Benteng Oranye, Markas VOC Yang Terlantar

Oleh : Iriyanto,
Benteng Oranye merupakan salah satu peninggalan Kolonial Belanda yang sampai sekarang masih berdiri dan terletak di pusat kota Ternate, Propinsi Maluku Utara. Bangunan benteng ini merupakan salah satu saksi kekuasaan Kolonial Belanda di wilayah Kepulauan Maluku dan Indonesia Timur.

Kondisi Benteng Oranje saat ini sangat memprihatinkan, terlebih ketika pemanfaatan benda cagar budaya tidak sesuai dengan fungsi dan tujuan pemeliharaan peninggalan bersejarah. Di dalam benteng telah lama digunakan sebagai lokasi pemukiman dan balai pengobatan (poliklinik) masyarakat, khususnya adalah dari TNI dan Kepolisisan. Hadirnya bangunan-bangunan baru yang tidak sesuai dengan kondisi bangunan lama, menambah panjang daftar ketidaksesuaian tersebut. Ketidaksesuaian ini menghasilkan terbengkalainya situs Benteng Oranje. Terkelupas dan tergantikannya dengan yang baru lapisan tembok adalah pemandangan yang menonjol. Ketidakpedulian penghuni benteng akan arti pentingnya Benda Cagar Budaya menambah kerusakan lingkungan benteng. Kesan kumuh muncul ketika di seluruh penjuru, terutama pada ruang antar tembok pagar benteng di lantai II, ditumbuhi oleh tanaman liar dan buangan sampah yang menggila. Di sekitar benteng, pada sisi timur dan selatan, rapat dengan kios-kios masyarakat yang semakin menambah kekumuhan akibat semrawutnya pengelolaan lahan.

Benteng ini dibangun pada tahun 1607 oleh Cornelis Matelief de Jonge (Belanda) dan diberi nama oleh Francois Wittert pada tahun 1609. Benteng Orange ini semula berasal dari bekas sebuah benteng tua yang didirikan oleh orang Melayu dan diberi nama Benteng Malayo. Di dalam benteng ini pernah menjadi pusat pemerintahan tertinggi Hindia Belanda (Gubernur Jenderal) yaitu Pieter Both, Herald Reynst, Laurenz Reaal dan Jan P. Coen. Di benteng ini pernah pula dijadikan sebagai markas besar VOC di Hindia Belanda hingga Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen memindahkan markas besarnya ke Batavia pada tahun 1619. Benteng ini mampu menunjukkan kemampuan manfaaat daya pertahanannya terhadap serangan Spanyol, ketika Spanyol menyeberang secara diam-diam pada malam hari dari benteng Gammalamma (Kastela) melalui lorong yang sukar dengan 250 orang tiba di benteng Oranje waktu subuh, dapat dipukul mundur oleh Belanda dalam pertempuran seru satu lawan satu. Belanda dengan empat puluh orang prajuritnya yang dibantu oleh sekitar seratus orang Ternate mampu mempertahankan benteng. Perang di benteng Oranje tahun 1606 ternyata merupakan pertempuran serius antara Belanda dan Spanyol di daerah itu (Van De Wall, 1921).

Tembok benteng yang berbahan baku batu bata, batu kali, batu karang dan pecahan kaca, ini menyisakan 13 buah meriam yang masih insitu di dalam benteng, karena tidak ada bekas aktifitas penempatan baru. Meski dicurigai, beberapa di antaranya telah hilang dari tempat asalnya, ini dikarenakan pada sudut barat laut sama sekali tidak ditemukan meriam. Dilihat dari bentuk bangunan pada sudut tersebut serupa dengan sudut-sudut lainnya sebagai pos penjagaan dan pengintaian. Hilangnya meriam juga diketahui dari bekas pondasi meriam di lantai II tepat di atas pintu gerbang.

Ruang-ruang pada lantai I yang terdapat di sepanjang tembok berada dalam kondisi memprihatinkan. Pada sudut barat laut bahkan telah tertimbun tanah sekitar, sehingga sulit untuk diidentifikasi. Pada ruang sepanjang 15,80 m di pintu gerbang dan pada dinding sisi luarnya terdapat tumpukan batako , yang tidak ada konteksnya dengan benteng. Begitu pula kondisi bangunan penjagaan di belakang pintu gerbang, yang tersisa hanyalah puing.

Beberapa benda peninggalan yang kontekstual dengan situs Benteng Oranje, menurut masyarakat, telah lama hilang, yaitu jam besar di atas gapura depan (termasuk beberapa meriam) dan lonceng di dalam benteng.

Pada dinding timur bagian dalam benteng terdapat 2 (dua) buah prasasti berbahasa Latin. Prasasti sebelah utara :
    Si pelis bger opem, medicus, medicina, domosque
    Praesio funi miferis nectamen inde falus
    Est fua faus medus Ul fiol
    Benidida potentes
    fnploranda prijs gralia
    Fot Dei
    Imitante VI.R
" Jika tiba saatnya, semua orang akan hidup dalam damai, terpelihara, sehat, tempat tinggal yang menyenangkan. Semua potensi keberuntungan itu hanya ada dan terjadi karena Rahmat terberi dari Allah, Salinan VI.R "

Prasasti sebelah selatan :
    Pramaca si cupis erunt
    Medicamina nulla
    Hictibi, nec medicus, quivalei
    Absque DEO
    Ast aderunt medicus subito et
    Medicamina, Magnum.
    Si prima pura mente precare DEUM
    H.M.
" Kehancuran terjadi jika orang hidup secara tidak sehat, tidak ada kedamaian, tidak teratur, menjauh dari Allah. Hal ini semua akan mendatangkan murka yang besar bagi Allah ." (2007 : 47).

Teks dan foto kiriman dari Irfanuddin Wahid, Ternate.

sumber : http://arkeologi.web.id