Pariwisata Klungkung Belum Digarap Maksimal

Semarapura - Kabupaten Klungkung punya potensi luar biasa di bidang kepariwisataan. Terutama di Kepulauan Nusa Penida. Namun, sampai saat ini belum terlihat tanda-tanda Pemkab Klungkung menggarap potensi tersebut secara maksimal. Ironisnya, di tengah minimnya program terobosan yang dirancang Pemkab Klungkung untuk pengembangan pariwisata, retribusi yang seharusnya masuk ke kantong daerah dari sektor pariwisata juga banyak bocor.

Dimintai konfirmasi Selasa (3/6) kemarin, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Klungkung Nengah Wijana tak menampik hal itu. Terkait dengan kebocoran retribusi, dia beralasan, Pemkab Klungkung selama ini hanya mengandalkan kerja sama dengan pengusaha-pengusaha jasa wisata. Termasuk dengan Adpel Benoa untuk pungutan retribusi dari wisatawan melalui kapal pesiar. 'Kami tak menampik kebocoran itu ada. Makanya, kami akan melakukan penertiban dan mengintensifkan kinerja,' tandasnya.

Bukan hanya itu, Wijana juga menegaskan kepada seluruh jajarannya di internal Disbudpar Klungkung agar tidak ada permainan menyimpang. 'Mudah-mudahan pengusaha terkait sama-sama merasa memiliki Klungkung, sehingga ikut membantu pengembangan pariwisata di Klungkung,' harapnya.

Berdasarkan data tahun 2007, kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Nusa Penida setiap tahunnya mencapai 37.157 orang. Itu pun belum sepenuhnya terdata. Mengingat, data bulan Juli hingga Desember 2007 tidak dimasukkan. Yang pasti, dalam sebulan, kedatangan wisman ke Nusa Penida mencapai 8.000 orang. Mereka menikmati indahnya panorama bawah laut di perairan Nusa Lembongan, juga indahnya pantai dan suasana pedesaan Desa Lembongan, Jungutbatu dan Ceningan.

'Sayang, tak banyak yang bisa dinikmati Pemkab Klungkung dari kehadiran wisatawan itu. Hanya Rp 2.000 per wisatawan melalui koordinasi dengan Adpel Benoa,' sebut Wijana didampingi Kasubdin Bina Objek Wisata Nyoman Sucitra.

Selain Nusa Penida, banyak objek wisata yang juga dimiliki Klungkung yang notabene menjadi primadona. Di antaranya Kertagosa, Goa Lawah dan wisata rafting. Dalam setahun, 64.046 wisman dan 7.017 wisatawan nusantara (wisnus) datang ke Kertagosa. Sebanyak 27.432 wisman dan 6.938 wisnus menuju Goa Lawah serta 2.443 wisman menikmati rafting. 'Kalau Pemkab menggarap lebih maksimal, pasti akan mendatangkan pemasukan yang jauh lebih besar,' tandasnya.

Sayang, Wijana mengakui hal itu belum bisa dilakukan dalam kurun waktu dekat ini, karena membutuhkan biaya besar dan kehadiran investor. Untuk sementara, dia mengaku akan melakukan penyesuaian tarif retribusi.

Sayang, Rancangan Peraturan Daerah tentang penyesuaian tarif retribusi itu juga masih nyangkut di DPRD. Padahal, Ranperda yang dirancang untuk menggantikan Perda Nomor 6 Tahun 2000 tentang tarif retribusi itu, sudah diajukan ke DPRD medio Mei 2007. Sudah hampir satu tahun, namun belum mendapat pembahasan. (kmb20)

Sumber:
http://www.balipost.co.id