Oleh : Prof. Dr. Primadi Tabrani
FSRD-ITB
1. Seni Kita saat Ini
Seni modern kita umumnya dipengaruhi barat, dan ada yang meninggalkan tradisi. Tak heran bila seni modern kita kehilangan identitas tradisi daerah, namun belum menemukan identitas nasional
Tiap jaman memiliki ungkapan sendiri-sendiri. Jadi tak mengherankan bila sebagian seni tradisi telah ''mati'' karena kehilangan masyarakat pendukungnya. Sebagian lagi hidup "Senin-Kamis" sungguhpun diupayakan pelestariannya, karena masyarakat pendukungnya makin lama makin sedikit. Sebagian seni tradisi mencoba menyesuaikan diri dengan keadaan masa kini. Namun dalam upaya ini terjadi ketidak seimbangan karena lebih banyak pengaruh dan kaidah barat yang masuk daripada unsur tradisi yang bertahan.
Hal ini sebenarnya menyedihkan karena di masa lalu kita dikenal sebagai bangsa / suku bangsa yang mampu mengolah apapun yang datang dari luar sehingga tinggi muatan lokalnya, berkembanglah kebudayaan tanpa kehilangan jati diri. Dulu ini dimungkinkan karena kita kenal betul tradisi milik kita, sedang di masa kini dalam hiruk pikuk modernisasi, kita kurang mengenal (untuk tak disebut mengabaikan) seni tradisi. Kekurangan ini antara lain bisa diatasi melalui penelitian seni tradisi. Harus diakui dalam dunia penelitian di
2. Pengaruh Globalisasi
3. Penelitian Seni Tradisi
Karena penelitian seni tradisi di Indonesia berjalan lamban, maka sejumlah seniman dengan "local genius"nya tak sabar dan secara intuitip menjawab tantangan datangnya era global dan mencipta dengan memanfaatkan konsep seni tradisi untuk karya modern mereka. Umumnya karya-karya jenis ini muncul diseni pertunjukan: Sardono, Bagong, Rendra, Guruh, Hari Rusli, Ki Manteb Sudarsono, Garin Nugroho untuk menyebut beberapa nama.
4. Perlunya Penelitian Bahasa Rupa
Namun ada kisah lain yang terjadi di daerah Eskimo. Suatu hari seorang missionaris barat menjenguk keluarga Eskimo di iglonya. Di dalam iglo pada dindingnya terpajang beberapa lembar poster yang diperoleh bapak eskimo dari
Jadi yang penting bukan bahasa rupa mana yang dipakai di masa kini, apakah modern atau tradisi, tapi apakah bahasa rupa tersebut serasi untuk kelompok sasarannya.
5. Kasus Penelitian Bahasa Wayang
Makalah ini selanjutnya akan membicarakan penelitian mengenai bahasa rupa wayang, yang telah dimulai sejak tahun 1981, baik wayang batu (relief cerita candi), wayang beber, wayang lontar, wayang golek, maupun wayang kulit. Penelitian terakhir di tahun 1998 adalah tentang tayangan wayang kulit di televisi.
5.1. Sistem NPM dan RWD
Dalam penelitian ini ditemukan apa yang penulis sebut sistem menggambar RWD (ruang waktu datar) yang berbeda dengan sistem barat yang sangat berpengaruh dalam seni rupa, yaitu sistem NPM (naturalis perspektip momenopname). Seni rupa tradisi
Sistem NPM menggambarkan dari satu tempat / arah / waktu (''ceklik" seperti membuat foto). Apa yang digambar di"abadi"
Seni rupa tradisi kita lebih dekat dengan sistem RWD yang mencandera dengan stilasi apa yang digambar, dan mampu bercerita tentangnya, seperti yang dilakukan bahasa-kata, tari, drama yang bermatra waktu. Sistam RWD menggambar dari aneka tempat / arah / waktu. Gambar yang dihasilkan berupa sekuen (bukan still picture) yang bisa terdiri dari beberapa adegan, dan gambar tidak di"penjara" dalam frame, tapi "bergerak" dalam ruang dan waktu.
Oleh sebab itu tidak mengherankan bila bahasa rupa tradisi yang RWD itu "filmis" sifatnya karena bermatra waktu, berbeda dengan NPM yang "statis" karena tidak bermatra waktu.
5.2. Beberapa Skema Bahasa Wayang
Skema Bahasa Rupa Relief
Cerita Lalitavistara
No | Catatan | Gambar | Makna |
1 | DATA OBYEK Bergerak
|
|
|
2 | Cara Lihat
|
|
|
3 | Sekuen
| Tanpa Kisi-Kisi
|
|
4 | A-Naturalis
| Di Stilir
|
|
5 | A-Perspektip
| Candera+Cerita
|
|
6 | A-Momen OP | Berdimensi Waktu | Aneka arah / jarak / waktu. |
Tabel Cara Bahasa Rupa WB-JKK
(Sistem Ruang-Waktu-Datar)
No | Catatan | Gambar | Makna |
1 | Data objek
|
|
|
2 | Cara Lihat
|
| Bahasa rupa ini agar gambar dapat "dibaca" tanpa sastra/teks:
|
3 | Tiap Sekuen
| Tanpa Kisi-Kisi
| Bahasa rupa wayang beber jkk agar gambar mampu bercerita tentang banyak kejadian dalam rentang waktu, pindah tempat, dsbnya. |
4 | A-Naturalis
| Di Stilir
|
|
5 | A-Perspektip
| Candera+Cerita
|
|
6 | A-Momen OP | Berdimensi Waktu | Aneka waktu Aneka latar Kembar. |
Skema Perbandingan Teknologi & Bahasa Rupa
Teknologi & Bahasa Rupa | Penayangan TV | Pergelaran WK "Luar" | Pergelaran WK "Dalam" |
Jamak/satu | Sejumlah kamera | Penonton di satu tempat duduk. | |
Lihat | Aneka: arah/sudut/jarak | Penonton dari satu arah / sudut / jarak | |
Gerak Kamera | pan, tilt, zi, za, dsbnya | Dalang tetap di tempat | |
"Blocking" | sesuai skrip, dibantu basic shots & shot angle | "kiri":baik,pangkat(+). "kanan":jahat, pangkat(-). | "kanan":baik,pangkat(+). "kiri":jahat, pangkat(-). |
Basic Shots | cu, mcu, ms, mls, dsbnya, utamakan cu & mimik alam nyata : naturalis,perspektip, (NPM dinamis) bukan bayangan. | debok atas: mls (berdiri), debok bawah: ms (duduk), utamakan gesture teater bayangan ke kelir: besar & kabur. di kelir: aslinya & tajam. | Debok atas: mls (berdiri), debok bawah: ms (duduk), utamakan gesture teater boneka + bayangan ke kelir: besar + bayangan kabur di kelir: aslinya tanpa bayangan. |
Shot Angle | aneka sudut: atas, normal, bawah, tampak burung. | Sudut bawah: kabur | sudut bawah: boneka + bayangan kabur sudut normal: tajam tanpa bayangan. |
Kesan ruang | tiga dimensi | dua lapis latar; di kelir: tajam ke kelir: kabur. | Tiga dimensi terbatas (ruang antara jangkauan tangan dalang dan kelir) |
Fx (pemeliharaan) | FI cut, dissovle, mix, FO. | FI, dissovle,mix, FO. Adegan: Continous shot; Alih adegan/sekuen saat kepyak;Alih bagian dengan gunungan pada saat suluk, janturan sinden, gerongan | |
Pra produksi | naskah, kerangka, skrip, eksterior, studio, properti. | Tak selalu ada pakem, magang turun-temurun. Pentas, Properti. | |
Produksi (musik,lagu) | pemain, sutradara, rehearsal, shooting,editing, remix. | WK, dalang , latihan (?), (gamelan, sinden, gerong) | |
Pasca Produksi | rush copy, finishing | pergelaran. |
Catatan
Bahasa rupa wayang lontar mirip dengan wayang batu & beber, maka cukup diwakili oleh skema bahasa rupa wayang beber. Wayang golek juga mirip dengan wayang kulit, maka cukup diwakili oleh skema bahasa wayang kulit.
Dari aneka skema ini seniman bisa "berbelanja" warna lokal untuk karya seni masa depan, baik mengangkat seni tradisi ke masa kini, maupun memanfaatkan konsep seni tradisi untuk seni masa depan, hingga memiliki kekhasan, identitas dan warna Indonesia.
Akan dikemukakan beberapa contoh bagaimana bahasa rupa wayang dapat dimanfaatkan untuk komik, pergelaran wayang, penayangan wayang kulit dan wayang golek di TV; untuk "sinetron" golek/wayang kulit; produksifilm/sinetron, dsbnya.
6. Penutup
Teori Relativitas Einstein secara populer berbunyi sbb: " Ruang dan waktu merupakan dua sejoli yang tak dapat dipisahkan. Tiap objek di alam memiliki ruang & waktunya sendiri-sendiri yang tak persis sama satu dengan yang lain, tapi objek-objek itu bisa bersama-sama masuk dalam sebuah tama".
Bukankah sistem RWD dalam seni rupa adalah ''kata lain'' bagi teori relativitas dalam fisikamodern? Bukankah teori kerelatifan ini ''pas'' dengan bahasa rupa tradisi wayang yangcontoh-contohnya telah diuraikan di atas? Masih berapa banyak mutiara konsep seni tradisi yang terpendam? Mengapa tidak digali dan dimanfaatkan untuk seni masa depan kita?......
Daftar Pustaka Pilihan
Sumber Utama
Primadi Tabrani, 1991, Meninjau Bahasa Rupa Wayang Beber Jaka Kembang Kuning dari telaah Cara-Wimba dan Tata Ungkapan Bahasa Rupa Media Ruparungu Dwimatra Statis modern, dalam hubunganya dengan Bahasa Rupa Prasejarah, Primitif, Anak, dan Relief Cerita Lalitavistara Borobudur, Disertai doktor, Fakultas Pasca Sarjana, Institut Teknologi Bandung.
Sumber lainnya
ASTRA, 1983, Kalender Astra 1983,
CALLENFELS, PV van Stein, 1925, De Mintaraga-Basrelief aan de Oud-Javaansche Bouwwerken, PUBLICATIE VAN DE OUDHEIDKUNDIGE DIENTS IN NEDERLANDSCH INDIE, h: 11, pl: 55.
MCLUHAN,
NAISBIT, John & Patricia Aburdene, 1982, MEGATREDS, Megatrends Ltd.
PRIMADI TABRANI, 1993, Bahasa Rupa sebagai Ilmu, Seminar Tunggal Sehari, FSRD-ITB.
-----------, 1997, Traditional Visual Art Concepts, a Source to go beyond 2000, ASPACAE, Konperensi Internasional ke-8 Konfederasi Pendidilkan Seni Asia Pasifik, Melbourne, Australiia.
-----------, 1998, Pencarian Identitas, Aspek Komunikatif Bahasa Rupa Komik Indonesia, Seminar dan Pameran Komik Nasional, Dirjen Kebudayaan, Gedung Perpustakaan Nasional Jakarta.
-----------, 1998, Sastra Wayang Beber, Lokakarya Penulisan Buku Pinter Sastra Jawa, Pusat pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Depdikbud, Wisma Pelni, Cipayung.
-----------, 1998, MESSAGES FROM ANCIENT WALLS, Penerbit ITB.
WOSPAKRIK, Hans J., 1985, TEORI KERELATIFAN UMUM EINSTEIN, Penarbit ITB.
RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi :
Nama/tgl lahir : Prof.Dr. Primadi Tabrani, Pamekasan 16-09-1935.
Alamat Rumah : Sangkuriang R'2
Alamat Kantor : S2-FFSD-ITB, Ganesha 10 Bandung 40132, tlp/fax 2515291.
Keluarga : Istri: Dra.H. Ayu Hasanah; Anak: Oki, Pindi, Luna, Naneng.
Pendidikan :
1991. Doktor (S3), Fakultas Pasca Sarjana, Institut Teknologi
1979. A Course in Television Programme Making, RNTC,
1976. Proffessional Training in Tertiary Education, UNSW,
1970. Sarjana (Master) Seni Rupa, Fakultas Seni Rupa dan Desain, ITB.
Pekerjaan :
1998-kini. Komisi Program Doktor FSRD-ITB.
1995-1998. Implementer Program Magister Seni Rupa dan Desain ITB.
1990-1994. Konsultan bidang media ruparungu, Pusdiklat Bakorsurtanal, Cibinong.
1978-1988. Manajer Produksi Pusat Teknologi Komunikasi Pendidikan ITB.
1973-1983. Koordinator TPB-FSRD-ITB.
1970-kini. Dosen FSRD-ITB, sejak 1973 di Trisakti, sejak 1997 di UNPAS.
Bidang Keahlian
Aneka bidang a.l.: Pendidikan Seni Rupa, Kreativitas, Gambar Anak, Komunikasi Visual, Media Ruparungu, Bahasa Rupa, Sejarah Kebudayaan.
Hobby
Membaca, Menulis, Meneliti, Kegiatan Gambar Anak, Kegiatan Olahraga, Produksi Media Ruparungu.
Buku yang relevan
1995, Gambar sebagai dasar perupa, juga Bahasa Rupa, DRAWING THE IGNORED ART, The Jakarta Post:93-102. 1998,
MESSAGES FROM ANCIENT WALLS, Penerbit ITB
Makalah disampaikan pada Saresehan Gelar Seni & Budaya '98
PSTK-ITB 21-11-98 Aula Timur ITB
Sumber : http://www.angelfire.com