Pementasan tim kesenian Bali di sejumlah kota besar di Jepang cukup sukses, sehingga kembali mendapat 'pesanan' untuk mengadakan lawatan ke negeri Matahari Terbit itu, tahun depan. "Setiap pementasan dalam gedung berkapasitas 3.000 orang selalu penuh dipadati penonton," ujar Ketua Tim Kesenian Bali, I Ketut Suwentra, SST yang baru tiba dari mengadakan lawatan bersama 30 seniman ke Jepang, seperti dilaporkan Antara dari Denpasar.
Suwentra menyatakan, sejumlah sponsor sudah sanggup membiayai keberangkatan sedikitnya 30 seniman Bali ke Jepang pada bulan Juli atau Agustus tahun depan. Peluang itu perlu dipersiapkan sejak dini, khususnya menyangkut materi dan garapan seni yang lebih mengutamakan mutu, sehingga mampu memberikan kesan unik dan menarik, meskipun masyarakat internasional sudah berkali-kali menyaksikan kesenian Bali.
Ketut Suwentra yang juga Ketua Sekaa (grup) Jegog Suar Agung, Kabupaten Jembrana itu menambahkan, lawatan ke Negeri Sakura selama dua pekan kali ini mengadakan tiga kali pementasan. Selain itu, mengadakan tiga kali pertemuan dengan kalangan perguruan tinggi dan pencinta seni membicarakan Jegog, kesenian khas kabupaten Jembrana, Bali.
Pementasan kesenian Jegog dalam lawatan kali ini, menitikberatkan pesan-pesan perdamaian kepada masyarakat dunia yang dikemas sedemikian rupa dalam garapan tari dan tabuh, yang dirancang secara profesional. Garapan kreasi baru baik tabuh maupun tari yang dipentaskan di negeri Sakura, antara lain tari kreasi Prewira Suta Agung dan Pring Graha dengan iringan tabuh yang menggambarkan aktivitas keseharian putra-putri Bali. Suwentra menjelaskan, pentas diawali dari kota Tokyo yang mendapat perhatian besar, menyusul di kota Zizuoko, di lereng kaki Gunung Fujiama dan terakhir di kota Kapui. Alunan instrumen musik yang merdu dari bahan aneka bambu itu, semakin mendapat tempat dihati masyarakat Jepang, terbukti permintaan untuk pentas ke negeri Sakura itu hampir setiap tahun.
Ketut Suwentra menjelaskan, Jegog, kesenian khas Kabupaten Jembrana semakin mendapat tempat khusus di mancanegara, khususnya Jepang, karena mampu menarik perhatian masyarakat penonton. Kesenian khas itu, memiliki kristalisasi yang berkualitas dengan bentuk kreasi bervariasi serta didukung seniman andal. Kesenian Jegog diperkirakan sudah ada sejak tahun 1912, sumber inspirasinya dari angklung gerantang.
Awalnya hanya bergerak dibidang tabuh, namun kini mengiringi gerak tari. Berbagai bentuk muncul seperti Tarian Mekepung yang dibawakan enam wanita dan seorang pria. Layaknya permainan tarik pedati dengan menggunakan dua ekor kerbau sebagai penggeraknya.
Berkembangnya kesenian Jegog di Bali barat, memudahkan seleksi pengiriman tim kesenian untuk memenuhi permintaan pentas dari luar negeri. Kesenian Jegog mengadakan lawatan ke Jepang mampu memancing minat masyarakat negara itu, mendalami kesenian tersebut. Kesenian Jegog berkembang di beberapa kota besar di Jepang, sudah terbentuk lima perkumpulan Jegog di sana.
Koreografer Tiga Negara Tampil di Riau
Sebanyak 23 orang koreografer (penata tari) asal Indonesia, Amerika Serikat dan Malaysia berencana mempertunjukkan kebolehan mereka dalam "Pasar Tari Kotemporer" yang diselenggarakan Pusat Latihan Tari Laksamana Pekanbaru. Ketua Panitia Pelaksana, Iwan Irawan di Pekanbaru, menyatakan, helat tersebut akan digelar selama tiga hari (19-21 September 2002) dipusatkan di Bangsal Kiambang, Kompleks Dewan Kesenian Riau (DKR) di Pekanbaru.
"Pasar Tari Kotemporer" ketiga setelah pelaksanaan serupa tahun 1997 dan 1999, sebagai wujud cita-cita menjadikan Pekanbaru sebagai pusat tari kotemporer di Sumatera. Bersamaan gelar tersebut lanjutnya, panitia juga menyelenggarakan sarasehan yang menampilkan para pengamat tari ternama Indonesia yakni Tom Ibnur (Jakarta), S. Tri Sakto (Jakarta) dan Ben M Pasaribu (Medan).
Dijelaskannya, sarasehan ini bisa diikuti siapapun yang berminat, acaranya tidak terlalu formal, karena mungkin tempatnya di alam atau ruang terbuka. Ke 23 tokoh koreografer yang sudah dipastikan kehadirannya adalah, tiga dari luar negeri masing-masing Polly Motley (AS), Rachael Scot Crefod (AS), Jois Eslim (Malaysia). Dari Jawa terdiri Eko Supriyanto (Solo), Bimo (Jogjakarta), Sutopo (Jogjakarta), dan Elfindra (Jogjakarta).
Koreografer asal Sumatera terdiri tiga dari Padang yakni Eri Mepri, Indrayuda dan Erwanto (Padang); tiga dari Medan yakni Iskandar Muda, Susi F Rangkuti dan M. Suarsono ; satu dari Bengkulu yakni Intan HS. Utusan dari Provinsi Riau sendiri terdiri Faisal Amri (Batam), M. Zakir (Kepulauan Riau), Syafrinaldi (Tembilahan), dan tuan rumah Pekanbaru diwakili lima orang yakni Iwan Irawan, Irvan Nur, Sunardi, Dunny S dan Vivin. (djo)