Museum Lampung berencana untuk masuk ke 150 desa di tujuh kabupaten di Lampung dan berpameran mulai Februari 2008. Selain untuk memperkenalkan koleksi museum, upaya tersebut dilakukan untuk menggali kekayaan cagar budaya Lampung dan melestarikan kekayaan tersebut.
Kepala Museum Lampung, Pulung Swandaru, Kamis (10/1) mengatakan, upaya museum masuk ke desa tersebut merupakan upaya untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat Lampung bahwa museum bukan hanya merupakan gudang koleksi benda-benda bersejarah atau benda-benda cagar budaya, melainkan merupakan tempat untuk memperkenalkan dan mengenal budaya Lampung yang sesungguhnya.
Untuk itu, saat masuk ke desa, petugas museum akan menggelar beberapa koleksi museum kepada masyarakat. Sehingga masyarakat tidak saja mengenal benda-benda cagar budaya Lampung, melainkan juga tergerak untuk mengeluarkan koleksi-koleksi benda-benda cagar budaya milik desa adat yang selama ini disimpan secara pribadi. ”Saat masuk ke desa dan berpameran, kami juga ingin menggali potensi benda cagar budaya yang belum terekspos,” kata Pulung. Pihak museum berharap bisa mendata dan mendapat izin untuk menyimpan atau membuat replika benda-benda cagar budaya itu untuk pelestarian.
Dari catatan Museum Lampung, saat ini terdapat lebih dari 5.000 koleksi benda-benda cagar budaya Lampung. Koleksi itu berupa benda-benda keramik; naskah-naskah kuno dari daun lontar; benda-benda tekstil; alat-alat rumah tangga; senjata seperti keris, tombak, dan samurai; hingga benda-benda arkeologi. Selain koleksi tersebut, diperkirakan sampai saat ini banyak benda-benda cagar budaya yang masih disimpan masyarakat di pedesaan berpenduduk suku Lampung asli. Benda-benda tersebut belum terekpos dan disimpan di museum untuk penyelamatan.
Berdasarkan catatan asal koleksi museum, desa-desa yang kaya potensi benda-benda cagar budaya itu terdapat di Kabupaten Lampung Barat, Tanggamus, Lampung Selatan, Tulang Bawang, Lampung Timur, Lampung Tengah, dan Way Kanan. “Di tujuh kabupaten itu kami akan mengunjungi 150 desa sumber cagar budaya Lampung,” papar Pulung. (HLN)
Sumber: http://www2.kompas.com