Menikmati Situ Patenggang, Menyibak Legenda


Oleh : Imam Saefudin

Ciwidey? Ah, hanya sebuah kota kecil di kaki pegunungan, kira-kira 29 kilometer dari Kota Bandung. Walau kecil, dengan udara sejuk dan menyegarkan, Ciwidey terkenal dengan berbagai obyek wisata alam yang menarik, seperti Kawah Putih, wisata alam Ranca Upas dengan penangkaran rusanya, serta bumi perkemahan yang luas dan indah. Masih ada lagi, Cimanggu dan Ciwalini, yang merupakan tempat wisata alam sumber air panas. Yang juga menarik adalah Situ Patenggang, yang mempunyai pesona alam nan indah.

Dinginnya Kota Bandung pagi itu tak menyurutkan niat saya mengunjungi salah satu kawasan wisata alam di Bandung Selatan tersebut. Sejak malam saya sudah mempersiapkan kebutuhan yang diperlukan selama dalam perjalanan menuju Situ Patenggang, terutama jaket hangat dan kamera untuk dokumentasi serta tidak ketinggalan buku dan balpoin. Geliat kehidupan masyarakat Kota Bandung pada Ahad, 23 Maret 2008, itu mulai terasa, ada yang mau pergi berolahraga, ada yang hendak ke pasar.

Dari Bandung menuju Ciwidey, saya menggunakan angkutan umum Colt L-300. Waktu menunjukkan pukul 06.00 WIB. Satu per satu penumpang naik dan akhirnya mobil yang semula kosong sudah penuh terisi penumpang yang akan menuju Ciwidey. Angkutan umum tanpa penyejuk udara itu terus melaju dengan cepat meninggalkan Kota Bandung.

Selama dalam perjalanan, sang sopir Colt tak bosan-bosannya memutar lagu Iwan Fals berjudul Sumbang, yang dinyanyikan sang sopir dengan suara sumbang. Tapi saya nikmati saja suara sumbang itu.

Sang kondektur dengan cekatan dan terlatih menagih ongkos kepada para penumpang yang berimpitan.

"Kang, berapa ongkosnya?" saya bertanya kepada sang kondektur.
"Lima ribu rupiah saja, Kang," jawabnya.

Tak terasa nyanyian dari kaset yang diputar si sopir cukup menghibur, walau kadang terdengar tape mobilnya bersuara kresek-kresek. Maklum, tampaknya tape itu sudah tua, sama seperti mobilnya.

"Ciwidey..., Ciwidey udah sampai...!" kata sang kernet setengah berteriak.

Sekitar satu jam lebih sampailah saya di terminal kecil Ciwidey. Sejenak saya beristirahat sambil mengobrol ngalor-ngidul dengan seorang bapak penjaga warung. Iseng-iseng saya bertanya, "Pak, kalau mau ke Situ Patenggang naik apa dari sini?"

Pria setengah baya itu langsung menunjuk mobil kuning. "Mobil kuning itu lewat Situ Patenggang, atau bisa juga naik ojek," katanya. Saya pun berpikir sepertinya naik ojek lebih enak karena saya akan lebih puas menikmati indahnya pemandangan sepanjang jalan menuju Situ Patenggang. Setelah negosiasi dengan tukang ojek, saya melaju dengan diiringi deru knalpot sepeda motor. Tentu sebelum itu saya terlebih dulu membayar makanan di warung dan saya juga tak lupa berpamitan kepada si empunya warung.

"Terima kasih, ya, Pak," ujar saya kepada pemilik warung.
"Iya, Mas. Hati-hati di jalan," balasnya.

Ojek yang saya tumpangi melaju dengan kecepatan sedang.
Perjalanan dari Ciwidey menuju Situ Patenggang menyajikan panorama indah dan menawan. Dari terminal bus Ciwidey, jaraknya kurang-lebih 8 kilometer. Kita akan memasuki kawasan hutan pegunungan. Saya dapat menyaksikan dengan jelas keindahan sawah-sawah yang terhampar luas dikelilingi bukit, membentuk sebuah lukisan alam pedesaan yang mempesona.

Sebelum memasuki Patenggang, saya sejenak mampir terlebih dulu di perkebunan strawberry yang ada di sepanjang jalan menuju situ. Kualitas buah strawberry yang dihasilkan di daerah Ciwidey cukup baik, rasanya manis-asam dan menyegarkan. Karena saya punya banyak waktu, saya menyempatkan diri membeli buah strawberry dengan memetiknya sendiri. Ini akan menjadi suatu pengalaman yang menyenangkan.

Selain itu, saya pun membeli makanan khas Ciwidey lainnya, yaitu manisan jeruk.

Puas berbelanja langsung dari kebun, saya melanjutkan perjalanan. Tak terasa akhirnya saya sampai di Situ Patenggang dengan terlebih dulu membeli tiket masuk.

Kawasan Situ Patenggang selalu ramai dikunjungi wisatawan, terutama setiap Ahad dan hari libur. Di dalam kawasan tersebut saya dapat melihat dengan begitu jelas pesona alam yang ditampilkan, berupa danau dengan airnya yang jernih dan tenang. Pohon-pohon tinggi menyelimuti kawasan wisata ini, berjajar rapi seakan memayungi para pengunjung dari terik matahari. Semilir angin memberi kesejukan.

Situ Patenggang merupakan salah satu obyek wisata alam pilihan bagi keluarga dalam mengisi liburan. Berbagai fasilitas pendukung kenyamanan bagi para pengunjung tersedia dengan baik, misalnya gubuk kecil yang cantik lengkap dengan kursi-kursinya yang bisa digunakan pengunjung untuk memandang pesona alam di sekitar danau. Juga terdapat warung-warung yang menyediakan makanan bagi para pengunjung.

Ingin menyusuri danau dengan perahu? Kita bisa menyewa perahu atau perahu sepeda dengan merogoh kocek Rp 20 ribu. Dengan berperahu-ria, kita bisa menelusuri sepuasnya keindahan alam Patenggang, menikmati semilir angin yang mengalir dari lembah-lembah di sekitar tempat itu.

Situ Patenggang juga menyimpan legenda. Di sana terdapat sebuah batu besar. Menurut cerita masyarakat sekitar, batu itu menyimpan sebuah misteri yang menarik dan romantis. Oleh penduduk di sekitar kaki Gunung Patuha, batu itu dinamakan "Batu Cinta". Karena penasaran, saya bertanya kepada petugas.

Menurut cerita yang berkembang di masyarakat setempat, dahulu di kaki Gunung Patuha yang menjulang tinggi ke angkasa terbentang sebuah telaga yang berukuran cukup luas dengan udaranya yang sejuk serta panorama alamnya yang begitu indah. Air telaga itu, menurut legenda, tercipta dari "derai air mata" dua insan berlainan jenis yang sedang dilanda asmara yang telah terpisah begitu lama. Karena begitu besarnya dorongan cinta, keduanya saling mencari, dan bertemulah keduanya di sebuah batu yang cukup besar yang terletak di pinggir Telaga Patenggang. Hingga kini batu ini dinamakan Batu Cinta. Di atas batu besar itulah kedua insan tersebut saling berjanji menjalin asmara dan berjanji tak akan berpisah lagi. Ada kepercayaan di seputar legenda itu, apabila sepasang kekasih mengunjungi Batu Cinta, mereka akan mendapat keabadian cinta. Entah karena cerita itu atau tujuan lain, yang jelas banyak pasangan muda-mudi singgah di Batu Cinta jika mengunjungi Situ Patenggang.

Sumber : http://www.korantempo.com
Foto : http://www.tempo.co.id