Menikmati Keindahan Patuxay, Laos


SA BAI DEE, begitulah ucapan selamat pagi dalam bahasa Lao(s) yang terucap dari beberapa warga setempat saat saya memasuki Patuxay. Arca yang dianggap keramat itu berada tepat di pusat Kota Vientiane, Laos, didirikan pada 1962 sebagai simbol kemenangan atas penjajahan.

Menempati area sekitar 200 meter persegi, Patuxay bersebelahan dengan kantor perdana menteri Laos yang bergaya art deco. Komposisinya menghadirkan nuansa pencampuran bangunan khas Asia dan Eropa.

Mulai pukul 05.00 hingga 22.00, Patuxay cukup ramai dikunjungi para wisatawan mancanegara maupun lokal. Beberapa wisatawan menggunakan kawasan itu sebagai tempat bersepeda, berburu foto, atau sekadar melihat lanskap kota seluas 3.920 kilometer persegi itu.

Patuxay memiliki tujuh lantai dan memiliki empat pintu yang menghadap ke timur, utara, barat, dan selatan. Saat memasuki lantai pertama, Anda akan merasakan seperti berada di dalam sebuah gua.

Tidak ada penerangan di sana sehingga perlu berhati-hati melangkah menaiki 12 anak tangga pertama. Begitu pula di lantai kedua hingga keenam. Jumlah anak tangganya selalu sama, yaitu 12. Sesampai di lantai ketujuh, terdapat pasar yang menjajakan aneka suvenir.

Perjalanan di Patuxay tidak berhenti di lantai ketujuh. Pada bagian atas, masih ada lima tangga untuk menuju ke puncak Patuxay. Tangga pertama dan kedua masing-masing memiliki 26 anak tangga. Tangga ketiga selesai dengan tujuh anak tangga. Selanjutnya, 32 pijakan pada tangga keempat dan 27 anak tangga di tangga kelima.

Namun kelelahan itu terbayar ketika kaki tiba di atas bangunan yang dijuluki sebagai Victory Gate of Vientiane. Di depan saya, terbentang pemandangan dataran Kota Vientiane dan air mancur yang dibuat pemerintah China sebagai hadiah persahabatan. Laos bergabung ke dalam Indocina pada 1893 ketika wilayah itu dikuasai Prancis. Dari abad ke-14 hingga ke-18, negara itu disebut Lan Xang atau `Negeri Seribu Gajah'.

Menikmati pemandangan di atas Patuxay tidak bisa lama-lama meski berada di kawasan terbuka. Pemerintah setempat memberlakukan jam malam. Pengunjung dilarang berkeliaran di atas pukul 22.00.

Petugas keamanan siap mengusir para wisatawan yang membandel. Kalau Anda tidak mau ditegur, menjauhlah dari kawasan itu sekitar radius 500 meter. Ah, Phob kan mai, Patuxay. Selamat tinggal. (Iwa/M-8)

Sumber : http://www.mediaindonesia.com