Pasar Indonesia Dibanjiri Budaya Asing

Oleh : Edi Sedyawati

Budayawan dari Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, Edi Sedyawati mengatakan, pasar Indonesia sekarang ini dibanjiri oleh produk-produk budaya asing.

"Pasar kita dibanjiri oleh produk industri budaya asing yang sedikit dipoles dengan kelokalan atau sebaliknya produk industri budaya lokal yang meniru isi produk asing," katanya di Mataram, Kamis.

Ketika menyajikan makalah bertajuk Peningkatan Pemanfaat Tradisi Seni - Budaya sebagai Daya Tarik Wisata pada Lokakarya Perencanaan Pengembangan Pariwisata NTB, dia mengatakan, semua itu tidak berfungsi mencerdaskan, melainkan sebaiknya cenderung menggerakkan efek kecanduan.

"Namun apabila industri budaya nasional dapat meningkatkan daya saing sekaligus mengangkut muatan budaya Indonesia yang dapat kita banggakan bersama, maka dengan besar hati pula produk itu dapat dijajakan kepada wisatawan mancanegara," ujarnya.

Peneliti masalah budaya yang juga mantan Dirjen Kebudayaan itu mengatakan, disamping untuk dipakai sendiri produk budaya tersebut juga untuk menambah kekuatan jatidiri budaya bangsa.

Edi Sedyawati mengatakan, salah satu unsur budaya yang mempunyai kelaikan sebagai obyek dan daya tarik wisata adalah peristiwa-peristiwa adat yang khas di satu daerah di kalangan suatu suku bangsa tertentu.

Peristiwa adat tersebut antara lain berupa upacara yang berkenaan dengan siklus kalendrik, seperti awal dari suatu siklus waktu, saat bulan purnama dan ketika bulan gelap.

Peristiwa adat kalendrik tersebut bisa dicontohkan oleh upacara Kesada di Tengger, galungan dan odalan di Bali serta tabut dan tabot di Bengkulu dan Pariaman.

Selain itu peristiwa adat juga berkaitan dengan siklus prtanian atau perikanan, seperti awal waktu menugal, panen, atau keluarnya `nyale` (sejenis biota laut berbentuk cacing berwarna-warni) di Lombok.

Dia mengatakan, jenis peristiwa adat lain adalah berkaitan dengan daur hidup manusia, seperti tujuh bulan kandungan, kelahiran, potong rambut, turun tanah dan perkawinan.

Kunjungan wisatawan dapat diatur sehingga mereka dapat menyaksikan upacara adat tersebut tanpa mengganggu jalannya acara itu sendiri.

Berkenaan dengan kehadiran wisatawan itu sudah tentu harus ada perjanjian yang jelas dengan pihak keluarga atau komuniti yang melaksanakan upacara.

"Yang harus dijaga adalah agar kehadiran wisatawan tidak menjadi sesuatu yang dirasakan sebagai intrusi melainkan sebaliknya sebagai tambahan kesemarakan acara yang dilaksanakan," katanya.

Untuk itu kepada para wisatawan juga perlu diberikan pemahaman mengenai busana dan perilaku yang bisa diterima dalam kaitan dengan suatu upacara.

Selain itu produk budaya yang bisa menjadi daya tarik wisata adalah peristiwa rekayasa, yakni suatu peristiwa yang sengaja dibuat untuk menggerakkan gairah kegiatan budaya dalam suatu masyarakat sekaligus dicanangkan sebagai obyek daya tarik wisata.

Produk budaya tersebut diantaranya Pekan Kesenian Bali, Festival Kesenian Yogyakarta, Bulan Budaya NTB, Festival Danau Poso dan Toba serta Festival Keraton. [Tma, Ant]

Sumber :
http://www.gatra.com