Panji Saprang

Menurut pararaton perkawinan antara Ken Angrok dengan Ken Dedes melahirkan empat tiga orang putra dan seorang putri. Berikut adalah petikan Praraton:

“ Setelah lama perkawinan Ken Angrok dan Ken Dedes itu, maka Ken Dedes dari Ken Angrok melahirkan anak laki laki, bernama Mahisa Wonga Teleng, dan adik Mahisa Wonga Teleng bernama Sang Apanji Saprang, adik panji Saprang juga laki laki bernama Agnibaya, adik Agnibaya perempuan bernama Dewi Rimbu, Ken Angrok dan Ken Dedes mempunyai empat orang anak ”

Ken Dedes selain melahirkan anak dari Ken Angrok dia juga melahirkan anak hasil perkawinan sebelumnya dengan Tunggul Ametung. Keterangan Ken Dedes melahirkan anak dari Tunggul Ametung terdapat dalam Pararaton. Anak dari Tunggul Ametung diberi nama Sang Anusapati. Berikut ini adalah kutipan Pararaton:

“Setelah genap bulannya Ken Dedes melahirkan seorang anak laki laki, lahir dari ayah Tunggul Ametung, diberi nama Sang Anusapati dan nama kepanjangannya kepanjiannya Sang Apanji Anengah”

Pada zaman kerajaan memiliki istri lebih dari satu bukan merupakan suatu hal yang aneh. Ken Angrok Selain memiliki istri Ken Dedes dia juga memiliki istri Ken Umang dan dikaruniai tiga orang putra dan satu putri, yaitu Panji Tohjaya, Panji Sudatu, Tuan Wregola dan Dewi Rambi. Keterangan yang menyatakan Ken Angrok memiliki anak dari Ken Umang berasa dari Pararaton:

“Ken Angrok mempunyai isteri muda bernama Ken Umang, ia melahirkan anak laki laki bernama panji Tohjaya, adik panji Tohjaya, bernama Twan Wregola, adik Twan Wregola perempuan bernama Dewi Rambi ”

Nama dari Panji Saprang memang tidak banyak diketahui kabarnya setelah diceritakan dalam Pararaton, bahwa Panji Saprang anak Ken Angrok dari Ken Dedes. Penyebab tidak ada keterangan mengenai Panji Saprang selanjutnya mengindikasikan bahwa dia tidak terlibat dalam kekuasaan kerajaan setelah ayahnya Ken Angrok meninggal. Anak Ken Angrok yang terlibat dalam pemerintahan adalah Anusapati dan Panji Toh Jaya.

Kepustakaan
Muljana, Slamet. 1983. “Pemugaran Persada Sejarah Leluhur Majapahit”. Jakarta: Inti Idayu Press

Muljana, Slamet. 1979. “Nagarakretagama dan Tafsir sejarahnya”. Jakarta: Bhratara

Poesponegoro, M.D. dkk. 1990. Sejarah Nasional Indonesia Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka.

Sumber : http://www.wacananusantara.org