Oleh: D Desembriarto
Perkembangan permintaan bakpia sebagai salah satu ikon oleh-oleh Yogyakarta mendorong meningkatnya penawaran. Industri bakpia semakin berkembang dengan tingkat persaingan yang sangat tinggi di antara para produsen dan penjualnya. Kompetisi tersebut mendorong beberapa produsen untuk menerapkan strategi pemasaran dalam rangka menarik lebih banyak pembeli.
Salah satu upaya pemasaran tersebut adalah dengan memberikan pengalaman bagi para pembeli untuk ikut membuat penganan tradisional tersebut. Upaya ini muncul karena adanya keinginan para wisatawan domestik untuk melihat dan mengalami sendiri proses pembuatannya yang masih menggunakan metode produksi tradisional.
Upaya mengikutsertakan para pembeli dalam pembuatan bakpia merupakan perkembangan yang bagus dalam industri bakpia, tetapi sayangnya aktivitas tersebut masih terbatas pada usaha untuk bersaing dalam bisnis. Aktivitas tersebut sebenarnya dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi suatu atraksi wisata yang dapat memberikan manfaat secara ekonomi dan sosial pada produsen dan pihak lain yang terkait industri bakpia secara umum, serta lebih luas lagi pada dunia kepariwisataan Yogyakarta.
Keikutsertaan dalam proses produksi bakpia akan memberikan pengalaman tersendiri bagi para wisatawan. Di samping itu, keterlibatan tersebut akan menciptakan interaksi antara para turis dengan orang-orang yang selama ini mengeluarkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk menciptakan penganan tradisional itu.
Hubungan antarmanusia itu sangat kecil kemungkinannya terjadi pada kegiatan transaksi ketika turis membeli oleh-oleh. Aktivitas jual beli di outlet bakpia hanya memunculkan interaksi transaksi antara pembeli atau wisatawan dengan pemilik usaha atau karyawannya.
Komunikasi antara kedua pihak tersebut sangat tidak memungkinkan untuk menyentuh hal-hal yang dapat mengarah pada upaya saling memahami latar belakang budaya dan kehidupan masing-masing.
Daya tarik
Bagi pelaku bisnis di industri bakpia, pengembangan kegiatan yang melibatkan wisatawan membuat bakpia akan memberikan manfaat bagi mereka. Aktivitas itu akan semakin meningkatkan value yang ditawarkan oleh industri tersebut sehingga akan meningkatkan daya tarik produk di mata wisatawan.
Kegiatan tersebut juga akan dapat menjaring para wisatawan minat khusus yang sengaja berkunjung untuk benar-benar merasakan pengalaman dalam proses pembuatan bakpia. Selama ini, geliat bisnis bakpia sangat tergantung pada musim liburan. Operasi bisnis dan penjualan mencapai tingkat yang sangat tinggi hanya ketika musim libur tiba.
Jika mereka dapat mengundang para wisatawan minat khusus, aktivitas industri penganan tradisional tersebut dapat mencapai tingkat yang relatif tinggi juga pada hari-hari di luar libur panjang. Sering kali, para wisatawan minat khusus tidak menunggu waktu libur panjang ketika mereka bepergian. Kedatangan mereka akan meramaikan aktivitas bisnis industri bakpia di “hari-hari biasa”.
Pengembangan aktivitas turis membuat bakpia juga akan meningkatkan peluang industri bakpia untuk mendatangkan wisatawan mancanegara. Selama ini, wisatawan yang datang ke sentra oleh-oleh, terutama bakpia, adalah wisatawan domestik. Wisatawan asing tidak tertarik pada penganan tersebut mengingat rendahnya awareness akan jajanan itu dan kebiasaan membawa oleh-oleh berupa makanan bukan merupakan kebiasaan mereka dalam bepergian.
Para turis asing akan lebih tertarik pada proses pembuatannya yang masih tradisional sehingga mereka dapat diajak untuk datang ke pabrik-pabrik bakpia agar merasakan cara pembuatannya dan berinteraksi dengan masyarakat lokal yang diwakili oleh para pembuat bakpia.
Jika usaha untuk mengembangkan aktivitas mengajak wisatawan beraktivitas di dapur pabrik bakpia dapat dilakukan secara serius, industri bakpia berpeluang memberikan sumbangan yang besar bagi pariwisata Yogyakarta dan penciptaan persahabatan antarmanusia. Upaya itu tidak saja menguatkan manfaat pariwisata dalam peningkatan kesejahteraan pelaku bisnis industri bakpia dan masyarakat secara luas melalui semakin berduyun-duyunnya turis yang datang dan berbelanja.
Usaha tersebut juga akan memberikan kontribusi penting dalam mengembangkan pariwisata yang dapat digunakan sebagai ajang untuk menciptakan pemahaman antara budaya dan bangsa. Pariwisata adalah salah satu cara untuk mengetahui dan memahami kebiasaan dan budaya masyarakat di daerah atau negara lain. Solon, seorang negarawan Yunani terkemuka di ratusan tahun sebelum Masehi, pernah merekomendasikan manusia untuk bepergian demi meningkatkan saling pengertian dan apresiasi terhadap bangsa, budaya, dan daerah lain (Mclntosh, Goeldner, dan Ritchie: 1995).
Kegiatan mengajak wisatawan masuk dapur bakpia harus disertai dengan pengemasan aktivitas yang menarik bagi para pelancong dan sangat menonjolkan interaksi antarpribadi yang berlatar belakang sosial budaya berbeda-beda dan mengesampingkan tuntutan mengejar keuntungan jangka pendek bagi pemilik usaha dalam penjualan bakpia. Para pemilik usaha bakpia dan para karyawannya haruslah diberdayakan untuk meningkatkan kemampuan dalam komunikasi dan hospitality untuk menjamu serta berinteraksi secara aktif dan akrab dengan wisatawan, mengingat selama ini mereka hanya terpaku pada aktivitas komunikasi yang berorientasi bisnis pragmatis semata.
__________
D Desembriarto, Pemerhati Bisnis dan Pariwisata yang Bekerja di Badan Perencanaan Daerah Provinsi DIY.
Sumber: http://cetak.kompas.com
Perkembangan permintaan bakpia sebagai salah satu ikon oleh-oleh Yogyakarta mendorong meningkatnya penawaran. Industri bakpia semakin berkembang dengan tingkat persaingan yang sangat tinggi di antara para produsen dan penjualnya. Kompetisi tersebut mendorong beberapa produsen untuk menerapkan strategi pemasaran dalam rangka menarik lebih banyak pembeli.
Salah satu upaya pemasaran tersebut adalah dengan memberikan pengalaman bagi para pembeli untuk ikut membuat penganan tradisional tersebut. Upaya ini muncul karena adanya keinginan para wisatawan domestik untuk melihat dan mengalami sendiri proses pembuatannya yang masih menggunakan metode produksi tradisional.
Upaya mengikutsertakan para pembeli dalam pembuatan bakpia merupakan perkembangan yang bagus dalam industri bakpia, tetapi sayangnya aktivitas tersebut masih terbatas pada usaha untuk bersaing dalam bisnis. Aktivitas tersebut sebenarnya dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi suatu atraksi wisata yang dapat memberikan manfaat secara ekonomi dan sosial pada produsen dan pihak lain yang terkait industri bakpia secara umum, serta lebih luas lagi pada dunia kepariwisataan Yogyakarta.
Keikutsertaan dalam proses produksi bakpia akan memberikan pengalaman tersendiri bagi para wisatawan. Di samping itu, keterlibatan tersebut akan menciptakan interaksi antara para turis dengan orang-orang yang selama ini mengeluarkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk menciptakan penganan tradisional itu.
Hubungan antarmanusia itu sangat kecil kemungkinannya terjadi pada kegiatan transaksi ketika turis membeli oleh-oleh. Aktivitas jual beli di outlet bakpia hanya memunculkan interaksi transaksi antara pembeli atau wisatawan dengan pemilik usaha atau karyawannya.
Komunikasi antara kedua pihak tersebut sangat tidak memungkinkan untuk menyentuh hal-hal yang dapat mengarah pada upaya saling memahami latar belakang budaya dan kehidupan masing-masing.
Daya tarik
Bagi pelaku bisnis di industri bakpia, pengembangan kegiatan yang melibatkan wisatawan membuat bakpia akan memberikan manfaat bagi mereka. Aktivitas itu akan semakin meningkatkan value yang ditawarkan oleh industri tersebut sehingga akan meningkatkan daya tarik produk di mata wisatawan.
Kegiatan tersebut juga akan dapat menjaring para wisatawan minat khusus yang sengaja berkunjung untuk benar-benar merasakan pengalaman dalam proses pembuatan bakpia. Selama ini, geliat bisnis bakpia sangat tergantung pada musim liburan. Operasi bisnis dan penjualan mencapai tingkat yang sangat tinggi hanya ketika musim libur tiba.
Jika mereka dapat mengundang para wisatawan minat khusus, aktivitas industri penganan tradisional tersebut dapat mencapai tingkat yang relatif tinggi juga pada hari-hari di luar libur panjang. Sering kali, para wisatawan minat khusus tidak menunggu waktu libur panjang ketika mereka bepergian. Kedatangan mereka akan meramaikan aktivitas bisnis industri bakpia di “hari-hari biasa”.
Pengembangan aktivitas turis membuat bakpia juga akan meningkatkan peluang industri bakpia untuk mendatangkan wisatawan mancanegara. Selama ini, wisatawan yang datang ke sentra oleh-oleh, terutama bakpia, adalah wisatawan domestik. Wisatawan asing tidak tertarik pada penganan tersebut mengingat rendahnya awareness akan jajanan itu dan kebiasaan membawa oleh-oleh berupa makanan bukan merupakan kebiasaan mereka dalam bepergian.
Para turis asing akan lebih tertarik pada proses pembuatannya yang masih tradisional sehingga mereka dapat diajak untuk datang ke pabrik-pabrik bakpia agar merasakan cara pembuatannya dan berinteraksi dengan masyarakat lokal yang diwakili oleh para pembuat bakpia.
Jika usaha untuk mengembangkan aktivitas mengajak wisatawan beraktivitas di dapur pabrik bakpia dapat dilakukan secara serius, industri bakpia berpeluang memberikan sumbangan yang besar bagi pariwisata Yogyakarta dan penciptaan persahabatan antarmanusia. Upaya itu tidak saja menguatkan manfaat pariwisata dalam peningkatan kesejahteraan pelaku bisnis industri bakpia dan masyarakat secara luas melalui semakin berduyun-duyunnya turis yang datang dan berbelanja.
Usaha tersebut juga akan memberikan kontribusi penting dalam mengembangkan pariwisata yang dapat digunakan sebagai ajang untuk menciptakan pemahaman antara budaya dan bangsa. Pariwisata adalah salah satu cara untuk mengetahui dan memahami kebiasaan dan budaya masyarakat di daerah atau negara lain. Solon, seorang negarawan Yunani terkemuka di ratusan tahun sebelum Masehi, pernah merekomendasikan manusia untuk bepergian demi meningkatkan saling pengertian dan apresiasi terhadap bangsa, budaya, dan daerah lain (Mclntosh, Goeldner, dan Ritchie: 1995).
Kegiatan mengajak wisatawan masuk dapur bakpia harus disertai dengan pengemasan aktivitas yang menarik bagi para pelancong dan sangat menonjolkan interaksi antarpribadi yang berlatar belakang sosial budaya berbeda-beda dan mengesampingkan tuntutan mengejar keuntungan jangka pendek bagi pemilik usaha dalam penjualan bakpia. Para pemilik usaha bakpia dan para karyawannya haruslah diberdayakan untuk meningkatkan kemampuan dalam komunikasi dan hospitality untuk menjamu serta berinteraksi secara aktif dan akrab dengan wisatawan, mengingat selama ini mereka hanya terpaku pada aktivitas komunikasi yang berorientasi bisnis pragmatis semata.
__________
D Desembriarto, Pemerhati Bisnis dan Pariwisata yang Bekerja di Badan Perencanaan Daerah Provinsi DIY.
Sumber: http://cetak.kompas.com