Oleh Defina Apsari
Pendahuluan
1. Latar Belakang
Kota Bogor yang sering dikenal sebagai kota hujan memiliki sejarah yang panjang dan unik. Salah satunya sejarahnya yaitu asal usul nama Bogor. Banyak pendapat yang dikemukakan tentang asal usul dan arti dari Bogor. Sejarah Bogor juga tidak lepas dari sejarah Pakuan Pajajaran yang merupakan kerajaan yang terletak di Bogor pada ratusan tahun silam. Ada beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli tentang asal usul dan arti nama Pakuan. DI Bogor terdapat pula peninggalan benda sejarah pada masa kerajaan Pajajaran berupa prasasti. Selain itu yang menjadi ciri khas kota Bogor adalah dua aliran sungai yang tidak bisa terlepaskan yaitu sungai Ciliwung dan sungai Cisadane. Kedua sungai ini juga disebut-sebut sebagai tempat sejarah kerajaan Pajajaran.
2. Tujuan
Memperluas pengetahuan dan wawasan dalam bidang sejarah dan kebudayaan daerah
Menumbuhkembangkan rasa memiliki, mengenal dan meng-hargai peninggalan sejarah yang ada
Menyajikan informasi asal mula nama Bogor, Pakuan dan Tempat-tempat di Bogor serta mengungkapkan kebenaran sejarahnya.
Pembahasan Masalah
Nama Bogor dan Pakuan
Asal dan Arti Nama Bogor
Ada beberapa pendapat mengenai asal usul nama Kota Bogor. Pendapat pertama mengatakan bahwa Bogor berasal dari kata Buitenzorg. Buitenzorg merupakan nama yang diberikan oleh Pemerintah Hindia Belanda pada masa penjajahan di Bogor. Pada tahun 1752 belum ada orang asing kecuali Belanda di Kota Bogor, pemerintah Belanda mencari tempat peristirahatan yang terletak di luar Kota Jakarta, dan mereka pun memilih kota Bogor sebagai kota peristirahatan mereka. Kota ini diberi nama Buitenzorg yang artinya alam ketenangan, karena mereka merasa tenang saat berada di Kota Bogor. Pendapatn ini merupakan praduga intelek yangmengira lidah orang sunda itu sedemikian kakunya sehingga kata buitenzorg diucapkan menjadi Bogor, seperti pada kata Batavia yang diucapkan menjadi kata Batawi. Bila kita perhatikan orang sunda awam pada masa lalu mengucapkan sinkenhes untuk zienkenhuis (rumah sakit) atau bes untuk bius (pipa), maka berdasarkan perubahan bahasa tersebut, apabila orang sunda awam yang asing dengan lafal bahasa Belanda memungkinkan pengucapan kata buitenzorg mendekati bunyi betensoreh pada pengucapannya. Meskipun terdapat banyak bukti keberadaan nama Buitenzorg pada masa pemerintahan Belanda, namun praduga kata buitenzorg menjadi Bogor terlalu diduga-duga.
Pendapat kedua mengatakan bahwa nama Bogor berasal dari kata baghar atau baqar yang artinya sapikarena di dalam Kebun Raya ada sebuah patung sapi. Pendapat ini berdasarkan adanya pengaruh kebudayaan Arab di sekitar Pekojan. Akan tetapi, belum ada yang menunjukkan bunyi Ba dari bahasa Arab oleh orang Sunda diucapkan menjadi Bo. Pendapat tersebutmemiliki kelemahan dari segi urutan waktu karena nama Bogor sudah ada sebelum Kebun Raya didirikan pada tahun 1817, sedangkan patung sapi itu berasal dari kolam kuno Kotabattu yang dipindahkan ke dalam Kebun Raya oleh Dr. Frideriech dalam pertengahan abad ke-19, sehingga teori patung sapi tidak dapat diterima sebagai asal usul nama Bogor.
Pendapat ketiga mengatakan bahwa nama Bogor berasal dari Bokor yaitu sejenis bakul logam. Pendapat ini ditinjau dari segi keakraban bunyi antara bokor dengan Bogor. Yang menyulitkan dari segi bahasa hanyalah bokor itu sebuah kata sunda yang keasliannya cukup terjamin. Oleh karena perubahan bunyi “K” menjadi “G” tanpa menimbulkan perubahan arti dapat pula terjadi dalam bahasa Sunda seperti kata-kata kumasep dan angkeuhan yang sering disebut gumasep dan anggeuhan, maka dari segi bahasa dugaan kata bogor dari kata bokor itu tetap terbuka kemungkinannya. Keberatan yang dapat diketengahkan hanyalah kenyataan bahwa tidak ada orang sunda yang mengartikan kata bogor sama dengan bokor dan kata yang terakhir itu di manapun selalu diucapkan bokor tanpa variasi yang lain.
Pendapat keempat kita temukan dalam pantun Bogor yang berjudul Ngadegna Dayeuh Pajajaran yang diturunkan oleh Pa Cilong. Dalam lakon itu dikemukakan bahwa kata bogor berarti tunggul kawung (enau, aren). Keadaan yang sama dapat ditemukan dalamnama tempat Tunggilis yang terletak di tepi jalan antara Cileungsi dengan Jonggol. Kata tunggilis berarti tunggul pinang yang secara kiasan diartikan menyendiri atau hidup sebatang kara. Di daerah Bekasi yang disebut bogor itu ialah daging pohon kawung yang biasa dijadikan sagu. Dalam bahasa Jawa Kuno kata pabogoran berarti kebun kawung. Dalam bahasa sunda umum, menurut Coolsma, kata bogor berarti “droogetapte kawoeng” (pohon enau yang telah habis disadap) atau “bladerlooze en taklooze boom” (pohon yang tak berdaun dan tak bercabang).
Dari perbandingan arti kata bogor dan adanya tempat-tempat lain juga yang bernama Bogor, dapat kita simpulkan bahwa nama Bogor yang dapat mencakup semuanya mempunyai hubungan dengan pohon kawung (enau, aren). Di Jawa Barat ini juga banyak tempat yang bernama Bogor, seperti Sumedang dan Garut ada kampung yang bernama Bogor. Selain itu, nama Bogor yang cukup banyak terdapat di Jawa Tengah dan Bali.Kehadiran nama Bogor yang cukup tersebar itu menyulitkan kita menerima teori buitenzorg, baghar,dan bokor sebab tidak berlaku umum.
3. Asal dan Arti Nama Pakuan
Secara umum penduduk Bogor mempunyai keyakinan bahwa kota Bogor mempunyai hubungan lokatif dengan Kota Pakuan ibukota Pajajaran. Asal usul dan arti nama Pakuan juga memiliki berbagai pendapat dalam kalangan para ahli dan naskah-naskah tradisional.
Pendapat pertama terdapat dalam naskah yang berbahasa Sunda kuno yaitu Carita Waruga Guru (1750-an). Dalam naskah itu diterangkan bahwa nama Pakuan Pajajaran itu timbul karena lokasi tersebut banyak tersebar pohon pakujajar.
Pendapat kedua dikemukakan oleh K.F. Holle (1869) dalam tulisannya yang berjudul “De Batoe Toelis te Buitenzorg” (Batu Tulis di Bogor). Holle menunjukkan bahwa dekat Kota Bogor terdapat kampung bernama Cipaku dan sungai yang bernama demikian, dan di sana ditemukan banyak sekali pohon paku haji. Dari kenyataan ini Holle menduga bahwa nama Pakuan mempunyai hubungan asal usul yang menyangkut kehadiran Cipaku dan pohon paku. Pakuan Pajajaran menurut Holle berarti “pohon paku yang berjajar” (op rijen staande pakoe bomen).
Pendapat ketiga dikemukakan oleh G.P. Rouffaer (1919) alam tulisannya mengenani arti Pakuan Pajajaran terdapat dalam “Encyclopedie van Nederlandsch Indie” edisi Stibbe tahun 1918. Rouffaer mengemukakan bahwa nama Pakuan mengandung pengertian “paku jagat” (spijker der wereld) yangmelambangkan pribadi raja seperti pada gelar Paku Buwono dan Paku Alam. Pakuan menurut Roffaer searti dengan Maharaja. Kata Pajajaran diartikan berdiri sejajar atau imbang (evenknie), yang dimaksudkannya ialah berdiri sejajar atau seimbang dengan Majapahit. Dari uaraiannya dapat disimpulkan bahwa Pakuan Pajajaran berarti Maharaja yang berdiri sejajar atau seimbang dengan (Maharaja) Majapahit.
Pendapat keempat dikemukakan oleh R.Ng. Poerbatjaraka (1921), dalam tulisannya yang berjudul “De Batoe-Toelis bij Buitenzorg” (Batu Tulis di Bogor). Ia menjelaskan bahwa kata pakuan berasal dari Jawa Kuno pakwwan yang kemudian, seperti tampak pada prasasti Batutulis, dieja pakwan (satu huruf W). Dlaam lidah rang sunda kata itu diucapkan menjadi Pakuan. Kata pakwan berarti kemah atau istana. Menurutnya Pakuan Pajajaran berarti istana yang berjajar (aanrijen staande hoven).
Pendapat kelima dikemukakan oleh H. Ten Dam (1957) dalam tulisannya yang berjudul Pengenalan sekitar Pajajaran (Verkenningen Rondom Padjadjaran). Ia menunjukkan bahwa pengertian Pakuan ada hubungannya dengan lingga (tonggak) batu yang terpancang di sebelah prasasti Batutulis sebagai tanda kekuasaan. Menurut pendapatnya Pakuan bukanlah nama, melainkan kata benda umum yang berarti ibukota (hoffstad) yang harus dibedakan dari keraton. Ia menunjuk isi laporan Kapiten Winkler (1690) yang memberitakan bahwa ia melintasi Istana Pakuan Pajajaran yang terletak antara sungai besar dengan sungai Tangerang atau disebut Sungai Ciliwung dan Cisadane. Berdasarkan berita itu dan keadaan topografik, Ten Dam lalu menarik kesimpulan bahwa nama Pajajaran timbul karena daerah inibeberapa kilometer jauhnya Ciliwung dan Cisadane sejajar. Jadi, Pakuan Pajajaran adalah pakuan di Pajajaran atau Padjadjaran.
Kelima pendapat tersebut adalah tafsiran yang dibuat tentang arti yang terkandung dalam nama Pakuan Pajajaran. Dalam naskah Carita Parahyangan terdapat kalimat yang berbunyi, “Sang Susuktunggal, Inyana nu nyieunna palangka Sriman Swiwacana Sri Baduga Maharajadiraja Ratu Haji di Pakwan Pajajaran nu mikadatwan Sri Bima Punta Narayana Madura Suradipati, inyana pakwan Sanghiyang Sri Ratu Dewata” (Sang Susuktunggal, dialah yang membuat tahta Sriman Sriwacana untuk Sri Baduga Maharaja Ratu Penguasa di Pakuan Pajajaran yang bersemayam di Keraton Sri Bima Punta Narayana Madura Suradipati, yaitu pakuan Sanghiyang Sri Ratu Dewata). Dengan demikian sudah jelas bahwa pakuan berarti tempat tinggal untuk raja yang biasa disebut keraton, kedaton atau istana.
Di antara tafsiran yang telah dibicarakan tadi, hanyalah tafsiran Poerbatjaraka yang sejalan dengan arti kata pakuan menurut naskah Carita Parahiyangan, yaitu Istana yang berjajar. Pendapat Ten Dam bahwa Pakuan berarti ibukota (dayeuh) hanya benar dilihat dari segi penggunaannya, tetapi salah jika dilihat dari segi sistematik.Dalam laporan Tome Pires (1513) disebutkan bahwa ibukota kerajaan Sunda itu bernama Dayo (dayeuh) dan terletak di daerah pegunungan. Nama Dayo tentu didengarnya dari penduduk atau pembesar pelabuhan Kalapa ketika kapalnya singgah disitu. Jadi, jelas orang pelabuhan Kalapa menggunakan kata dayeuh (bukan akuan) bila mereka bermaksud menyebut ibukota dalam percakapan sehari-hari sedang-kan dalam kesusasteraan tertulis biasa digunakan kata Pakuan untuk menyebut ibukota kerajaan, dan istilah pajajaran untuk nama negara.
Asal Nama Tempat di Bogor
1. Asal Mula Nama Batutulis
Banyak yang mengetahui bahwa nama Batutulis berhubungan erat dengan kepemilikan peninggalan sejarah yang ada di sana sejak ratusan tahun silam. Berbagai kepercayaan berakar pada perjalanan sejarah daerah ini, terutama pada batu pipih bentuk trapesium. Di samping itu, beberapa peninggalan lainnya ada di sana berupa batu berjumlah 15 buah. Seluruh daerah ini merupakan daerah yang tidak boleh diganggu, karena merupakan daerah “kabuyutan” yang disucikan sejak ratusan tahun silam. Bangunan rumah penduduk yang ada sekarang, sebenarnya berada tepat di lokasi taman keraton Pajajaran. Semua kenangan pada kejayaan Pajajaran oleh anak cucu dan cicit Siliwangi diabadikan pada sebuah nama yaitu Batutulis. Prasasti Batutulis yang dulu sukar diartikan sekarang telah diketahui makna isinya sebagai sasakala, yang dimaksud dengan sasakala yaitu batu prasasti peringatan bagi Raja Pajajaran yangtelah meninggal dunia Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi) tahun 1521, atas jasa dan karya Siliwangi yang telah dikerjakan selama memerintah Pajajaran.
2. Asal Mula Nama Ciliwung
Tahun 1657 Ciliwung atau pada sastra tutur bahawa Sunda Legenda dan Pantun Bogor, disebut Tjihaliwung, benar-benar telah nyata sekarang keberadaan yang sebenarnya “Manusia telah menjadi liwung (bingung)”. Liwung kepada jati dirinya, liwung karena diimbas materi yang bisa membuat hati menjadi ganas. Kisah menngenai Ciliwung banyak ditulis dalam sastra sunda berupa guguritan kalimat pupuh yang didendangkan. Dalam caritan pantun Lutung Kasarung, nama sungai ini juga disebut-sebut. Disebutkan ula bahwa kisah Cihaliwung ini diambil dari nama seorang raja bernama Prabu Susuktunggal (Prabu Haliwungan), yaitu Raja di Sunda Pajajaran dalam Carita Parahiyangan.
3. Asal Mula Cisadane
Cisadane dalam uraian arti adalah warna putih, Sadane berarti suci putih. Cisadane dapat pula diartikan sungai yang disucikan. Ciliwung-Cisadane dua alur sungai yang tidak bisa dilepaskan dalam caturrangga sastra pantun dan guguritan Cianjuran. Kedua sungai ini mengalir ke arah utara. Cisadane dan Ciliwung tidak bisa lepas, harus menyatu selamanya.
Penutup
Kesimpulan
Setiap daerah memiliki sejarahnya masing-masing baik sejarah perjuangan, sejarah kerwajaan maupun asal usul nama daerah itu sendiri. Salah satunya sejarah nama Bogor, nama beberapa daerah di Bogor serta sejarah nama Pakuan. Dalam menentukan asal usul nama daerah-daerah tersebut memiliki beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli sejarawan. Sejarah asal usul nama daerah tersebut pada akhirnya dapat diterima oleh masyarakat luas karenamemiliki bukti yang kuat, bukti ini berupa naskah-naskah tradisional dan juga terdapat dalam Carita Parahiyangan.
Saran
Sebagai generasi muda kita harus menggali dan mengkaji lebih dalam lagi sejarah-sejarah daerah yang ada.
Untuk para pembaca sebaiknya kita tetap memelihara dan menjaga sejarah yang ada di sekitar kita agar tidak rusak.
Daftar Pustaka
Danasasmita, Saleh, 1983, Saejarah Bogor Bagian I. Bogor: Guna Kawan Gapura Jagat.
Soelaeman, Eman, 2003, Asal Mula Nama Tempat TOPONIMI Kota Bogor, Kabupaten Bogor, dan Kota Depok, Bogor: Yayasan Budaya Hanjuang Bodas Bogor.
Makalah disampaikan pada “Lomba dan Diskusi Penulisan Sejarah Lokal” yang diselenggarakan oleh Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung