Modus yang dilakukan dengan mencari kantong-kantong miskin masyarakat dan bekerja sosial.
VIVAnews – Kejahatan seksual terhadap anak masih mengancam industri pariwisata di kawasan Asia Tenggara. Sedikitnya ada 60 ribu anak yang menjadi korban pelaku kejahatan pedofil ini.
Dari pengamatan Koalisi Nasional Penghapusan Eksploitasi Seksual Terhadap Anak, bahwa untuk di Bali masih menjadi sasaran empuk wisata seks kaum pedofil. Hal ini terungkap karena masih adanya pedofil yang tertangkap di Bali.
"Kalau hal dibiarkan maka imej Bali akan jelek dan lama-lama bisa bangkrut," ungkap Ketua koalisi nasional ini, Irwanto, dalam konferensi Asia Tenggara untuk Penanggulangan Wisata Seks Anak di Sanur, Kamis, 19 Maret 2009.
Modus yang dilakukan yaitu dengan mencari kantong-kantong miskin masyarakat dan bekerja sosial seperti guru, dan pekerjaan terhormat lainnya yang dapat mendekatkan dia dengan anak-anak.
Belakangan hal ini kemudian bergeser. Anak-anak merasa mendapat kenyamanan karena secara ekonomi mendapat bantuan berupa barang-barang yang tak pernah didapatkan dari orangtua seeprti handphone, rumah mewah, dan berbagai fasilitas lainnya. “Dengan cara seperti ini biasanya anak-anak mudah untuk masuk terperangkap dan terksploitasi,” ungkapnya.
Sementara Direktur Regional lembaga Terre des Hommes Frans van Dijk mengatakan perlu adanya keberanian pemerintah untuk melindungi anak dari eksploitasi kejahatan seksual.
"Tentu saja hal ini harus dibarengi dengan kesadaran masyarakat agar anak-anak terhindar dari pelecehan dan perdagangan," tuntas Frans.
Sumber : http://nasional.vivanews.com
VIVAnews – Kejahatan seksual terhadap anak masih mengancam industri pariwisata di kawasan Asia Tenggara. Sedikitnya ada 60 ribu anak yang menjadi korban pelaku kejahatan pedofil ini.
Dari pengamatan Koalisi Nasional Penghapusan Eksploitasi Seksual Terhadap Anak, bahwa untuk di Bali masih menjadi sasaran empuk wisata seks kaum pedofil. Hal ini terungkap karena masih adanya pedofil yang tertangkap di Bali.
"Kalau hal dibiarkan maka imej Bali akan jelek dan lama-lama bisa bangkrut," ungkap Ketua koalisi nasional ini, Irwanto, dalam konferensi Asia Tenggara untuk Penanggulangan Wisata Seks Anak di Sanur, Kamis, 19 Maret 2009.
Modus yang dilakukan yaitu dengan mencari kantong-kantong miskin masyarakat dan bekerja sosial seperti guru, dan pekerjaan terhormat lainnya yang dapat mendekatkan dia dengan anak-anak.
Belakangan hal ini kemudian bergeser. Anak-anak merasa mendapat kenyamanan karena secara ekonomi mendapat bantuan berupa barang-barang yang tak pernah didapatkan dari orangtua seeprti handphone, rumah mewah, dan berbagai fasilitas lainnya. “Dengan cara seperti ini biasanya anak-anak mudah untuk masuk terperangkap dan terksploitasi,” ungkapnya.
Sementara Direktur Regional lembaga Terre des Hommes Frans van Dijk mengatakan perlu adanya keberanian pemerintah untuk melindungi anak dari eksploitasi kejahatan seksual.
"Tentu saja hal ini harus dibarengi dengan kesadaran masyarakat agar anak-anak terhindar dari pelecehan dan perdagangan," tuntas Frans.
Sumber : http://nasional.vivanews.com