Pesona Priangan di Taman Budaya

Oleh ricky reynald yulman

Beruntung bagi mereka yang sempat berkunjung ke Taman Budaya Jawa Barat, sepanjang pekan lalu. Sebab di tempat sejuk ini berlangsung Pesona Budaya Priangan yang digelar 26 - 30 Mei 2009. Bukan cuma pameran, tapi juga workshop, diskusi seni dan pagelaran seni.

Kasi Pemanfaatan Balai Pengelolaan Taman Budaya Jabar, Yadi Hayadi, menjelaskan pada kegiatan yang berlangsung lima hari pihaknya berusaha merangkul para seniman dari 10 kota/kabupaten di wilayah Priangan.

"Rata-rata 100 pengunjung tiap hari, menikmati pameran aneka kriya kreasi para perajin. Di Galeri Teh ada pameran lukisan dan patung. Pengunjung pun bisa menikmati aneka sajian kuliner khas daerah di Priangan," terang Yadi.

Dari beberapa agenda, pameran kriya tampak mendapat perhatian khusus para pengunjung. Sebab para perajin menampilkan kreasi eksotis dan unik. Di antaranya profil wajah manusia dari akar bambu, ukiran mini di batang pohon dan tulang sapi, dan aneka fashion dari kemasan saset.

Menurut Yadi, pameran menampilkan potensi seniman di daerahdaerah di Jawa Barat, telah menjadi agenda rutin tahunan. Namun ditampilkan ke masyarakat secara bertahap tiap wilayah. "Sejauh ini respons pengunjung sangat baik. Sebab melalui pagelaran seni budaya seperti ini mereka juga bisa mengikuti workshop gratis," ujarnya.

Penanggungjawab pameran lukisan dan patung, Zufli Akmansyah, menambahkan, sepanjang even digelar tiga kali workshop dasardasar melukis dan menggambar model. Kebanyakan peserta berasal dari pelajar SD dan SMP di seputaran Kota Bandung.

"Ternyata bukan cuma anak-anak yang senang. Para orangtua dan guru pun bisa ikut menikmati. Mereka benar-benar menyambut positif kegiatan workshop sampai ada yang minta waktu workshop yang cuma satu jam bisa ditambah lagi," jelas seniman berambut sebahu ini sambil tersenyum.

Di satu sisi Zufli menilai even seperti Pesona Budaya Priangan, merupakan ajang bagi para seniman di daerah-daerah untuk mengaktualisasikan diri ke hadapan publik melalui karya-kara mereka.

"Rata-rata mereka menekuni seni lukis, patung, maupun kriya, secara otodidak. Tidak jarang mereka jadi korban broker yang berorientasi keuntungan semata. Padahal potensi dan hasil kreasi mereka tidak kalah dengan para seniman yang belajar di perguruan tinggi," terang Zufli yang telah dikenal publik lewat lukisan penari ronggeng.

Karya-karya seniman, perupa, maupun perajin dari daerah-daerah di Priangan, lanjut Zufli, terasa memiliki karakter kuat. Terutama kedekatan mereka terhadap alam serta tradisi masyarakat di lingkungan sekitarnya. (ricky reynald yulman)

Tak Cuma Seniman yang Berharap
BUKAN
cuma seniman dan perajin kriya yang meramaikan ajang Pesona Budaya Priangan. Para kreator makanan khas pun ikut serta dengan menampilkan kreasi kuliner andalan mereka. Di antaranya peserta dari Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Bandung Barat.

Kebanyakan peganan khas dibuat dalam skala rumah tangga. Ketika usaha mulai berkembang beberapa di antara mereka kemudian membentuk kelompok maupun komunitas melibatkan warga sekitar. Namun langkah buat melanjutkan usaha serta mengembangkan usaha mereka rasakan masih cukup jauh.

Uus Jayusman (58), pengurus Koperasi Komunitas Saguling, menjelaskan anggota koperasi yang dibina Indonesia Power itu sedang gencar mengangkat lebih 10 jenis makanan khas Kabupaten Bandung Barat. Di antaranya wajit, keripik singkong, comring, rangginang, ikan pepetek, dan lainnya.

"Hasilnya sudah dipamerkan di tingkat Jawa Barat dan nasional di Jakarta. Tapi kalau dilihat lagi, kemasan makanan masih sangat sederhana. Padahal kalau dibantu pembinaan membuat kemasan yang baik dan diberi tambahan modal, para perajin yakin bisa mengembangkan usaha," ungkap Uus.

Sumber: http://www.tribunjabar.co.id