Mengenang Sejarah di Kota Tua Banda Neira

OLEH: IZAAC TULALESSY

AMBON - Kepulauan Banda di Provinsi Maluku memang dikenal memiliki objek wisata bawah laut yang menakjubkan. Namun, Banda juga memiliki lokasi wisata darat yang tak kalah memukau, terutama wisata sejarah. Berbagai bangunan tua sisa peninggalan masa penjajahan Portugis dan Belanda masih kokoh dan terawat baik.

Menyusuri jalanan di Banda Neira, seolah membawa Anda pada awal tahun 1900-an dengan jalanan kotanya yang sempit hanya selebar sekitar empat meter, dan sepi, namun diteduhi pepohonan besar. Ini membuat suasana kota kecil yang asri di awal abad XX masih terasa.

Kepulauan Banda terdiri atas Pulau Lontor, Pulau Gunung Api, Pulau Neira, Pulau Ay, Pulau Rhun, Pulau Hatta, Pulau Syahrir, Pulau Manukang, Pulau Kurukan, Pulau Nailoka dan Pulau Kapal. Termasuk Kecamatan Banda, Kabupaten Maluku Tengah, ibu kota Kecamatan ini adalah Kota Banda Neira di Pulau Neira.

Dalam Buku Nagarakertagama, Kepulauan Banda yang dikenal dengan nama Wanda adalah penghasil rempah-rempah pala dan fuli (lapisan antara kulit dan biji pala). Portugis adalah bangsa Eropa pertama yang menyinggahi Banda untuk membeli rempah-rempah pada awal tahun 1512.

Rupanya mereka lebih tertarik pada cengkih daripada pala dan fuli sehingga kemudian lebih memfokuskan perhatian di Maluku Utara. Maka tak mengherankan di Maluku Utara, khususnya Ternate dan Tidore, peninggalan mereka berupa benteng dan lain-lain masih dapat disaksikan.

Terlepas dari masa eksploitasi Belanda VOC dan NHM (Nederlandsch Handel Maatschappy) di Kepulauan Banda, kini kita mempunyai warisan budaya dari mereka. Bentuknya berupa bangunan benteng, selain rumah yang pernah ditempati oleh tokoh-tokoh pergerakan nasional selama mereka enam tahun dalam pengasingan.

Permukiman padat yang menandakan perubahan zaman terletak di daerah-daerah baru maupun tempat yang sejak dulu terkenal sebagai pusat kegiatan ekonomi, seperti Kampung China dan Kampung Baru. Di tempat itulah berdiri pasar, sekolah, dan perumahan warga lainnya. Bangunan cagar budaya umumnya terletak di Kampung Ratu yang berpusat di sekitar Benteng Belgica dan Istana Mini. Di sekitar tempat tersebut masih banyak berdiri rumah kuno yang besar.

Banda Neira dibangun Portugis pada awal abad XVI, yang kemudian dikembangkan oleh Belanda. Belanda mengembangkan Banda Neira sebagai kota yang bergaya Eropa, antara lain bangunan pelabuhan, perkebunan pala, dan permukiman warga Belanda serta kantor pimpinan VOC (Vereenigde Oost Indiesche Companie)-nya.

Pengasingan Para Pejuang
Banda Neira juga dijadikan sebagai tempat buangan para pejuang kemerdekaan. Selain Mohammad Hatta dan Sutan Sjahrir, tokoh lain yang pernah diasingkan di sini adalah dr Cipto Mangunkusumo (1928), Iwa Kusumasumantri (1930), serta sejumlah anggota Sjarikat Islam (SI) yang dibuang sebagai hukuman karena memberontak.

Di rumah Bung Hatta yang sudah dipugar, Anda bisa mengikuti jejaknya selama diasingkan tahun 1936-1942. Benda-benda yang pernah digunakannya, seperti pakaian, kopiah, kacamata, mesin ketik, dan tempat tidur, masih tertata. Demikian juga foto-foto Bung Hatta dan keluarganya, terpampang rapi di setiap ruangan rumah.

Pada bagian belakang rumah terdapat bangku sekolah yang digunakan Bung Hatta untuk mengajari anak-anak Banda dalam hal tulis-menulis, membaca, aritmatika, dan bahasa Inggris. Semua diajarkan dalam bahasa Belanda. Di dekat lokasi bangku sekolah tersebut terdapat sebuah gentong besar yang digunakan Bung Hatta untuk menampung air hujan sebagai sumber air minum.

Kondisi serupa juga terdapat di rumah pengasingan Sutan Sjahrir dan dr Cipto Mangunkusumo. Arsitektur asli bangunan menjadi daya tarik tersendiri. Tak jauh dari rumah ini terdapat Istana Mini yang pada abad XVIII dijadikan tempat tinggal dan kantor Gubernur VOC. Di gedung besar ini, sejumlah guratan sejarah masih membekas, seperti lubang bekas tembakan meriam dan surat seorang tentara Portugis sebelum mengakhiri hidupnya dengan gantung diri di gedung tersebut.

Benteng Belgica adalah bangunan bersejarah lain, terletak di atas perbukitan barat daya Pulau Banda. Dari puncak menaranya, Anda bisa menikmati panorama sebagian Kepulauan Banda, mulai dari birunya perairan Teluk Banda, puncak Gunung Api yang menjulang, sampai rimbunnya pohon pala di Pulau Banda Besar.

Benteng Belgica merupakan benteng peninggalan Portugis yang dibangun pada tahun 1602 hingga tahun 1611. Di bagian tengah benteng terdapat sebuah ruang terbuka untuk para tahanan. Di tengah ruang terbuka itu terdapat dua sumur rahasia yang konon menghubungkan benteng dengan pelabuhan dan Benteng Nassau yang berada di tepi pantai.

Selain itu, terdapat kegiatan agrowisata di kebun pala dan wisata mendaki Gunung Api yang patut Anda coba.

Sumber:
http://www.sinarharapan.co.id