Taman Nasional Kepulauan Togean


Pemandangan alam dan keindahan laut Kepulauan Togean yang sangat menawan. Rangkaian pulau-pulau karang yang kami lewati seolah menyembul dari bawah laut, menimbulkan paduan warna yang kontras antara laut biru-kehijauan dan bebatuan pulau yang kecokelatan. Sebagai bagian ring of fire Indonesia, Kepulauan Togean memiliki kontur yang khas akibat proses vulkanis dan tektonik selama jutaan tahun. Di Pulau Una-Una bahkan terdapat Gunung Colo (2.509 m) yang masih aktif. Terletak di Teluk Tomini, Kepulauan Togean dikelilingi Provinsi Sulawesi Tengah di sebelah selatan, Gorontalo dan Sulawesi Utara di sebelah utara. Secara administratif, kepulauan ini masuk wilayah Kabupaten Tojo Una-Una, Sulawesi Tengah.

Kepulauan Togean memiliki beberapa lokasi penyelaman yang sangat kaya dengan aneka jenis terumbu karang, ikan dan mamalia laut. Tidak mengherankan, karena kepulauan ini terletak pada coral reef triangle yang membentang dari sebelah utara Australia, PNG, Indonesia bagian tengah dan timur, sampai dengan Filipina.

Sebutan ini merujuk areal yang memiliki biodiversitas bawah laut terkaya di dunia. Di wilayah Indonesia saja terdapat sekitar 76 genus dan 359 spesies terumbu karang.

Penyelaman di Taipee Wall dan Coral Garden. Di kedua lokasi tersebut pemandangannya sangat mengesankan. Teriknya matahari dan derasnya arus siang itu tidak mengurangi semangat untuk menyelam sambil memotret. Di Taipee Wall, dengan air yang sangat jernih, dengan berbagai macam hard dan soft coral. Beberapa jenis soft coral jenis gorgonian tampak menonjol karena warnanya yang mencolok. Ada yang biru, hijau, merah, atau kombinasi beberapa warna. Seperti halnya di Coral Garden, sea anemone lengkap dengan clown fish-nya tampak terlihat di beberapa sudut.

Bermacam-macam ikan juga tampak berkeliaran. Yang sempat kami catat antara lain butterfly, blue devils, cardinal, pipefish, fire darft fish, hawk fish, emperor angel fish, grouper dan masih banyak lagi. Sementara dari sela¬sela karang, tampak lion fish, crocodile fish, bumphead, dan nudibranch. Mereka seolah mengawasi kami dari persembunyiannya. “Bagus sekali kondisi coral reef-nya. Ikannya pun banyak jenisnya,” puji Boy.

Menurut pengalamannya, Togean tidak kalah indah dibandingkan Bunaken di Sulawesi Utara, Wakatobi di Sulawesi Tenggara dan beberapa dive site tersohor lainnya di Indonesia. Tidak heran kalau para penyelam dunia menjulukinya sebagai hidden paradise in Tomini Bay.

Di Mini Canyon, Dominique, dan Pulau Kota. Kecuali yang terakhir, di tempat-tempat tersebut kondisi terumbu karangnya masih sangat terjaga.

Beberapa bagian yang rusak di Pulau Kota kemungkinan besar disebabkan oleh lalu-lalangnya kapal Ferry yang melayani jalur Ampana-Pulau Kai dan Gorontalo di dekatnya. “Dulu daerah ini menjadi areal pengeboman ikan oleh nelayan lokal, itulah yang menyebabkan beberapa lokasi rusak”.

Di Mini Canyon misalnya, kami berhadapan dengan relief dan kontur permukaan terumbu karang yang turun-naik. Terkadang menjulang, terkadang menjorok ke bawah. Kami juga menyelam di antara dua dinding karang yang dipenuhi aneka jenis soft coral.

Selain jenis terumbu karang dan ikan yang beragam, di Mini Canyon dan Dominique kami menjumpai banyak celah dan gua di antara terumbu karang. Beberapa jenis ikan dan hewan lain, seperti moray eels, crocodile fish, pufer, sweet lips, hum head, lobster, dan bahkan ular laut. Beberapa jenis clown fish tampak berlindung di sea anemone. Beberapa yang sempat dikenali adalah clark anemone, haddon anemone, dan spine check anemone.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan (SK. No. 41 8/Menhut-II/2004), Togean ditetapkan sebagai taman nasional dengan nama Taman Nasional Kepulauan Togean. Dengan luas sekitar 4,4 juta ha, kepulauan ini menjadi tempat perlindungan banyak jenis hewan.

Dalam SK disebutkan, kawasan perairan Kepulauan Togean merupakan habitat berbagai biota laut: 262 jenis terumbu karang, di antaranya endemis (Acropoda togeanensis); 596 jenis ikan, di antaranya endemis (Paracheilinus togeanensis dan Ecsenius sp.); 555 moluska serta jenis langka lainnya, seperti kima raksasa (Tridacna gigas), kima sisik (Tridacna squamosa); penyu hijau (Chelonia mydas); penyu sisik (Eretmochelys imbricata); lola (Trochus niloticus); dugong (Dugong dugong); paus pilot.

Sementara di darat, jenis-jenis biota darat yang dilindungi dan endemis, misalnya rusa (Cervus timorensis), monyet togean (Macaca togeanus), biawak togean ( Varanus salvator togeanesis), dan jenis langka seperti kuskus beruang (Phalanger ursinus), tarsius (Tarsius spectrum), babirusa (Babyrousa babirussa), ketam kenari (Birgus latro), 97 jenis burung, 363 jenis flora antara lain meranti (Shorea sp.), kayu besi (Intsia bijuga), palapi (Heritiera sp.), 33 jenis tumbuhan bakau, berbagai jenis amfibi, dan reptil.

Dengan kondisi alam yang unik dan terpelihara, ditambah pengelolaannya yang cukup profesional, potensi ekowisata di wilayah ini sangat besar. Pada 1999, sebelum kerusuhan Poso, setiap bulan kepulauan ini dikunjungi 665 turis asing (Kompas, 29 Juli 2004). Setelah kerusuhan, jumlahnya menurun drastis.“Walaupun belum mencapai jumlah sebelum kerusuhan, kedatangan turis asing saat ini sudah banyak,”kata pengemudi speed boat yang mengantar kami.

Dengan lama tinggal 1-2 minggu, pemasukan yang dapat diperoleh masyarakat dari jasa transportasi, akomodasi, dan pelbagai jasa pendukung lainnya cukup lumayan. Dari penginapan saja, masyarakat bisa mendapat pemasukan Rp200-400 ribu per orang per hari. Belum lagi biaya makan tiga kali sehari dan sewa boat. Sementara untuk melakukan penyelaman, paketnya berkisar 20-30 dollar AS per orang sekali menyelam.

Usaha dan pengelolaan wisata dilakukan warga lokal. Memang, untuk jasa tertentu, seperti instruktur dan pemandu selam, masih dipegang warga asing atau warga dari luar daerah karena dibutuhkan kualifikasi dan sertifikasi khusus. Tapi dengan pembinaan yang memadai, warga lokal kelak juga dapat menjadi instruktur dan pemandu selam.

Keuntungan lain bagi masyarakat Kepulauan Togean melalui tumbuh¬nya ekowisata adalah terjaminnya kelestarian alam, biodiversitas, dan keberlanjutan hajat hidup mereka. Sebab, ekowisata sangat mementingkan perilaku wisata yang ramah lingkungan, mendorong keberlanjutan konservasi biodiversitas—sebagai komoditasnya— dan manfaat bagi masyarakat lokal secara berkesinambungan. Tentunya semua pihak akan berupaya keras untuk memelihara kekayaan alam yang mereka miliki.

Sumber : http://www.sorowakodivingclub.com