1. Kedatangan Tamu Mulai tanggal 10 Mulud tamu yang dari jauh sudah mulai datang ke Kampung Dukuh Kec. Cilkelet , sedangkan yang terakhir datang pada tanggal 13 Mulud, malah dari Kampung Luar Dukuh yang paling dekat datang pada sore hari menjelang Magrib ke Kampung Dukuh.
Banyaknya tamu yang datang membuat kapasitas tamu tidak tertampung di rumah-rumah masyarakat Dukuh, sehingga umumnya terpasang tenda di halaman. Semua tamu ketika sampai ke Kampung Dukuh langsung menuju ke rumah Kuncen untuk menyampaikan maksudnya, sesudah diterima ke Kuncen kemudian disuguhkan makanan, tamu ini diatur oleh Wakil Kuncen untuk tempat tinggalnya dititipkan di rumah-rumah masyarakat, tapi kalau tidak tertampung di rumah-rumah masyarakat terpaksa memasang tenda darurat.
Selain tamu yang datang dari luar Kampung Dukuh, masyarakat setempat juga datang ke Kampung pada waktu sore tanggal 13 Mulud, menyampaikan maksudnya untuk ikut kegiatan upacara 14 Mulud. Semua tamu dan masyarakat setempat datang ke Kuncen sambil membawa tempat air yang disebut Kele, jika ada tamu yang tidak punya kele, disediakan oleh masyarakat Dukuh, kele ini sebagai tempat air pada acara Ngabungbang air kele ini dibawa kerumah masing-masing dicampurkan pada sumber air yang biasa dipakai untuk keperluan sehari-hari (sumur atau air minum).
2. Wejangan Sesudah sholat isya jam 8.00 malam, semua yang mau ikut upacara 14 Mulud kumpul di rumah Kuncen, yang tidak tertampung di dalam rumah Kuncen mendengarkan dari halaman rumah Kuncen. Kuncen menjelaskan wejangan atau penjelasan-penjelasan tentang hal Kampung Adat Dukuh, sejarah Dukuh dan sejarah yang berupa tulisan (sejarah yang ditulis) atau sejarah yang tidak ditulis disebut sejarah Maneling. Selain penjelasan-penjelasan sejarah juga dijelaskan bagaimana pelaksanaan upacara adat tanggal 14 Mulud.
3. Wasiat Sesudah wejangan yang diberikan oleh Kuncen selesai, dilanjutkan ke acara Wasiat yang disampaikan oleh sesepuh adat Dukuh yang dianggap paling sepuh, yang pada waktu ini dilaksanakan oleh Ibu Iyah Mariyah.
Cara-cara pelaksanaan :
Ibu Iyah keluar dari rumah Kuncen, digandeng oleh dua tokoh adat, empat pemuda dengan membawa tongkat, tongkat ini khusus dibuat dari kayu sulangkar. Ibu Iyah duduk di halaman rumah yang sudah dialasi oleh tikar. Dua tokoh yang menggandeng tadi duduk disebelah kiri dan kanan Ibu Iyah, serta pemuda yang berempat bediri diatas tanah di depan halaman yang diduduki oleh Ibu Iyah. Seterusnya Ibu Iyah memberikan wasiat yang berupa bahasa isyarat serta menjelaskan tentang hal kejadian zaman, dan tidak lewat juga kejadian yang akan datang. Selesai wasiat Ibu Iyah meninggalkan halaman rumah balik ke rumahnya diikuti oleh yang menggandeng tadi.
4. Pelaksanaan Adus (Mandi Berkah) Sesudah selesai wasiat, semua yang hadir di rumah Kuncen atau yang diluar menyerahkan kele yang diterima oleh Wakil Kuncen (Lawang), seterusnya oleh Wakil Kuncen semua kele disimpan dibelakang rumah Alit (rumah panggung) disampirkan di pagar.
Semua yang mau ikut upacara 14 Mulud ini berangkat menuju ke jamban (pancuran suci) untuk melaksanakan Adus (mandi berkah). Yang mandi dibagi tiga tempat, untuk perempuan dan laki-laki dipisahkan.
Mandi besar dimulai oleh Kuncen diteruskan oleh yang lainnya. Sekali masuk ke tempat mandi ada tiga sampai empat orang, sebab yang akan melaksanakan mandi sangat banyak. Mandi besar dipimpin oleh Wakil Kuncen, yaitu oleh Ki Oman dan Ki Korib yang di tugaskan menjadi Wakil Kuncen waktu ini.
Pelaksanaan mandi besar diisyaratkan oleh Wakil Kuncen yang duduk di atas pancuran sambil mengatur mengalirnya air. Pertama- tama Wakil Kuncen berdoa memberi tanda atau isyarat dengan ucapan : cuuur keluar air banyak dari lubang air lalu ditampung oleh yang ada di dalam kamar mandi juga langsung di guyurkan ke seluruh badan. Setelah selesai yang ini diteruskan lagi pada yang lainnya yang sudah antri atau menunggu diluar kamar mandi. Begitu dan begitu terus pelaksanaan mandi itu. Wakil kuncen berdiri memimpin mandi hingga kurang lebih sampai jam tiga subuh.
5. Ngabungbang Yang sudah beres mandi dari kamar mandi lalu ngulang lagi, ada juga yang masuk lagi kerumah Kuncen dan ada juga yang diam diteras rumah Kuncen menunggu acara Ngabungbang. Acara ngabungbang dimulai, wakil-wakil Kuncen mengisi kele-kele (Alat-alat) yang disimpan di belakang rumah kecil, lalu sebelum di isi air, air itu di beri doa dahulu, setelah selesai di isi semua Kele lalu dimasukan ke rumah kecil.
Kuncen dan Wakil Kuncen masuk ke rumah kecil sambil membawa peralatan pusaka Adat Kampung Dukuh. Yang masuk kerumah kecil hanya Kuncen dan Wakil Kuncen saja, yang lainnya tidak boleh masuk. Kuncen memberikan Doa kesemua air yang ada, setelah Berdoa lalu membersihkan alat pusaka yaitu Keris pusaka yang disebut Silember dan Keris yang lainnya. Selama Kuncen dan Wakil Kuncen melaksanakan acara di dalam rumah kecil, yang ada dirumah Kuncen memukul terebang sambil membaca sholawat, yang diluar juga ikut membaca sholawat. Namun ada juga yang diluar diantaranya khusus yang belajar ilmu dan juga yang mematangkan ilmu, ada juga diantaranya Sesepuh adat Kampung Dukuh yang diberi ilmu oleh Wakil-wakil Kuncen setelah beres acara didalam rumah kecil.
Setelah selesai acara didalam rumah kecil, semua kele dikeluarkan lagi lalu disandarkan ke pagar. Ada yang diambil kembali oleh yang punya yang sudah menunggu diluar pagar rumah kecil, dan ada juga yang diambil pagi- pagi. Upacara Ngabungbang selesai semuanya pergi ke Mesjid Jami. Kuncen keluar dari rumah kecil lalu ke Mesjid untuk melaksanakan shalat subuh dengan berjamaah. Pagi- pagi para tamu berkumpul lagi di rumah Kuncen, ada yang mau pamitan pulang ke desanya ada juga yang bilang akan tidur lagi di Kampung dukuh, maksudnya akan pergi berjiarah pada hari Sabtu.
Sumber : http://garutpedia.garutkab.go.id
Photo : http://pariwisata.garutkab.go.id