Refleksi Sambil Mengingat Sejarah

Bosan dengan kemacetan, polusi dan hingar-bingar suasana kota Bandung? mungkin sebagian besar warga Bandung, khususnya Remaja Bandung, pernah mengalami hal serupa. bosan dan jenuh setelah menjalani aktivitas selama hari kerja, membuat pikiran kita butuh refleksi.

Tidak cukup "memanjakan" pikiran kita di pusat perkotaan sebaiknya Remaja, beralih ke alam pedesaan. Jawa Barat, memang memiliki banyak tempat untuk merefleksikan otak di akhir pekan, salah satunya adalah kota Garut. di kota ini terdapat salah satu objek wisata yang bernama Situ Cangkuang, namun tidak hanya sebatas situ saja, masih ada objek wisata lainnya di dalam situ tersebut, salah satunya adalah Candi Cangkuang dan Pemukiman Kampung Pulo.

Untuk dapat menuju Candi dan Kampung Pulo, para pengungjung harus memakai rakit dengan harga Rp.3000/orang, namun pengunjung harus menunggu rakit tersebut ramai penumpang (min 10 orang). bila pengunjung tidak sabar, pengunjung bisa memesan rakit tersebut, sesuai yang pengunjung minta, biasanya untuk harga pemesanan pribadi, tiap pengunjung dikenakan harga tiga kali lipat dari harga normal. setelah menyeberang pengunjung harus membeli tiket masuk kawasan Candi Cangkuang dan Kampung Pulo seharga Rp.2000/orang, harga yang fantastis bukan?

Bangunan Candi Cangkuang yang sekarang dapat kita saksikan merupakan hasil pemugaran yang diresmikan pada tahun 1978. Candi ini berdiri pada sebuah lahan persegi empat yang berukuran 4,7 x 4,7 m dengan tinggi 30 cm. Kaki bangunan yang menyokong pelipit padma, pelipit kumuda, dan pelipit pasagi ukurannya 4,5 x 4,5 m dengan tinggi 1,37 m. Di sisi timur terdapat penampil tempat tangga naik yang panjangnya 1,5 m dan lébar 1,26 m.

Tubuh bangunan candi bentuknya persegi empat 4,22 x 4,22 m dengan tinggi 2,49 m. Di sisi utara terdapat pintu masuk yang berukuran 1,56 m (tinggi) x 0,6 m (lebar). Puncak candi ada dua tingkat: persegi empat berukuran 3,8 x 3,8 m dengan tinggi 1,56 m dan 2,74 x 2,74 m yang tingginya 1,1 m. Di dalamnya terdapat ruangan berukuran 2,18 x 2,24 m yang tingginya 2,55 m. Di dasarnya terdapat cekungan berukuran 0,4 x 0,4 m yang dalamnya 7 m (dibangun ketika pemugaran supaya bangunan menjadi stabil).

Di antara sisa-sisa bangunan candi, ditemukan juga arca (tahun 1800-an) dengan posisi sedang bersila di atas padmasana ganda. Kaki kiri menyilang datar yang alasnya menghadap ke sebelah dalam paha kanan. Kaki kanan menghadap ke bawah beralaskan lapik. Di depan kaki kiri terdapat kepala sapi (nandi) yang telinganya mengarah ke depan. Dengan adanya kepala nandi ini, para ahli menganggap bahwa ini adalah arca Siwa. Kedua tangannya menengadah di atas paha. Pada tubuhnya terdapat penghias perut, penghias dada dan penghias telinga.
Keadaan arca ini sudah rusak, wajahnya datar, bagian tangan hingga kedua pergelangannya telah hilang. Lebar wajah 8 cm, lebar pundak 18 cm, lebar pinggang 9 cm, padmasana 38 cm (tingginya 14 cm), lapik 37 cm & 45 cm (tinggi 6 cm dan 19 cm), tinggi 41 cm.

Candi Cangkuang sebagaimana terlihat sekarang ini, sesungguhnya adalah hasil rekayasa rekonstruksi, sebab bangunan aslinya hanyalah 35%-an. Oleh sebab itu, bentuk bangunan Candi Cangkuang yang sebenarnya belumlah diketahui.

Di sebelah objek wisata Candi Cangkuang, terdapat sebuah perkampungan yang bernama kampung pulo, objek wisata ini menawarkan barang-barang kerajinan ala kampung pulo. aneka kerajinan kampung Pulo berupa: Tas rajutan, Topi Rajutan, Sarung Handphone Rajutan dan masih banyak lagi. tidak hanya barang rajutan, barang anyaman pun ada walaupun tidak banyak.

Sumber : http://infobandung.multiply.com