JAKARTA - Anda termasuk penggila kuliner Timur Tengah? Coba mampir ke sebuah restauran kuliner Timur Tengah Abu Nawas di Jalan Matraman, Jakarta Timur. Restoran yang berdiri sejak tahun 2001, dijamin menambah pengalaman kuliner anda akan masakan khas Timur Tengah.
Nuansa Timur Tengah langsung terasa ketika anda memasuki depan restoran. Pintu-pintu yang bersimbol kebudayaanAarab dan ditambah para pramusaji berseragam layaknya Abu Nawas menjadi keunikan tersendiri rumah makan tersebut. Tata ruangan dan hiasan begitu menarik seolah anda akan dibawah ke sebuah tempat makan di negeri nan jauh disana.
Masuk ke ruang bersantap, jangan bingung bila tak ada kursi. Dalam tradisi masyarakat Arab terdapat Majelis, yakni ruangan luas tanpa kursi sehingga orang duduk lesehan dengan menggunakan karpet dan bantal untuk senderan. Begitu pun di dalam Abu Nawas, pengunjung duduk di bawah kemudian makanan diletakan di tengah ruangan.
Santapan diawali dengan hidangan pembuka (Muqabalat Mushakal) Abu Nawas terdiri dari Homus, Mutabal, Sarbath Adas, Tabbula dan Baba Ghanoug. Makanan pembuka biasanya dikonsumsi dengan menggunakan roti. dalam beragam citarasa dengan rasa minyak zaitun begitu tajam dilidah.
Menurut Supervisor Restoran Abu Nawas, Ahmad Sulaiman,cara memakan hidangan pembuka antara pengunjung lokal dengan timur tengah berbeda. Jika pengunjung Timur Tengah menyantap satu persatu atau memilih salah satunya baik Homus, Mutabal, Darbath Adas, Tabula dan Bab Ghanoug maka pengunjung lokal akan menggabungkan kesemuanya seperti ketika mengoleskan mesis dan mentega pada roti tawar.
"Atau terkadang ketika mereka sudah mengoleskan hidangan pembuka pada roti kemudian ditambahkan daging kambing atau ayam lalu roti dilipat seperti kebab," ungkapnya.
Usai menikmati hidangan pembuka,kemudian dilanjutkan dengan menyantap hidangan utama. Menu favorit yang sering dipesan pengunjung yakni Nasi Mandhi yang berasal dari Yaman. Nasi Mandhi mirip nasi kebuli dengan aroma rempah-rempah menguar kuat juga di lidah.
Warna nasi tidak begitu kuning melainkan seperti nasi putih namun pengunjung dapat melihat bumbu rempah yang menempel disetiap butir nasi. Sajian nasi Mandhi itu klop bila ditemani iga kambing muda yang sedap dan gurih.
Selain Nasi Mandhi, favorit pengunjung lain yakni Nasi Briyani Abu Nawas. Berbeda dengan Nasi Mandhi, Nasi Briyani berasal dari India, memiliki rasa jauh lebih gurih dan aroma rempah lebih tajam. Lagi-lagi disandingkan dengan sajian ayam atau iga kambing muda membuat perpaduan rasa lebih nikmat.
Kedua sajian, baik nasi Mandhi maupun Nasi Briyani lebih lengkap bila disantap dengan sambal yang tidak terlalu pedas namun terasa asam. Menurut Ahmad, sajian sambal bertujuan mentralisir rasa panas saat mengkonsumsi daging kambing.
Sebagai penutup, disajikan panganan ringan yang disebut dengan Sambosa. Sambosa ialah semacam gorengan berisi irisan daging kambing. Kemudian Jus Lemon dan Daun Mint serta salad. Semua sajian dimaksudkan untuk menetralisir rasa panas ketika mengkonsumsi hidangan utama sekaligus mencegah terkena tekanan darah tinggi.
Restoran Abu Nawas awal didirikan memang khusus untuk memperkenalkan cita rasa kuliner Timur Tengah kepada masyarakat Indonesia. Ruang demi ruang disulap sedemikian rupa hingga terasa nuansa arab.
Ruangan makan ala lesehan dengan privasi yang terjaga merupakan ciri khas Timur Tengah. Namun bagi pengunjung yang tak kebagian "Majelis" atau tidak cocok lesehan, Abu Nawas juga menyediakan ruangan layaknya restoran biasa yang terdapat meja-kursi.
Kebanyakan pengunjung, menurut Ahmad, adalah masyarakat keturuan atau warga asing yang sedang berkunjung ke Indonesia. Namun,ketika memasuki bulan Juni hingga Agustus ketika musim liburan di Timur Tengah tiba, justru Restoran Abu Nawas lebih banyak dikunjungi masyarakat lokal.
Untuk segi harga, Restoran Abu Nawas mematok harga kompetitif disetiap sajian. Harga berkisar antara Rp. 12.000 hingga Rp.70.000 rupiah. Restoran Abu Nawas juga menawarkan paket prasmanan yang menyajikan hidangan khas Timur Tengah secara lengkap mulai dari hindangan pemuka hingga penutup. Buka dari Pukul 9.00 WIB hingga pukul 22.00 WIB, Abu Nawas bisa menjadi alternatif pilihan bagi pecinta Kuliner Timur Tengah di ibu kota./cr2/itz
Sumber : http://www.republika.co.id
Nuansa Timur Tengah langsung terasa ketika anda memasuki depan restoran. Pintu-pintu yang bersimbol kebudayaanAarab dan ditambah para pramusaji berseragam layaknya Abu Nawas menjadi keunikan tersendiri rumah makan tersebut. Tata ruangan dan hiasan begitu menarik seolah anda akan dibawah ke sebuah tempat makan di negeri nan jauh disana.
Masuk ke ruang bersantap, jangan bingung bila tak ada kursi. Dalam tradisi masyarakat Arab terdapat Majelis, yakni ruangan luas tanpa kursi sehingga orang duduk lesehan dengan menggunakan karpet dan bantal untuk senderan. Begitu pun di dalam Abu Nawas, pengunjung duduk di bawah kemudian makanan diletakan di tengah ruangan.
Santapan diawali dengan hidangan pembuka (Muqabalat Mushakal) Abu Nawas terdiri dari Homus, Mutabal, Sarbath Adas, Tabbula dan Baba Ghanoug. Makanan pembuka biasanya dikonsumsi dengan menggunakan roti. dalam beragam citarasa dengan rasa minyak zaitun begitu tajam dilidah.
Menurut Supervisor Restoran Abu Nawas, Ahmad Sulaiman,cara memakan hidangan pembuka antara pengunjung lokal dengan timur tengah berbeda. Jika pengunjung Timur Tengah menyantap satu persatu atau memilih salah satunya baik Homus, Mutabal, Darbath Adas, Tabula dan Bab Ghanoug maka pengunjung lokal akan menggabungkan kesemuanya seperti ketika mengoleskan mesis dan mentega pada roti tawar.
"Atau terkadang ketika mereka sudah mengoleskan hidangan pembuka pada roti kemudian ditambahkan daging kambing atau ayam lalu roti dilipat seperti kebab," ungkapnya.
Usai menikmati hidangan pembuka,kemudian dilanjutkan dengan menyantap hidangan utama. Menu favorit yang sering dipesan pengunjung yakni Nasi Mandhi yang berasal dari Yaman. Nasi Mandhi mirip nasi kebuli dengan aroma rempah-rempah menguar kuat juga di lidah.
Warna nasi tidak begitu kuning melainkan seperti nasi putih namun pengunjung dapat melihat bumbu rempah yang menempel disetiap butir nasi. Sajian nasi Mandhi itu klop bila ditemani iga kambing muda yang sedap dan gurih.
Selain Nasi Mandhi, favorit pengunjung lain yakni Nasi Briyani Abu Nawas. Berbeda dengan Nasi Mandhi, Nasi Briyani berasal dari India, memiliki rasa jauh lebih gurih dan aroma rempah lebih tajam. Lagi-lagi disandingkan dengan sajian ayam atau iga kambing muda membuat perpaduan rasa lebih nikmat.
Kedua sajian, baik nasi Mandhi maupun Nasi Briyani lebih lengkap bila disantap dengan sambal yang tidak terlalu pedas namun terasa asam. Menurut Ahmad, sajian sambal bertujuan mentralisir rasa panas saat mengkonsumsi daging kambing.
Sebagai penutup, disajikan panganan ringan yang disebut dengan Sambosa. Sambosa ialah semacam gorengan berisi irisan daging kambing. Kemudian Jus Lemon dan Daun Mint serta salad. Semua sajian dimaksudkan untuk menetralisir rasa panas ketika mengkonsumsi hidangan utama sekaligus mencegah terkena tekanan darah tinggi.
Restoran Abu Nawas awal didirikan memang khusus untuk memperkenalkan cita rasa kuliner Timur Tengah kepada masyarakat Indonesia. Ruang demi ruang disulap sedemikian rupa hingga terasa nuansa arab.
Ruangan makan ala lesehan dengan privasi yang terjaga merupakan ciri khas Timur Tengah. Namun bagi pengunjung yang tak kebagian "Majelis" atau tidak cocok lesehan, Abu Nawas juga menyediakan ruangan layaknya restoran biasa yang terdapat meja-kursi.
Kebanyakan pengunjung, menurut Ahmad, adalah masyarakat keturuan atau warga asing yang sedang berkunjung ke Indonesia. Namun,ketika memasuki bulan Juni hingga Agustus ketika musim liburan di Timur Tengah tiba, justru Restoran Abu Nawas lebih banyak dikunjungi masyarakat lokal.
Untuk segi harga, Restoran Abu Nawas mematok harga kompetitif disetiap sajian. Harga berkisar antara Rp. 12.000 hingga Rp.70.000 rupiah. Restoran Abu Nawas juga menawarkan paket prasmanan yang menyajikan hidangan khas Timur Tengah secara lengkap mulai dari hindangan pemuka hingga penutup. Buka dari Pukul 9.00 WIB hingga pukul 22.00 WIB, Abu Nawas bisa menjadi alternatif pilihan bagi pecinta Kuliner Timur Tengah di ibu kota./cr2/itz
Sumber : http://www.republika.co.id