ANGIN berembus semilir, menciptakan gelombang-gelombang kecil di permukaan air danau yang bening. Di tengah danau terdapat daratan yang ditumbuhi ribuan pohon gelam (Melaleuka leucadendron) dengan daun- daunnya yang mungil berwarna hijau muda.
DANAU Teluk Gelam di Kecamatan Tanjung Lubuk, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan (Sumsel), suatu pagi di awal Januari 2005, itu masih menawarkan pesona alam yang menawan. Matahari yang kala itu tertutup mendung, membuat udara yang sejuk terasa lebih dingin.
Selain pemandangan alam Danau Teluk Gelam itu juga menawarkan fasilitas olahraga air yang menantang. Di pinggiran danau terdapat dermaga untuk dayung dan ski air, lengkap dengan menara start dan finis, pondok pemandu (align’s hut), serta pembuatan tribun untuk penonton.
Tak jauh dari situ berdiri 34 rumah panggung kayu bertipe 45 dan 70, yang bisa digunakan untuk menginap atau beristirahat sementara waktu.
Bagi mereka yang ingin bermalam bisa menginap di Hotel Teluk Gelam yang berdiri megah di pinggir danau. Hotel dua lantai dengan arsitektur modern itu terdiri atas dua bangunan, masing-masing memiliki 24 kamar.
Pondok-pondok di belakang hotel bisa jadi tempat untuk makan sambil ngobrol santai atau memancing ikan di danau. Jika bosan duduk-duduk, pengunjung bisa berjalan-jalan mengitari jalan melingkar yang mengelilingi separuh danau. Areal parkir di tempat ini cukup luas, dengan jalan masuk yang beraspal mulus.
Begitulah, Danau Teluk Gelam yang terletak di areal seluas 250 hektar itu merupakan obyek wisata sekaligus sarana olahraga yang memadai. Danau yang terletak di tepi jalan lintas Sumatera, sekitar 92 kilometer tenggara Palembang, ini termasuk salah satu tempat yang dipoles habis-habisan untuk mendukung pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) XVI di Sumsel akhir Agustus-September 2004.
Saat itu danau besar ini menjadi ajang perlombaan dayung dan ski air dengan fasilitas bertaraf nasional. Sebenarnya ide pengembangan Danau Teluk Gelam telah digagas sejak tahun 1990-an.
Pembangunan berbagai fasilitas itu mendapat momentum ketika terpilih sebagai salah satu tempat penyelenggaraan cabang dayung dan ski air pada PON XVI. Setidaknya pembangunan danau itu menelan biaya Rp 31,9 miliar dari APBD Kabupaten Ogan Komering Ilir dan APBD Provinsi Sumsel, yang dikucurkan sejak tahun 2001 hingga pertengahan 2004.
DENGAN potensi dan fasilitas seperti itu, sesungguhnya Danau Teluk Gelam bisa menjadi alternatif tempat wisata yang menarik di tengah minimnya obyek wisata di Sumsel. Para pengunjung bisa berolahraga air, mandi, berenang, memancing, atau sekadar berkeliling.
Hanya saja, setelah pelaksanaan PON XVI, keindahan dan fasilitas Danau Teluk Gelam seperti dibiarkan kesepian. Minim sekali wisatawan domestik, apalagi asing yang berkunjung. Pada hari libur nasional atau Minggu, puluhan orang berkunjung, dan selebihnya, obyek wisata itu kesepian.
Ketika Kompas bermalam di Hotel Teluk Gelam, suasana sepi begitu terasa. Pada malam itu ternyata tidak ada tamu lain yang menginap di hotel megah tersebut. Gerimis yang terus turun sejak sore hari menyebabkan malam terasa semakin mencekam.
Di hotel hanya ada beberapa petugas keamanan dan pelayan. Di luar, hanya ada satu warung yang buka di kompleks tempat wisata itu. Sementara dari kejauhan, dentuman suara house music, jelas terdengar. Ketika didekati, suara musik ingar-bingar itu berasal dari sebuah warung remang-remang di tepi jalan lintas timur Sumatera. Di warung juga sepi pengunjung, sedangkan di tempat parkir hanya ada satu mobil patroli polisi dan satu mobil truk.
Nasrudin, Koordinator Pengelola Hotel Teluk Gelam, mengatakan, pengunjung yang menginap di hotelnya pada hari-hari kerja sekitar lima orang per hari atau bahkan kurang dari lima orang. Jumlah pengunjung meningkat menjadi sekitar 14 orang saat libur.
Hotel tersebut memiliki sejumlah jet-ski yang biasa disewakan kepada pengunjung seharga Rp 300.000 per jam, serta speed boat dengan harga sewa Rp 150.000 per jam. "Setiap hari minggu rata-rata ada 10 orang yang menyewa jet-ski. Saat Lebaran atau hari libur besar, pendapatannya naik hingga Rp 5 juta sehari. Tetapi, hari biasa jarang ada yang menyewa," katanya.
Menurut staf pengelola Hotel Teluk Gelam, Reza Pahlevi, tidak semua pengunjung memanfaatkan fasilitas olahraga atau hotel. Banyak juga mereka yang datang hanya untuk bersantai sambil makan-makan di pondokan atau memancing ikan di danau. "Banyak pengunjung yang datang untuk memancing. Beberapa waktu lalu, ada yang mendapat ikan belida besar, beratnya lima kilogram," katanya.
Jumlah pengunjung sebenarnya dapat dipacu dengan menyelenggarakan event besar, seperti perlombaan, pertunjukan musik, atau acara lain. Tetapi, setelah pelaksanaan PON XVI, peristiwa seperti itu jarang diadakan. Menurut Mujahid, pelaksana teknis perlengkapan, berbagai fasilitas olahraga pascapelaksanaan PON XVI diarahkan untuk pelatihan ski air yang ditangani pembina Pemkab Ogan Komering Ilir.
DIBANDINGKAN dengan danau lain di Sumsel, Danau Teluk Gelam punya beberapa keistimewaan. Salah satunya, letak danau ini cukup strategis sehingga mudah dijangkau masyarakat, yaitu berada di jalan lintas timur (jalintim) Sumatera, tepatnya di ruas antara Palembang-Lampung.
Danau alam yang luas ini tidak pernah mengering, meski pada musim kemarau. Air danau ini juga jernih dan dihuni berbagai jenis ikan lokal yang langka, seperti ikan belida.
Selain itu, banyak kalangan yakin, beberapa buaya juga hidup di situ dan sempat dikhawatirkan mengancam keselamatan atlet ski air dan pedayung, saat dilaksanakan PON XVI tahun 2004 lalu.
"Meski sepi dan jauh dari permukiman, sampai kini danau ini aman. Belum ada kejadian yang mengganggu pe- ngunjung," kata Gusman, Koor- dinator Keamanan Danau Teluk Gelam. (ilham khoiri/agus mulyadi)
Sumber: http://www2.kompas.com