiga kraton di Kota Cirebon dan Makam Sunan Gunung Jati di Kabupaten Cirebon. Kedatangan masyarakat untuk menyaksikan jalannya rangkaian upacara Muludan berdampak positif bagi peningkatan pendapatan masyarakat Cirebon khususnya.

Pendapatan pedagang dan hotel naik selama peringatan Muludan di Kota Cirebon. Tradisi Muludan atau memperingati Maulid Nabi SAW ternyata bukan sekedar sebuah ritual budaya namun sudah menjadi potensi penambah pendapatan masyarakat Cirebon dan luar kota. Prosesi peringatan Muludan ini berlangsung satu bulan penuh, dan berakhir pada malam hari saat peringatan Maulid Nabi. Puncak peringatan Muludan ini berupa upacara Panjang Jimat, sebuah prosesi pembersihan benda pusaka kraton.

Panjang Jimat dilakukan di tiga kraton, yaitu Kasepuhan, Kacirebonan dan Kanoman. Serta satu peringatan lainnya dilakukan di Makam Sunan Gunung Jati. Puncak peringatan ini dihadiri oleh seribu lebih warga Cirebon dan sekitarnya dan tentunya menjadi magnet bagi para pedagang. Mereka ingin menyaksikan upacara dan tentunya berharap berkah dari air hasil penyucian benda-benda pusaka tersebut.

Di Alun-alun Kraton Kasepuhan contohnya, ratusan pedagang kecil mengais rejeki dan ditengah lapangan sebuah hiburan rakyat juga menambang uang. Pengelola hiburan rakyat mengaku, selama satu bulan penuh membuka usaha komedi putar dan berbagai permainan lain rutin dilakukan setiap tahun. Jika dihitung untuk satu permainan paling murah tiket yang harus dibayar Rp 2.000 pengelola komedi putar tersebut bisa meraih omzet Rp 500.000 hingga Rp 1 juta dalam sehari.

Peredaran uang selama satu bulan selama peringatan Muludan ini diperkirakan mencapai puluhan hingga seratus juta lebih perharinya. Atau bahkan sudah mencapai angka miliaran rupiah, belum pernah ada yang mendatanya. Pedagang makanan khas seperti docang, tahu gejrot, nasi jamblang atau empal gentong merasakan berkah tersendiri dari peringatan muludan ini.

Alun-alun Kasepuhan merupakan lokasi perdagangan Muludan yang paling ramai karena lokasinya yang luas. Namun lokasi peringatan Muludan lainnya juga tak kalah penting dalam meningkatkan perekonomian warga Cirebon seperti di Kraton Kanoman, Kacirebonan dan makam Sunan gunung Jati. Pengunjung yang datang tidak hanya dari warga sekitar namun juga banyak yang datang dari luar kota. Tamu luar daerah ini tentunya harus menginap semalam untuk bisa menyaksikan peringatan Muludan tersebut.

Seorang manager operasional hotel berbintang di Cirebon mengatakan tamu luar kota dengan tujuan khusus untuk menyaksikan puncak peringatan muludan di Cirebon banyak yang menginap dihotelnya. Tamu-tamu tersebut tentunya ikut menambah omzet hotel di Cirebon.Karena selain hotel berbintang, tamu-tamu tersebut juga ingin menginap di hotel kelas melati dengan lokasi tidak jauh dari kraton.

Tingginya tamu yang datang ke Cirebon juga bisa dilihat dari melonjaknya jumlah penumpang KA selama peringatan puncak Muludan. Okupansi KA Argojati dan Cirebon Ekspres diatas 100%. "Sebagian dari mereka sengaja datang Minggu untuk melihat Muludan di Cirebon," kata Rudy, Humas PT KA Cirebon.

Ketua DPRD Kota Cirebon Dahrin Syahrir mengatakan peringatan Muludan merupakan sebuah potensi perekonomian yang sebenarnya bisa mengangkat pendapatan warga Kota Cirebon. "Semua ikut terlibat, pedagang, hotel bahkan biro perjalanan mendapatkan pemasukan dari peringatan ini," katanya. Dia berharap, pemerintah kota dapat bekerjasama dengan para kraton untuk mengelola peringatan Muludan tersebut sebagai sebuah even pariwisata penting tahunan yang menarik wisatawan.

Bukti bahwa tidak adanya keseriusan pemerintah setempat dapat dilihat usai peringatan Muludan tersebut. Sampah bertebaran dimana-mana, serta sejumlah kerusakan kecil bangunan masjid dan kraton. Tidak terlihat tim khusus yang sinergis antara pihak penyelenggara dengan pemkot. Muludan di Cirebon sama saja dengan di Jogja yang dinamakan Sekaten. Tapi Jogja mengemasnya lebih bagus sehingga menjadi salah satu even pariwisata. Cirebon juga harus bisa.
__________
Teguh adalah Jurnalis, Pemerhati Wisata dan Budaya Cirebon

Sumber :http://www.beritacerbon.com

Jangan Ragu Lagi, Datanglah Berwisata ke Aceh!

Oleh: Yuri Alfrin Aladdin

Makam tersebut tampak sederhana, berukuran sekitar 2 X 3 meter, ditembok di setiap sisinya dengan batu-batu koral bertebaran menutupi bagian tengahnya. Aura keagungan yang mistis terkesan menyeruak dari makam yang berada di dalam sebuah bangunan ala pendopo dengan berlantai pualam dan atap berciri bangunan tradisional Aceh.

Di kepala makam pun terlihat plakat bertuliskan bahwa makam tersebut merupakan tempat peristirahatan terakhir salah seorang putra terbaik Aceh sekaligus pahlawan nasional pejuang melawan penjajah Belanda : Teuku Umar Johan Pahlawan.

Makam tersebut terletak di Desa Meugo, sekitar 40 kilometer dari Kota Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Tempatnya terkesan terpencil, seperti tempat persembunyian para pejuang Aceh. Dari tempat parkir mobil, para peziarah harus berjalan kaki sekitar 500 meter menuruni sebuah bukit hutan yang indah.

Serombongan peziarah yang datang dari Jakarta tampak khusuk berdoa dan sebagian membaca Al Quran di samping makam tersebut. Salah seorang peziarah bahkan meminta izin juru kunci makam untuk mengambil sebuah batu koral dari makam tersebut.

"Cuma untuk kenang-kenangan kok. Ini tempat wisata yang belum populer. Banyak rekan-rekan saya di Jakarta yang sudah berkeliling Indonesia tapi belum tahu atau belum berkunjung ke makam Teuku Umar," kata Sadzili, peziarah tersebut.

Hal senada dikemukakan Bupati Aceh Barat Ramli, MS. Menurut dia, makam pahlawan nasional Teuku Umar bisa menjadi salah satu obyek pariwisata yang berpotensi tinggi menyerap wisatawan nusantara dan manca negara.

"Lihat saja, tempatnya indah, dikelilingi hutan dan udara yang sejuk. Sayangnya masih belum populer. Banyak kendala, seperti masalah ketiadaan anggaran pengelolan dan transportasi yang saat ini agak sulit bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke sana," kata Ramli.

Potensi pariwisata Aceh tampaknya akan menjadi salah satu ujung tombak pendapatan asli daerah bagi provinsi tersebut pasca berakhirnya masa tugas Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) NAD-Nias tanggal 16 April 2009.

"Tidak ada lagi perang di Aceh. Rakyat juga telah dapat melupakan trauma bencana tsunami. Saatnya bagi Aceh membangun di semua sektor, termasuk sektor pariwisata," kata Gubernur NAD Irwandi Yusuf kepada ANTARA akhir Desember 2008.

Dikatakan bahwa Aceh memiliki berbagai potensi daerah wisata yang sebagian sudah dikenal para wisatawan nusantara dan mancanegara.

Antara lain, wisata bahari Pulau Weh, wisata religi di Masjid Baiturrahman, Banda Aceh, wisata sejarah di Museum Cut Nyak Dien, di Aceh Besar, wisata alam Danau Laut Tawar di Aceh Tengah serta Taman Nasional Gunung Leuser di Aceh Tenggara yang demikian memesona.

"Kami angat membuka diri jika ada investor yang mau bekerja sama mengelola atau mengembangkan tempat-tempat wisata itu," kata Gubernur.

Dia menjelaskan bahwa selain telah membangun "Tsunami Memorial Park", pihaknya juga akan membuka resmi Museum Tsunami di Banda Aceh, yang akan menjadi tempat kenangan atas bencana mengerikan yang menewaskan sekitar 200 ribu orang tersebut. Tempat itu sekaligus akan menjadi pusat kajian ilmiah tsunami.

Selain itu, kata dia, pihaknya juga bermaksud membangun sebuah tempat wisata unik yang disebut dengan istilah "wisata gerilya" di kilometer 29 antara Kabupaten Aceh Pidie dan Aceh Barat. Lokasi tersebut sebelumnya merupakan salah satu pusat markas pejuang GAM.

"Ide ini menarik. Tujuannya untuk mengenang masa-masa pahit saat terjadi pertikaian bersenjata antara Pemerintah RI dan GAM dulu dan agar jangan sampai hal ini terjadi lagi dan dialami generasi mendatang," kata Kepala Seksi Internasional Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Depbudpar) Betty Anita FG setelah menerima penjelasan langsung mengenai rencana itu dari Gubernur Aceh, Desember 2008 lalu.

Wisatawan Mancanegara
Data Dinas Pariwisata Provinsi NAD menyebutkan , antara tahun 1999 hingga 2003 terdapat sekitar 3.603 wisatawan mancanegara yang berkunjung ke 10 daerah/kota di provinsi tersebut.
Jumlah terbesar berasal dari Jerman dengan jumlah 2.746 orang pada tahun 1999 dan tahun 2003 hanya 133 orang, menyusul Inggris sebanyak 2.196 orang pada tahun 1999 menjadi hanya 119 orang pada 2003.

Pasca tsunami tahun 2004, sekitar 150 negara mengirim perwakilannya ke Aceh dan hingga Maret 2005 tercatat sekitar 7.000 relawan asing tersebar di seluruh Aceh.

Muhammad Hamzah, seorang jurnalis dari Banda Aceh yng bekerja untuk sebuah media berskala nasional, menjelaskan bahwa kehadiran para relawan dalam jumlah besar itu memang sangat bermanfaat dalam menggerakkan perekonomian Aceh.

"Masyarakat Aceh mendapat pemasukan dari jasa rumah penginapan, restoran, kedai kopi, mobil sewaan, pasar, dan pusat-pusat perbelanjaan. Selain itu juga banyak pemuda Aceh yang bekerja membantu lembaga-lembaga swadaya asing tersebut, baik sebagai teknisi, pemandu ataupun penerjemah," kata Hamzah.

Namun demikian, seiring dengan berakhirnya masa kerja BRR NAD-Nias pada April mendatang, maka sebagian besar para relawan asing juga akan mengakhiri masa kerjanya di Aceh.

"Ini yang menjadi tantangan besar untuk Pemprov NAD. Sektor pertambangan tidak bisa lagi diandalkan untuk membuka lapangan kerja bagi para pemuda Aceh. Karena itu sektor pariwisata, jika dikelola dengan baik, dapat menjadi penyelamat bagi para pencari kerja," kata dia.

Kendati Aceh saat ini tengah menikmati masa damai dan terus membenahi infrastrukturnya pascatsunami, ternyata upaya menjaring wisatawan mancanegara dan nusantara juga bukan persoalan mudah.

Hamzah menjelaskan bahwa terdapat persepsi salah yang terlanjur terbentuk di kalangan masyarakat dalam dan luar negeri bahwa NAD adalah provinsi yang tidak aman dan pemberlakuan hukum syariah akan menyulitkan wisatawan non muslim.

"Betul ada hukum syariah di Aceh. Contohnya, keharusan menggunakan penutup kepala bagi wanita. Tapi syariah itu kan cuma berlaku untuk kaum muslim, tidak berlaku untuk mereka yang non muslim. Jadi apa yang dikhawatirkan?" kata Gubernur Aceh Irwandi Yusuf menanggapi hal tersebut.

"Walaupun demikian, kami memang memang mengharapkan para wisatawan juga bersedia untuk menghormati budaya setempat, misalnya dengan tidak berpakaian yang menunjukkan aurat di tempat-tempat umum," kata Irwandi.

Bagaimana dengan situasi keamanan di Aceh saat ini ?
Irwandi menjelaskan bahwa persepsi keliru tersebut muncul akibat adanya pemberitaan-pemberitaan negatif yang terlalu dibesar-besarkan mengenai tindakan kriminal di Aceh.

"Betul rata-rata terjadi sekitar 300 persen angka pencurian kendaraan bermotor dari saat sebelum dan sesudah perdamaian antara Pemerintah RI dan GAM tahun 2005. Demikian pula terjadi peningkatan persentase angka perampokan dengan senjata api sekitar 200 persen. Tapi yang dilupakan media massa adalah kuantitasnya yang sangat sedikit dibanding Medan atau Jakarta," kata Irwandi Yusuf, yang sebelumnya adalah seorang pemimpin GAM.

Gubernur menjelaskan, misalkan sebelum perdamaian Helsinki tahun 2005 rata-rata terjadi peristiwa perampokan bersenjata sekitar dua kali dalam sebulan di Banda Aceh, kini saat masa damai naik menjadi enam kali. "Tapi coba Anda bandingkan dengan Kota Medan yang jumlahnya bisa ratusan kali dalam sebulan. Ini kan tidak sebanding," kata dia.

"Aceh saat ini aman. Saya tantang Anda untuk jalan-jalan malam-malam. Saya jamin Anda aman. Aceh saat ini jauh lebih aman daripada Jakarta dan Medan. Jangan ragu lagi, datanglah berwisata ke Aceh," kata Irwandi bersemangat.

Tampaknya Irwandi benar. Saat tengah malam rombongan wartawan dari Jakarta berjalan-jalan dan minum kopi serta makan durian di kedai-kedai di sudut Kota Banda Aceh, tidak terasa lagi aura menakutkan yang menyelimuti seperti di masa lalu, saat terjadinya bentroan antara GAM dan Pemerintah RI.

"Yang dipikirkan rakyat Aceh saat ini adalah bagaimana meningkatkan perekonomian mereka. Tidak ada lagi ide untuk memisahkan diri menjadi negara sendiri. Itu masa lalu," kata Muhammad Hamzah.

Sumber : http://www.antara.co.id

Yogyakarta Harus Perluas Pasar Wisata Internasional

Yogyakarta - Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), pada 2010 harus memperluas pasar wisata internasional, sehingga jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang mengunjungi daerah ini terus meningkat.

"Memperluas pasar wisata internasional harus dilakukan, apalagi dari Yogyakarta sudah ada penerbangan langsung ke luar negeri pulang-pergi," kata Ketua Forum Silaturahmi Insan Pariwisata (Fosipa) Indonesia Sarbini di Yogyakarta, Jumat.

Menurut dia, memperluas pasar wisata internasional hendaknya dibarengi dengan promosi wisata ke berbagai negara, dengan tujuan untuk menggaet wisman agar datang ke DIY.

"Untuk itu, promosi pariwisata Indonesia termasuk Yogyakarta di luar negeri perlu digalakkan," katanya.

Ia mengatakan promosi selain untuk mengenalkan kembali objek wisata yang ada di DIY, juga karena daerah ini sebagai destinasi pariwisata unggulan.

Meskipun DIY sudah lama dikenal sebagai destinasi wisata unggulan, menurut Sarbini promosi pariwisata harus terus dilakukan guna menarik minat wisatawan berkunjung ke daerah ini.

"Tanpa promosi, DIY sebagai daerah tujuan wisata bisa ditinggalkan dan dilupakan, apalagi daerah tujuan wisata lain di Indonesia terus berlomba-lomba menggencarkan promosinya, baik di dalam maupun luar negeri," katanya.

Ia mengatakan promosi pariwisata tidak bisa hanya dilakukan sendiri-sendiri, tetapi harus dikerjakan bersama oleh para pemangku kepentingan pariwisata daerah ini yaitu pemerintah provinsi dalam hal ini Dinas Pariwisata, dengan para pelaku usaha wisata.

Selain upaya tersebut, kata dia, DIY sebagai daerah tujuan wisata harus memiliki daya tarik wisata, sehingga wisman yang berkunjung ke daerah ini akan membawa kenangan tersendiri setelah pulang ke negara asalnya, dan diharapkan suatu saat nanti mereka kembali berkunjung ke Yogyakarta.

"Apalagi DIY memiliki potensi berupa ragam wisata dari objek yang ada, atraksi seni dan budaya, desa wisata, wisata minat khusus, serta wisata alam, baik pantai maupun pegunungan , katanya.

Sarbini menyebutkan Fosipa beranggotakan para pelaku usaha pariwisata se Jawa-Bali, sebagian Sumatra, dan beberapa daerah lain di luar Pulau Jawa.

"Sebagai bagian dari pemangku kepentingan pariwisata, komitmen Fosipa adalah memajukan sektor pariwisata dengan menyelenggarakan sarasehan, lokakarya, serta pameran pariwisata," katanya.

Sumber: http://www.antaranews.com

Pesawaran Kembangkan Wisata Air Terjun Wiyono

Pesawaran - Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung, berencana mengembangkan potensi Wisata Alam Air Terjun Wiyono, berbasis komunitas. Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Pesawaran, Mahmud Yunus, didampingi Kabid Pariwisata, A. Muhaldin, mengatakan, dengan dikelolanya objek wisata alam air terjun berbasis komunitas dapat meningkatkan daya tarik pariwisata dan melibatkan berbagai pihak di daerah tersebut.

Ia mengatakan, pengembangan objek wisata alam berbasis komunitas itu, akan dilaksanakan dan dibangun oleh beberapa organisasi atau para pihak yang terkait, baik langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan wisata alam.

"Berbasis komunitas, dimana semua pihak yang terkait harus memiliki kepedulian dan komitmen untuk melaksanakan pengembangan objek wisata alam ini," ucapnya Jumat (22/1/2010)

Sebelum pengembangan, lanjut dia, terlebih dahulu diidentifikasi siapa saja pihak-pihak yang berkepentingan terhadap objek wisata alam tersebut. "Setelah seluruh pihak yang terkait telah memiliki kesepakatan dalam pengembangan objek wisata tersebut maka barulah pelaksanaan pengembangan wisata alam dapat dilaksanakan," ujarnya menjelaskan.

Pihak-pihak yang terkait dalam mendukung pelaksanaan pengembangan ini antara lain Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Tahura WAR Dishut Provinsi Lampung, masyarakat sekitar lokasi, sejumlah LSM, dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pesawaran yang bertanggung jawab terhadapa pengelolaan wisata alam tersebut.

Selain itu, lanjut dia, pelaku wisata swasta yang dalam hal ini para operator wisata, termasuk pengelola resort yang ada di kawasan wisata. "Pelaku wisata swasta dilibatkan dalam pengembangan tersebut, karena pada dasarnya bmerekalah yang memiliki pasar wisata tersebut," katanya.

Wisata Air Terjun Wiyono, di Desa Wiyono, Gedongtataan, Kabupaten Pesawaran, lokasinya sekitar 30 kilometer dari Bandarlampung, dan kerap dikunjungi warga, khususnya pelajar yang melakukan perkemahan di sekitar air terjun itu.

Sumber: http://travel.kompas.com

Nekara 1.000 Tahun Belum Dipindahkan ke Museum

Mataram - Nekara perunggu berusia sekitar 1.000 tahun dikhawatirkan hilang atau rusak, kalau tetap disimpan di kantor Desa Pringgabaya, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Kepala Museum Negeri Provinsi NTB, R Joko Prayitno di Mataram, Kamis mengatakan, mulai tahun 2009 pihaknya berencana memboyong benda peninggalan sejarah tersebut untuk dijadikan koleksi museum, namun tidak tersedia anggaran dari APBD untuk membayar ganti rugi.

"Sejak tahun 2009 saya mengajukan anggaran untuk memberikan ganti rugi nekara perunggu tersebut, namun gagal termasuk tahun 2010 juga tidak tersedia dana untuk keperluan tersebut, karena itu benda cagar budaya tersebut belum bisa disimpan di museum," ujarnya.

Menurut dia, total dana APBD tahun 2010 untuk museum NTB hanya Rp900 juta, sama besarnya dengan alokasi anggaran tahun 2009, tidak tersedia anggaran untuk membayar ganti rugi dan penambahan koleksi.

Joko mengatakan, tahun 2010 ini pihaknya mengharapkan dana dari APBD untuk membayar ganti rugi sejumlah peninggalan sejarah yang selama ini masih disimpan oleh masyarakat guna menyelamatkan benda purbakala itu dari kemungkinan hilang atau rusak.

Benda-benda peninggalan sejarah yang kini masih disimpan masyarakat, antara lain nekara perunggu yang ditemukan di Pringgabaya, Kabupaten Lombok Timur berusia sekitar 1.000 tahun lebih, benda peninggalan sejarah berupa karya seni rupa di Kabupaten Dompu dan benda etnografi di Sumbawa.

Ia mengatakan, nekara perunggu yang karakternya sama dengan yang ditemukan di Gianyar Bali itu sudah beberapa tahun disimpan di kantor desa, sehingga dikhawatirkan hilang atau rusak, karena itu harus segera dipindahkan ke museum.

Pada awalnya benda peninggalan sejarah itu tetap dipertahankan oleh masyarakat Desa Pringgabaya, namun sekarang mereka setuju kalau nekara itu disimpan di museum asal diberikan ganti rugi.

Ia mengatakan, seharusnya nekara berusia 1.000 tahun itu sudah menjadi koleksi museum, namun pada APBD 2010 tidak dianggarkan dana ganti rugi padahal di dalam UU No. 5/1992 dan PP No. 10/1995 tentang cagar budaya mengharuskan pemda menganggarkan dana untuk ganti rugi benda-benda peninggalan sejarah.

Nekara perunggu yang ditemukan secara tidak sengaja terkena alat berat ketika pembuatan jalan di Pringgabaya dari segi spesifikasi karakter dan bentuk berbeda dengan dua nekara koleksi Museum Negeri NTB terdahulu.

Benda peninggalan sejarah yang ditemukan di Pringgabaya belum diketahui secara pasti dari mana asalnya, karena penemuannya secara tidak sengaja dan tidak melalui penggalian sesuai aturan arkeologi, berbeda dengan dua nekara lainnya berasal dari Kebudayaan Dongson dari Ana Kamboja.

Di masa lampau nekara berfungsi sebagai genderang untuk memanggil hujan dan perlengkapan upacara kematian.

Dua nekara yang telah menjadi koleksi Museum Negeri Provinsi NTB ditemukan di lereng Gunung Tambora Sumbawa dan Sambelia Lombok Timur yang merupakan peninggalan kebudayaan Dongson Kamboja, abad IV pada masa perunggu.

Sumber: http://oase.kompas.com

Saatnya Tana Toraja Jadi Objek Wisata Favorit


Penulis : Adinda Putri

JIKA Anda diminta untuk menyebutkan kawasan wisata terindah di Indonesia, pasti yang langsung teringat di kepala Anda mungkin hanya Kuta di Bali, Pantai Senggigi di Lombok atau Taman Nasional Bunaken. Mengapa tidak mencoba memasukkan Tana Toraja menjadi dalam daftar perjalanan liburan Anda berikutnya?

Terletak sekitar 350 km sebelah utara Makassar, Tana Toraja ini terkenal dengan bentuk bangunan rumah adatnya bernama Tongkongan. Tongkongan terlihat unik karena beratapkan daun nipa dan memiliki strata sesuai derajat kebangsawanan masyarakat seperti emas, perunggu, besi dan kuningan.

Selain itu, batu grafit dan batuan lainnya, serta birunya pegunungan di kejauhan setelah melewati pasar Desa Mebali, akan terlihat masyarakat yang sedang beternak domba. Pemandangan terlihat kontras dengan padang rumput yang hijau subur, limpahan makanan di tanah tropis yang indah.

Daya tarik lainnya adalah upacara pemakaman yang biasa disebut Rambu Tuka. Di Tana Toraja, mayat untuk sementara waktu disimpan di Tongkanan. Jangka waktu ini tidak ditentukan, bahkan bisa lebih dari 15 tahun berada disana sampai keluarganya memiliki biaya untuk melakukan upacara yang pantas bagi si mayat. Selanjutnya setelah upacara selesai digelar, barulah mayat di masukkan dalam goa.

Tengkorak-tengkorak itu menunjukan pada kita bahwa mayat itu tidak dikuburkan tapi hanya diletakan di batuan, atau di bawahnya, atau di dalam lubang. Biasanya, musim festival pemakaman dimulai ketika padi terakhir telah dipanen. Biasanya akhir Juni atau Juli, dan paling lambat bulan September.

Tidak hanya sampai di situ, Anda juga dapat mengunjungi batu Tomonga yang artinya adalah batu yang mengarah kea wan. Dari tempat ini kita bisa melihat banyaknya batuan vulkanik yang bermunculan dari hamparan sawah. Dan beberapa batu raksasa yang menjadi Goa. Benar-benar pemandangan yang indah dan menjadikan Tana Toraja terlihat subur dan hijau.

Masih kurang puas? Anda juga wajib melakukan perjalanan dari Rantepao ke Kete yang merupakan desa tradisional dengan kerajinan tangan khas Toraja. Di belakang desa di bagian bukit ada goa yang ukuranya sudah lebih tua dari ukuran orang hidup.

Bagi Anda yang ingin menginap di tengah kota, di sana terdapat banyak pilihan hotel. Namun jika Anda ingin liburan yang tak terlupakan, Anda bisa tidur di salah satu rumah bersama masyarakat sekitar desa.(*/Ol-5)

Sumber : http://www.mediaindonesia.com

Desa Wisata Pelengkap Warisan Budaya

Timbuktu Harthana
Target Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jambi adalah membawa Candi Muaro Jambi masuk dalam daftar warisan dunia (world heritage list) menyusul Candi Borobudur dan Prambanan, yang 19 tahun lebih awal telah tercatat di daftar itu. Perlahan, kawasan di sekitarnya mulai dibenahi dan disiapkan menjadi desa wisata, dengan harapan cita-cita besar tersebut segera tercapai. Setidaknya, Candi Muaro Jambi harus bersaing dengan kampung Tana Toraja di Sulawesi Selatan dan sistem subak di Bali yang telah masuk dalam daftar sementara Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO), yang menilai dan menetapkan sebuah situs layak disebut sebagai warisan dunia. Untuk itu, butuh kerja keras dosir (berkas dan dokumen) tentang Candi Muaro Jambi yang dibuat Pemerintah Provinsi Jambi bersama Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jambi, akhir tahun 2009, untuk mampu meyakinkan UNESCO.

Selain itu, banyak hal yang harus disiapkan agar itu terwujud. Salah satunya adalah menata masyarakat sekitar candi supaya lebih peduli dan memanfaatkan Candi Muaro Jambi sebagai bagian dari kegiatan hidup mereka. ”Kami menargetkan, tahun 2015 Candi Muaro Jambi sudah masuk sebagai warisan dunia,” ujar Agus Widiatmoko dari Bagian Publikasi dan Dokumentasi BP3 Jambi.

Sebagai kompleks percandian kuno sisa peninggalan masa keemasan agama Buddha di Nusantara, sekitar abad VII-XIV, Candi Muaro Jambi menyimpan keagungan budaya yang belum tergali. Lebih-lebih kehidupan masyarakatnya, yang kaya nilai-nilai kegotongroyongan, kepedulian sosial, dan kebersamaan. Bahkan, senyum ramah warga Desa Muaro Jambi, desa terdekat dengan kompleks candi, merupakan modal kuat desa tersebut menjadi desa wisata.

Berjarak 35 kilometer arah utara Kota Jambi, atau 45 menit jika ditempuh dengan kendaraan bermotor melewati jalan darat, Candi Muaro Jambi ternyata bisa diakses lewat jalur Sungai Batanghari.

Menggunakan perahu ketek, dari kawasan wisata Tanggo Rajo di pusat Kota Jambi, waktu tempuhnya tak lebih dari 30 menit. Jika ingin merasakan budaya sungai masyarakat Jambi, rute Batanghari bisa menjadi pilihan. Ongkosnya sekitar Rp 200.000-Rp 250.000 per perahu ketek untuk 10-15 orang.

Tidak seperti tiga empat tahun lalu, sekarang ini jalan menuju Candi Muaro Jambi semuanya beraspal. Rute menuju ke candi pun banyak pilihan, yakni melalui daerah Olakkemang, sembari mampir ke pusat perajin batik khas Jambi, atau melalui rute lama, lewat Sengeti. Lebih disarankan lewat rute Olakkemang karena bakal banyak dijumpai rumah panggung berarsitektur kuno dengan ukiran kayu Jambi lama. Tentunya menarik sekali untuk diabadikan dengan kamera foto atau direkam dengan kamera video.

Masuk ke kawasan kompleks percandian, beberapa pemuda desa di pos keamanan menyapa ramah para pengunjung yang datang. Gaya mereka santai, tetapi tetap sopan. Di antaranya adalah Brata dan Abdul Haviz yang tergabung dalam Paguyuban Pemuda Candi Muaro Jambi (PPCMJ). Mereka siap menjadi pemandu bagi wisatawan yang haus informasi tentang candi. Mereka juga mitra dari BP3 Jambi, yang secara tak langsung menjadi garda depan pelestarian candi.

Biasanya, pemandu akan mengantar wisatawan keliling ke lokasi-lokasi candi yang telah dipugar, seperti Candi Gumpung, Candi Tinggi, dan Tinggi I, Candi Kembar Batu, Candi Gedong, hingga ke Candi Astano. Pastinya sedikit melelahkan, apalagi di tengah hari yang terik. Sebab, jarak antarcandi sekitar 200-400 meter dan itu harus ditempuh dengan berjalan kaki melewati jalan setapak bersemen selebar 1 meter.

Dalam perjalanan menyusuri candi dan menapo yang mengubur reruntuhan candi akan dijumpai sejumlah masyarakat desa yang memiliki kebun buah- buahan di sekitar candi. Pohon durian, rambutan, dan duku paling banyak ditanam di sana. Buah duku Jambi yang berukuran besar dan berasa manis itu kebanyakan dikirim ke Jakarta dan dijual dengan label duku Palembang. Maklum, duku Palembang sudah punya nama, sedangkan duku Jambi belum dikenal orang. Padahal, rasanya sama enaknya. Sruupp....

SinergiRata PenuhKesadaran masyarakat mengelola Candi Muaro Jambi sebagai aset pariwisata sudah membenih. Bahkan, menurut tuo tenganai (tokoh masyarakat) di Desa Muaro Jambi, Adam Huri (63), sebagian warga berkeinginan sektor pariwisata Candi Muaro Jambi dikelola bersama pemerintah daerah dan masyarakat desa sekitar kompleks candi. Harapannya, tidak ada warga yang tergusur dari tanah mereka, tetapi warga malah diajak mengelola dan menciptakan fasilitas-fasilitas pendukung pariwisata.

Adam yang juga mantan guru meminta masyarakat jangan sampai digusur atau hanya sebagai penonton. ”Kami tidak mau seperti kasus warga di sekitar Candi Borobudur yang terabaikan. Masyarakat harus diberdayakan,” kata Adam.

Misalnya, menjadikan bekas pemilik lahan menapo sebagai juru pelihara candi. Sejumlah warga juga mulai menyulap rumahnya menjadi rumah inap (home stay) bagi wisatawan yang ingin bermalam dan mengenal kehidupan penduduk lokal Muaro Jambi. Tarifnya sekitar Rp 250.000 per malam.

Abdul Havis yang biasa disapa Ahok menambahkan, PPCMJ terus mencari model-model kegiatan wisata untuk menarik masyarakat mengunjungi Candi Muaro Jambi. Mulai dari mengundang siswa SD di Kabupaten Muaro Jambi agar mereka bisa bercerita kepada keluarganya di rumah hingga gagasan wisata berburu durian. Paket wisata berburu dan menunggu durian runtuh itu terbilang sederhana, tetapi banyak wisatawan asing yang ternyata suka melakukannya.

Ada dua pondok berbentuk rumah panggung sederhana berukuran 4 x 5 meter yang disiapkan, beserta toilet sederhana, bagi turis yang ingin bermalam di kebun menunggui durian jatuh. ”Turis asing suka mendengar bunyi durian yang jatuh, buukk..., tetapi kalau makan durian, mereka tidak doyan,” kata Ahok.

Soal promosi, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jambi terbilang getol menawarkan Candi Muaro Jambi sebagai obyek wisata unggulannya. Tiap pameran pariwisata sampai kerja sama dengan biro perjalanan wisata juga telah digagas. Kini, kunjungan wisatawan di candi ini mencapai 600 orang per bulan dari yang sebelumnya di bawah 500 orang per bulan. Kepala Bidang Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jambi Guntur mengatakan, tamu dinas ataupun swasta yang datang ke Kota Jambi pasti diajaknya ke kompleks percandian.

Mempertahankan tradisi
Gagasan desa wisata tampaknya cocok dikembangkan di perkampungan di sekitar Candi Muaro Jambi. Sebab, perkampungan di pinggir Sungai Batanghari ini masih menyisakan beberapa rumah panggung berarsitektur Jambi lawas, termasuk menyediakan perahu sebagai alat transportasi terpenting mereka saat Sungai Batanghari banjir. Bagi orang luar Jambi, hal ini adalah daya tarik yang tak pernah mereka dapati saban hari.

Tradisi gotong royong tetap terjaga sampai sekarang, mulai dari mengadakan pesta pernikahan, melakukan panen raya, sampai mengurus pemakaman. Jika salah satu keluarga menggelar acara pernikahan, tiap warga desa wajib menjadi panitianya. Entah sebagai juru masak atau hanya sebagai penjemput piring yang dipinjam dari kampung tetangga. Semuanya harus terlibat.

Saat ada warga yang meninggal, keluarga yang ditinggalkan tak perlu repot memikirkan prosesi pemakaman karena semuanya diurus oleh persatuan kematian. Warga yang datang melayat umumnya menolak jika disuguhi makanan dan minuman, sebagai bentuk belasungkawa mereka. Seperti adat di Jawa, para betina, sebutan bagi perempuan Jambi, membawa beras satu kaleng susu, sedangkan kaum jantannya (laki-laki) biasanya menyumbang uang secara sukarela.

Tradisi ini pun mutlak berlaku bagi pendatang yang menetap di desa mereka. ”Dimano tembilang tercacak, di situ tanam tumbuh. (Maksudnya, di mana kita tinggal, kita harus mengikuti tradisi yang berlaku),” kata Adam Huri yang memberi gambaran tradisi masyarakat desanya yang berbenah menjadi desa wisata, seperti desa wisata yang menjamur di Yogyakarta dan Bali.

Sumber : http://cetak.kompas.com

Naskah Kuno Lampung di Luar Negeri

Museum Lampung memastikan, sebanyak 400 naskah kuno Lampung tersimpan di museum-museum di luar negeri, sedangkan yang tersimpan di Museum Lampung hanya sekitar 34 buah. Hal itu menyulitkan bagi para peneliti yang hendak melakukan pengkajian tentang budaya atau kehidupan Lampung masa lalu.

Kepala Museum Lampung Pulung Swandaru, Selasa (21/10), mengatakan, dari inventarisasi koleksi dan dari penelusuran mengenai naskah-naskah kuno Lampung di luar negeri, diketahui naskah kuno Lampung tersimpan di 20 perpustakaan milik museum atau lembaga penelitian di luar negeri.

Beberapa negara yang diketahui menyimpan naskah kuno Lampung antara lain Belanda, Denmark, Inggris, dan Jerman. Di Belanda, naskah kuno Lampung tersimpan di lembaga penelitian Koninklijk Instituut Voor de Tropen, Amsterdam, dan di lembaga penelitian Koninklijk Instituut voor Taal di Leiden
.
Di Denmark, naskah kuno Lampung diketahui disimpan di Museum Nasional atau Nationalmuseet. Di Inggris, naskah kuno Lampung disimpan di Brynmor Jones Library, University of Hull. Ada pun di Jerman, naskah kuno Lampung tersimpan di Museum fur Volkerkunde, Berlin; Museum fur Volkerkunde, Leipzig; Bayerische Staatsbibliothek, Muenchen; dan di Linden Museum, Stuttgart. (HLN)

Sumber: http://www.kompas.com

Three Gorges Dam, Tembok Besar China yang Membendung Sungai Yangtze


Tembok besar China yang kita kenal dibangun oleh Kaisar Qin Shi Huang untuk melindungi China dari invasi bangsa mongol dari utara, namun Three Gorges Dam, tembok besar China sepanjang 2,3 km lebih ini dibangun untuk melindungi bagian hilir sungai Yangtze dari banjir. Proyek monumental ini selain untuk mengontrol banjir juga menghasilkan listrik sebesar 22,5 GW dan merupakan pembangkit listrik tenaga air terbesar kedua setelah bendungan Itaipu di Amerika Selatan.

Tembok raksasa Three Gorges terletak di Provinsi Hubei, sampai tahun 2007 Three Gorges Dam adalah bendungan terbesar di dunia, lebih dari lima kali ukuran Hover Dam di Amerika Serikat. Panjang rentang bendungan 2.335 meter dengan ketinggian mencapai 185 meter. Lebar bendungan bagian atas 40 meter sedangkan bagian bawah hampir tiga kalinya yaitu 115 meter.

Three Gorges (tiga lembah), yang mengisyaratkan pada nama tiga lembah (Qutang, Wuxia dan Xiling) yang menjadi reservoir bendungan ini, memang betul-betul raksasa. Pembangunannya harus memindahkan 1,3 juta penduduk, mengeruk sekitar 134 juta meter kubik tanah, membutuhkan 28 juta meter kubik beton dan 463 ribu ton baja, setara baja yang dibutuhkan untuk membangun 63 menara Eiffel. Panjang reservoir bendungan mencapai 600 km dan dapat menampung 39,3 km kubik air sungai Yangtze. Total kapasitas pembangkit listrik mencapai 22.500 MW yang dapat mensuplai listrik sekitar 84,7 TWh.

Bendungan Three Gorge direncanakan bisa melindungi 1,5 juta hektare lahan pertanian dan kota di kawasan dataran Jianghan dan danau Dongting dari ancaman banjir. Kawasan tersebut dihuni tidak kurang dari 15 juta penduduk. Menurut pejabat China Three Gorges Project Corporation, bendungan didesain untuk mencegah banjir 10 tahunan, mengontrol kemungkinan banjir 100 tahunan dan bahkan banjir 1000 tahunan. Banjir yang diakibatkan luapan sungai Yangtze, sungai terpanjang ketiga di dunia, memang bukan banjir yang bisa dianggap remeh. Pada periode seratus tahun terakhir, banjir telah menewaskan sedikitnya satu juta orang. Banjir terakhir pada tahun 1998 memakan korban sekitar 1000 orang tewas dan kerugian sekitar 12,5 milyar dolar Amerika.

Ide pembangunan tembok raksasa ini berasal dari yaitu Dr. Sun Yat Sen, Presiden Republik China pertama pasca periode kekaisaran yang juga dikenal sebagai Bapak China Modern, pada tahun 1919 . Tetapi karena keterbatasan dana, Pemerintah China membangun bendungan Gezhouba yang lebih kecil sebagai pendahuluan sekaligus uji coba. Namun Gezhouba walaupun lebih kecil, tetap saja bendungan yang besar jika kita bandingkan dengan bendungan yang ada di Indonesia.

Bendungan Gezhouba terletak di kota Yichang, Provinsi Hubei. Pembangunan bendungan Gezhouba mulai dibangun pada akhir tahun 1970 dan selesai pada akhir tahun 1988. Gezhouba mampu membangkitkan listrik sebesar 2.71 GW listrik dengan produksi rata-rata pertahu mencapai 14,100 GWh. Panjang bendungan hampir mencapai 2,6 km dengan ketinggian maksimum 47 meter mampu menampung air sebanyak 1.58 km³. Untuk lalu lintas kapal, tersedia tiga jalur (ship lock) dengan panjang 280 m dan lebar 34 mampu dilewati kapal dengan tonase hingga 10.000 ton.

Kembali pada bendungan Three Gorges, setelah mendapat persetujuan Kongres Nasional Rakyat pada 3 April 1992, proyek monumental ini baru dapat dimulai. Konstruksi pertama dilakukan pada tahun 1994 dan secara umum dapat dikatakan pekerjaan struktur selesai pada 20 Mei 2006, sembilan bulan lebih cepat dari perkiraan.

Pengisian bendungan dimulai pada Juni 2003, bagaiamanapun juga proses instalasi generator pembangkit listrik masih dalam proses dan baru dapat beroperasi penbuh pada tahun 2009. Tembok raksasa tiga lembah ini akan memiliki 32 generator dengan kapasitas masing-masing 700 MW. Empat belas terpasang di sisi utara bendungan dan dua belas terpasang di sisi selatan. Enam lagi generator terletak di bawah tanah di bawah pegunungan selatan bendungan.

Mengacu data The National Development and Reform Commission of China, pembangkit listrik Three Gorge akan sangat berperan dalam pengurangan emisi gas rumah kaca. Jika dihitung secara kasar, konsumsi batubara per kWh pembangkit listrik tenaga uap membutuhkan 366 gram batu bara (2006), maka pembangkit listrik tenaga air terbesar kedua di dunia ini mampu mengurangi konsumsi batubara sebanyak 31 juta ton per tahun. Hal ini berarti pengurangan emisi karbon dioksida sebanyak 100 juta ton, jutaan ton abu terbang, satu juta ton sulfur dioksida penyebab hujan asam, 370 ribu ton nitrogen oksida, 10 ribu ton karbon monoksida, dan sejumlah mercury yang cukup signifikan.

Menurut Xinhua Net, sampai jam 12 siang tanggal 14 Mei 2007, pembangkit listrik Tiga Lembah ini telah menghasilkan secara total lebih dari 160 TWh listrik . Ke-empat belas generator di sisi utara bendungan telah selesai dipasang dan pertama kali beroperasi secara penuh 9800 MW pada 18 Oktober 2006 ketika level ketinggian air mencapai 156m.

Listrik yang dihasilkan dijual pada perusahaan BUMN jaringan listrik dengan harga $ 32.5 US per MWh atau 3,25 cent US$ per kWh. Sembilan provinsi dan dua kota mengkonsumsi listrik dari Three Gorge termasuk Shanghai. Listrik yang dihasilkan di bagi dalam tiga jalur distribusi yaitu transmisi 500 kV DC ke East China Grid dengan kapasitas 7.200 MW, transmisi 500 kV AC ke Central China Grid dengan kapasitas 1.200 MW dan transmisi 500 kV DC South China Grid dengan kapasitas 3000 MW, yang terakhir untuk mensuplai propinsi Guangdong. Desain awal, listrik yang dihasilkan dari Three Gorge bisa mensuplai 10% kebutuhan listrik China, namun karena pertumbuhan permintaan listrik yang luar biasa akibat kemajuan ekonomi hanya bisa mensuplai kurang dari sepertiganya.

Diperkirakan, dana yang dibutuhkan sampai proyek ini tuntas adalah sebesar 22,5 milyar dolar Amerika, 20 milyar dolar lebih rendah dari perkiraan awal. Penghematan ini efek dari rendahnya inflasi China pada beberapa tahun terakhir. Dana pemangunan tersebut diperoleh dari pendapatan penjualan listrik bendungan Genzhouba, pinjaman, surat hutang perusahaan, pendapatan penjualan listrik sebelum dan sesudah Three Goorges beroperasi penuh dan pendapatan dari penerimaan tambahan dari beberapa propinsi. Setiap propinsi yang menerima listrik dari Three Gorges diwajibkan membayar tambahan dana sebesar US $0.90 per MWh. Propinsi yang tidak menerima listrik diwajibkan membayar US $0.51 per MWh kecuali Tibet. Diperkirakan dengan pola seperti ini biaya akan dapat tertutup setelah Three Gorges memproduksi 1000 TWh atau sekitar 10 tahun lagi.

Aw/berbagai sumber

Sumber : http://www.energiterbarukan.net

Pintu Bendungan Walahar Jebol

KARAWANG--Pintu satu Bendungan Walahar di Desa Walahar, Kecamatan Klari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, diduga jebol akibat kelemahan struktur yang kondisinya sudah tua.

Hal itu diperparah dengan arus sungai yang besar, sehingga pintu bendungan tidak kuat menahan arus sungai tersebut, kata Kepala Divisi II Bendungan Walahar Perusahaan Umum Jasa Tirta II Jatiluhur, Slamet, di Karawang, Selasa.

"Penyebab itu hanya dugaan, atau kemungkinan saja. Kalau penyebab pastinya, belum diketahui, karena masih diteliti. Jumlah kerugiannya juga bisa disampaikan," ujarnya.

Dikatakannya, sampai saat ini pihaknya tengah melakukan antisipasi agar dampak jebolnya satu pintu Bendungan Walahar itu tidak berlangsung lama. Bahkan, pada Selasa sore ini pihaknya berusaha menurunkan pintu darurat untuk menahan air.

Hal itu dilakukan dengan menggunakan "crane" atau alat pengangkat dan menurunkan pintu bendungan.

Sementara itu, Kepala Bagian Usaha Operasi dan Pemeliharaan Divisi II Bendungan Walahar

Perusahaan Umum Jasa Tirta II Jatiluhur, Abu Syukur, mengatakan, pada saat pintu bendungan jebol, kondisi air dalam keadaan normal. Sedangkan pintu bendungan yang dibuka itu dua pintu, yakni pintu tiga dan empat.

"Kalau secara keseluruhan, pintu Bendungan Walahar itu ada lima pintu. Tapi, yang sering dilakukan buka tutup hanya empat pintu," katanya.

Sementara itu, Bendungan Walahar merupakan bendungan yang dibuat Belanda pada masa penjajahan, tepatnya pada 1925. Pembangunan bendungan itu bertujuan untuk menahan banjir di wilayah utara Karawang dan untuk mengairi 87.396 hektare areal persawahan di wilayah Karawang hingga Subang.

Setelah mulai digunakan pada 1925, Bendungan Walahar direnovasi pada 1989 dan hingga kini belum direnovasi kembali. ant/pur

Sumber : http://www.republika.co.id

Sumber photo : http://fitanto.blogspot.com

Sekilas proyek : Karau Irrigation Sub Project

royek Irigasi Karau terletak di desa batu putih, ampah, kecamatan dusun tengah , Kabupaten Barito TImur, Kalimantan Tengah. Proyek pembangunan Bendung dan saluran irigasi ini memakan dana LOAN dari JBIC Rp. 58.454.554.552,73. Dana sekitar 70% untuk pembangunan Bendung dan 30 % untuk pembangunan Saluran. Proyek ini dikerjakan oleh PT. SAC NUSANTARA dan Konsultan tergabung dalam PTSL II dibawah Bendera NIPPON KOEI Japan , PT. Virama Karya (BUMN) serta Tata Guna Patria (TGP).

Target pembangunan bandung selesai pada september 2009. Karena fungsinya yang sangat urgen maka tak pelak bendung karau ini sangat-sangat dinantikan oleh penduduk serta masyarakat. Dapat mengairi sepanjang 30 Km sampai daerah bambulung.

Sumber : http://anakampah.wordpress.com

Pemkab Tak Seriusi Pariwisata

Jadi Prime Mover, Alokasi Dana Minim

TONDANO—Keseriusan Pemkab Minahasa mengelola pariwisata diragukan. Meskipun memiliki potensi obyek pariwisata yang eksotik, namun sebagian obyek peninggalan bersejarah itu mulai terlupakan. Padahal di sisi lain, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Minahasa sebagai instansi terkait mengakui, pariwisata sebagai prime mover pembangunan di Minahasa disamping sektor pertanian. “Kami tetap berkomitmen untuk meningkatkan potensi obyek pariwisata, karena prime mover Pemkab Minahasa adalah sektor pertanian dan pariwisata. Meskipun alokasi dana kecil namun Disparbud bersama seluruh elemen masyarakat tetap optimis untuk menata semua obyek pariwisata di daerah ini,” sergah Kadisparbud Minahasa Drh Frederik Rotinsulu didampingi Kabag Humas Vicky Tanor SIP MSi.

Menurut keduanya, obyek pariwisata ini sangat potensial yang bisa mendatangkan pasokan retribusi bagi daerah ini. Referensi koran ini menunjukan beberapa obyek pariwisata yang terlantar seperti, goa Jepang yang ada di Tonsea Lama Kecamatan Tondano Utara dan di Kawangkoan, loji Tondano yang sudah kusam, tempat permandian pasir putih di Lembean Timur, dan pantai indah Makalisung serta Watu Pinabetengan di Tompaso. “Obyek pariwisata memang banyak, tapi tidak terawat,” ujar Grace Sangari dan Joubert, warga Makalisung.

Menurut mereka seharusnya, semua obyek pariwisata ini seharusnya ditata seapik mungkin karena Minahasa sejak dulu dikenal memiliki ragam kebudayaan yang nota bene memiliki nilai yang tinggi. “Meskipun punya potensi obyek pariwisata yang besar, tapi kalau tidak diurus sama juga bohong,” ungkap mereka. (old)

Sumber : http://mdopost.com

Taman Sukasada Dilengkapi Perahu Tradisional

DENPASAR--MI: Pengelola Taman Sukasada, Ujung, Kabupaten Karangasem, Bali melengkapi lokasi wisata tersebut dengan fasilitas perahu tradisional yang juga dikenal dengan sebutan jukung.

"Di sini ada dua jukung bermesin tempel sejak dua minggu lalu sebagai upaya memanjakan pengunjung yang mulai banyak sejak musim liburan sekolah, baik anak-anak setempat maupun wisatawan luar negeri," kata seorang operatur perahu jukung, I Ketut Suardika di Amlapura, Rabu (24/6).

Ia mengaku bahwa turis asing yang berkunjung ke dearah itu sangat senang menumpang perahu di taman yang lokasinya agak tinggi sehingga dapat menyaksikan pemandangan laut dengan hutan yang menghijau, keindahan Gunung Agung yang dikombinasikan dengan persawahan yang hijau.

"Turis asing senang menyewa jukung di sini," tutur Suardika, sambil menyebutkan bahwa taman ini biasa disebut Istana Air Ujung.

Sementara seorang turis asal Singapura yang mengaku bernama Irvan cukup senang bisa merasakan naik perahu tradisional sehingga mampu menyaksikan keindahan alam yang menakjubkan, karena ada perpaduan antara laut, dataran rendah dan gunung.

Ia mengungkapkan kekagumannya itu setelah naik perahu bersama empat rekannya menelusuri kolam yang cukup luas sambil menyaksikan pemandangan alam di Taman Sukasada yang terletak 75 km timur dari Denpasar itu.

Istana Air Ujung yang dikonstruksi oleh raja terakhir Karangasem, I Gusti Bagus Jelantik, yang memerintah antara 1909 - 1945, dibangun untuk menyambut dan melayani tamu-tamu penting dan raja-raja dari negara retangga dan keluarga kerajaan.

Taman itu telah diumumkan sebagai objek wisata budaya mengingat dianggap sebagai satu dari warisan budaya yang ada di Kabupaten Karangasem. Sejumlah bangunan di kawasan itu merupakan kombinasi dari arsitektur Bali dan Eropa, yang dilengkapi dengan tiga kolam besar dan luas.

Dari kolam itulah wisatawan yang menumpang perahu bisa menyaksikan keindahan laut, persawahan dan gunung. Lokasi ini juga dapat dipersiapkan bagi turis asing yang datang ke Bali dengan menggunakan kapal pesiar mewah.

Wisatawan yang datang ke Bali lewat pelabuhan laut di Bali timur itu, sebelum ke Denpasar bisa menyaksikan keindahan alam dari taman Ujung, berupa panorama alam Bukit Putung dan Pura Besakih yang merupakan tempat persembahyangan Umat Hindu terbesar di Pulau Dewata.

Pemerintah daerah bersama komponen pariwisata saat ini aktif menambah lokasi wisata menarik di daerah ini yang diharapkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang datang ke Bali terus bertambah banyak. (Ant/OL-06)

Sumber : http://www.mediaindonesia.com

Marawola Siap Kembangkan Wisata Air Terjun

KECAMATAN Marawola sepertinya tak mau ketinggalan start. Untuk menindaklanjuti program Pemkab Sigi yang mendorong masing-masing kecamatan unggul dalam pemanfaatan potensi wilayahnya, maka Kecamatan Marawola pun mulai merencanakan pengembangan potensi wisata air terjun di daerah tersebut.

Wisata air terjun yang terletak di Desa Lebanu Kecamatan Marawola, dalam waktu dekat akan dirumuskan oleh pihak kecamatan mengenai sistem pengelolaannya. Potensi air terjun di desa tersebut sangat menjanjikan apabila pengelolaannya dilakukan dengan baik.

“Pihak kecamatan sudah merencanakan teknis pengelolaan air terjun di Desa Lebanu. Sebelum menjadi obyek wisata yang ramai dikunjungi, tentunya pengenalan terhadap obyek wisata air terjun itu adalah hal yang tidak bisa dikesampingkan,’’kata Camat Marawola Drs Muhammad Nuim Hayat, Kamis (25/6) lalu.

Akses transportasi, baik roda dua maupun roda empat sangat mendukung untuk sampai ke obyek wisata air terjun Lebanu. Sebagai langkah pengenalan terhadap obyek wisata itu, pihak kecamatan berencana akan menggagas kegiatan kemah bersama. Kemungkinan besar, selain melibatkan masyarakat setempat, kemah bersama juga akan mengundang kecamatan-kecamatan di Kabupaten Sigi untuk ikut berpartisipasi.

Kata mantan camat Kinovaro ini, akan memberi dampak positif bagi masyarakat Lebanu jika air terjun di desa tersebut menjadi daerah kunjungan wisata. Warung-warung akan didirikan di sekitar lokasi air terjun, dimana pengelolalaannya diutamakan masyarakat setempat. Jika sudah berkembang, tinggal bagaimana menggugah rasa memiliki masyarakat setempat untuk tetap menjaga lokasi wisata. “Peluang untuk memberi lapangan pekerjaan baru kepada warga terbuka lebar. Wisata air terjun di Lebanu cuku menjanjikan,’’kata Nuimhayat optimistis.

Bahkan kalau masyarakat punya keinginan untuk mengelola wisata alam itu, pihak kecamatan sangat memberikan apresiasi. Tinggal koordinasi saja ke kecamatan, bagaimana teknis pengembangannya agar ramai dikunjungi warga setiap hari liburan tiba. Obyek wisata menurut Nuim Hayat, punya dua tips utama mengenai cara mengelolalanya jika benar-benar menjadi pilihan kunjungan pelancong. Apa itu? Yakni terjaminnya keamanan dan kebersihan tempat obyek wisata. Jika ini yang dijaga, dia yakin Desa Lebanu akan unggul dalam pengelolaan wisata air terjun.

“Silakan masyarakat melakukan kreatifitas. Kami selaku pemerintah, sangat memberi dukungan jika kegiatan masyarakat terutama pemuda, dalam hal yang positif,’’ demikian Nuim Hayat.(fri)

Sumber: http://www.radarsulteng.com