Bandung - Keragaman khasanah budaya Indonesia tampak nyata terlihat dalam gelaran Pesona Kain Nusantara di Museum Sri Baduga Jalan BKR. Keindahan 191 kain tradisional dari seluruh provinsi di Indonesia dipamerkan dari tanggal 7 Juni-20 Juni 2009.
Kepala Balai Pengelolaan Museum Sri Baduga Pramaputra menyatakan acara tersebut merupakan salah satu agenda nasional Direktorat Permuseuman Nasional. Secara berkala setiap tahunnya masuk ke dalam agenda museum provinsi. Untuk tahun ini Museum Sri Baduga menjadi tuan rumah penyelenggaraan sekaligus bertepatan dengan ulang tahun museum yang ke-29.
"Tahun lalu pameran dilakukan di Kalimantan. Tahun ini bagian Museum Sri Baduga," ujar Pramaputra ditemui detikbandung di ruang kerjanya.
Setidaknya ada 17 Museum Negeri Provinsi, 3 Museum Daerah dan 1 lembaga dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah yang turut serta.
Dari 191 kain yang dipamerkan, sebanyak 37 kain berasal dari daerah Jawa Barat. "Usia kain yang paling tua berasal dari abad ke -16 pada masa Kerajaan Galuh," tambah Pramaputra. Dengan konsep story line pada setiap objek kain, pengunjung bisa mengetahui sejarah dan falsafah kain tersebut.
Akan menghadirkan wawasan baru. Karena masyarakat tidak hanya bisa mengenal batik, ulos atau songket. Ragam nama kain dengan kekayaan motif, corak, warna dan motif yang berbeda tapi tetap indah.
Menurut Pramaputra kegiatan ulang tahun Museum Sri Baduga kali ini adalah yang ketiga kalinya dibuat secara gebyar. "Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, selepas gunting pita langsung sepi," ujar Pram.
Museum, imbuh Pram bukan hanya untuk menyimpan koleksi tapi juga sebagai sarana rekreasi. Agar sebuah cerita bisa disampaikan ke masyarakat diperlukan pengemasan yang bagus.
Diharapkan dengan acara yang sifatnya perayaan bisa mengubah paradigma masyarakat tentang museum. Museum bukan hanya identik dengan fosil, artefak atau arca tapi berbicara tentang museum berarti menunjuk pula kepada logam, kujang termasuk kain.
"Kita ingin membagi kegembiraan dengan masyarakat," ujarnya. (Ema Nur Arifah)
Sumber: http://bandung.detik.com
Kepala Balai Pengelolaan Museum Sri Baduga Pramaputra menyatakan acara tersebut merupakan salah satu agenda nasional Direktorat Permuseuman Nasional. Secara berkala setiap tahunnya masuk ke dalam agenda museum provinsi. Untuk tahun ini Museum Sri Baduga menjadi tuan rumah penyelenggaraan sekaligus bertepatan dengan ulang tahun museum yang ke-29.
"Tahun lalu pameran dilakukan di Kalimantan. Tahun ini bagian Museum Sri Baduga," ujar Pramaputra ditemui detikbandung di ruang kerjanya.
Setidaknya ada 17 Museum Negeri Provinsi, 3 Museum Daerah dan 1 lembaga dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah yang turut serta.
Dari 191 kain yang dipamerkan, sebanyak 37 kain berasal dari daerah Jawa Barat. "Usia kain yang paling tua berasal dari abad ke -16 pada masa Kerajaan Galuh," tambah Pramaputra. Dengan konsep story line pada setiap objek kain, pengunjung bisa mengetahui sejarah dan falsafah kain tersebut.
Akan menghadirkan wawasan baru. Karena masyarakat tidak hanya bisa mengenal batik, ulos atau songket. Ragam nama kain dengan kekayaan motif, corak, warna dan motif yang berbeda tapi tetap indah.
Menurut Pramaputra kegiatan ulang tahun Museum Sri Baduga kali ini adalah yang ketiga kalinya dibuat secara gebyar. "Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, selepas gunting pita langsung sepi," ujar Pram.
Museum, imbuh Pram bukan hanya untuk menyimpan koleksi tapi juga sebagai sarana rekreasi. Agar sebuah cerita bisa disampaikan ke masyarakat diperlukan pengemasan yang bagus.
Diharapkan dengan acara yang sifatnya perayaan bisa mengubah paradigma masyarakat tentang museum. Museum bukan hanya identik dengan fosil, artefak atau arca tapi berbicara tentang museum berarti menunjuk pula kepada logam, kujang termasuk kain.
"Kita ingin membagi kegembiraan dengan masyarakat," ujarnya. (Ema Nur Arifah)
Sumber: http://bandung.detik.com