Sejarah Berdirinya Museum Negeri Mpu Tantular
Pada dasarnya Museum Negeri mpu Tantular adalah kelanjutan dari Stedelijk historisch Museum Surabaya, yang didirikan oleh Von Vaber berkebangsaan Jerman yang sudah menjadi warga Surabaya. Lembaga Kebudayaan ini didirikan tahun 1933, namun baru diresmikan pada tanggal 25 Juli 1937 di gedung sendiri di Jalan Pemuda 33 Surabaya. Sebelum Von Vaber sampai kepada ide untuk mendirikan Museum, terdapat pemikiran/ide-ide yang pokoknya sbb:
1. Mengungkapkan sejarah kota Surabaya sebagai kota kelahiran.
2. Mempersembahkan padanya suatu Lembaga Kebudayaan yang pada akhirnya diwujudkan dalam bentuk museum.
Usaha-usaha ini dimulai sejak tahun 1922 dimana Von Vaber mulai mengumpulkan data secara sistimatis untuk dipergunakan sebagai bahan penulisan kitab "OLD SURABAYA" (Surabaya Lama). Setelah buku tersebut dapat diterbitkan, langkah berikutnya adalah penulisan kitab "NEW SURABAYA" yang diterbitkan tahun 1933.
Museum yang dirintis oleh Von Vaber dimulai dengan wujud yang sangat kecil dalam suatu ruangan di Readhuis Ketabang. Tempat ini sesungguhnya jauh dari apa yang diharapkan. Kemudian muncul tawaran dari Nyonya Janda Han Tjiong King untuk menempatkan museum itu dalam suatu ruangan di Tegal Sari yang luasnya 5 kali luas ruangan yang semula. Karena perkembangan Museum tersebut, ruangan yang ada dirasakan kurang memadai, untuk itu diusahakan agar mendapat ruangan yang lebih luas dan memadai untuk Museum. Usaha tersebut dapat terlaksana dengan diperolehnya sebuah bangunan baru di jalan Simpang (sekarang jalan Pemuda 3 Surabaya) dan dibiayai oleh dana yang terkumpul dari masyarakat. Tata ruangan museum ini mempunyai suatu ruangan koleksi, Perpustakaan, Ruang kantor, Auditorium. Untuk penyempurnaan museum yang dipimpinnya, Von Vaber banyak mengadakan hubungan internasional, namun sebelum cita-citanya tercapai, Von Vaber meninggal pada tanggal 30 September 1955. Sepeninggal Von Vaber museum tersebut tidak terawat, koleksi-koleksinya banyak yang rusak dan hilang. Kemudian museum ditempatkan dibawah Yayasan Pendidikan Umum yang menjaga kelangsungan hidup museum. Kenyataannya mengalami banyak kesulitan karena kekurangan biaya. Usaha untuk mendapatkan bantuan dari Pemerintah Daerah Tingkat I Propinsi Jawa Timur dilakukan pada tahun 1964 yang pada saat itu Ketua Yayasan Bapak Prof Dr. M. Soetopo. Bantuan tersebut dimanfaatkan untuk perbaikan dan pengamanan serta rehabilitasi gedung. Setelah dilingkungan Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan terbentuk suatu Direktorat Permuseuman, perhatian Pemerinrah terhadap Museum yang dikelola Yayasan Pendidikan Umum dapat lebih intensif dan serius. Bantuan-bantuan diusahakan baik dari Pemerintah Pusat maupun dari Pemerintah Daerah. Museum Pendidikan Umum dibuka secara umum tanggal 23 Mei 1972 dan diresmikan dengan nama "Museum Jawa Timur". Selanjutnya timbul inisiatif untuk menyerahkan Lembaga Kebudayaan ini kepada Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Timur. Dalam proses penegerian selanjutnya Yayasan Pendidikan Umum bekerja sama dengan perwakilan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam hal ini Kantor Pembinaan Permuseuman. Adapun hasilnya yang dicapai adalah terbitnya SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 13 Februari 1974 Nomor 040/C/1974. Sejak saat itu Museum Jawa Timur berstatus Museum Negeri. Peresmian dilakukan tanggal 1 Nopember 1974 dengan serah terima dari Ketua yayasan Pendidikan Umum untuk Kebudayaan yaitu Bapak R. Banu Iskandar kepada Direktorat Jenderal Kebudayaan Bapak Prof. Dr. I.B. Mantra. Selanjutnya museum Jawa Timur diresmikan dengan nama "Museum Negeri Jawa Timur Mpu Tantular" dengan lokasi di jalan Pemuda 3 Surabaya. Karena bertambahnya koleksi pertengahan bulan September - Oktober 1975 Museum dipindahkan ke tempat yang lebih luas yaitu di Jalan Taman Mayangkara No.6 Surabaya yang peresmiannya pada tanggal 12 Agustus 1977 oleh Gubernur Jawa Timur Bapak Sunandar Priyosudarmo.
Arti dan Maksud pemberian nama MPU TANTULAR pada Museum Negeri Jawa Timur.
Terpilihnya nama MPU TANTULAR pada Museum Negeri Jawa Timur ialah dengan maksud mengabdikan pandangan hidupnya yang hingga kini tetap terwujud dalam nasional Power Element bangsa Indonesia yaitu Bhineka Tunggal Ika. Mpu Tantular adalah seorang Pujangga Jawa Timur yang hidup dalam pertengahan abad XIV, pada saat sedang menelusuri garis lintas sejarah Majapahit menuju puncak kejayaannya dan kemegahan penuh wibawa. Nama Mpu Tantular sebagaimana halnya nama-nama Pujangga Kuno masa Jawa Timur pada umumnya, mengandung suatu pengertian yang tersembunyi mendukung suatu cita-cita pandangan hidup maha tinggi sesuai dengan tujuan agama/kepercayaan yang dianut pada jamannya. Dalam hal ini Tantular berarti tak tertulari, tak tergoyahkan, tak menyimpang, tak berubah, jadi tetap mengkhusukkan diri, tetap tekun pada ajaran agama sesuai dengan jalan Yoga untuk mencapai kebebasan menuju kelanggengan hidup abadi.
Sumber-Sumber Benda Koleksi Museum Mpu Tantular
Hasil penyerahan dari koleksi Het provincial Stedelijk Historisch Museum Surabaya yang didirikan oleh GH. VON VABER tahun 1937
Hasil kerja sama dengan Komando Daerah Kepolisian Jawa Timur, yaitu benda-benda yang sudah selesai di proses melalui jalur hukum. Untuk pengamanan dan perawatan diserahkan kepada museum sebagai koleksi untuk dinikmati masyarakat.
Hasil penyerahan dari masyarakat, baik dengan memberikan imbalan jasa kepada pemiliknya ataupun penyerahan tanpa imbalan (hibah)
Hasil pengadaan koleksi dari museum Mpu Tantular berupa :
Etnografi,
Keramik, Numismatik,
Seni rupa, Geologi, Biologi,
Histori,
Filologi dan
Teknologi.
http://www.petra.ac.id
http://www.museum-indonesia.net
Photo : http://1.bp.blogspot.com
Pada dasarnya Museum Negeri mpu Tantular adalah kelanjutan dari Stedelijk historisch Museum Surabaya, yang didirikan oleh Von Vaber berkebangsaan Jerman yang sudah menjadi warga Surabaya. Lembaga Kebudayaan ini didirikan tahun 1933, namun baru diresmikan pada tanggal 25 Juli 1937 di gedung sendiri di Jalan Pemuda 33 Surabaya. Sebelum Von Vaber sampai kepada ide untuk mendirikan Museum, terdapat pemikiran/ide-ide yang pokoknya sbb:
1. Mengungkapkan sejarah kota Surabaya sebagai kota kelahiran.
2. Mempersembahkan padanya suatu Lembaga Kebudayaan yang pada akhirnya diwujudkan dalam bentuk museum.
Usaha-usaha ini dimulai sejak tahun 1922 dimana Von Vaber mulai mengumpulkan data secara sistimatis untuk dipergunakan sebagai bahan penulisan kitab "OLD SURABAYA" (Surabaya Lama). Setelah buku tersebut dapat diterbitkan, langkah berikutnya adalah penulisan kitab "NEW SURABAYA" yang diterbitkan tahun 1933.
Museum yang dirintis oleh Von Vaber dimulai dengan wujud yang sangat kecil dalam suatu ruangan di Readhuis Ketabang. Tempat ini sesungguhnya jauh dari apa yang diharapkan. Kemudian muncul tawaran dari Nyonya Janda Han Tjiong King untuk menempatkan museum itu dalam suatu ruangan di Tegal Sari yang luasnya 5 kali luas ruangan yang semula. Karena perkembangan Museum tersebut, ruangan yang ada dirasakan kurang memadai, untuk itu diusahakan agar mendapat ruangan yang lebih luas dan memadai untuk Museum. Usaha tersebut dapat terlaksana dengan diperolehnya sebuah bangunan baru di jalan Simpang (sekarang jalan Pemuda 3 Surabaya) dan dibiayai oleh dana yang terkumpul dari masyarakat. Tata ruangan museum ini mempunyai suatu ruangan koleksi, Perpustakaan, Ruang kantor, Auditorium. Untuk penyempurnaan museum yang dipimpinnya, Von Vaber banyak mengadakan hubungan internasional, namun sebelum cita-citanya tercapai, Von Vaber meninggal pada tanggal 30 September 1955. Sepeninggal Von Vaber museum tersebut tidak terawat, koleksi-koleksinya banyak yang rusak dan hilang. Kemudian museum ditempatkan dibawah Yayasan Pendidikan Umum yang menjaga kelangsungan hidup museum. Kenyataannya mengalami banyak kesulitan karena kekurangan biaya. Usaha untuk mendapatkan bantuan dari Pemerintah Daerah Tingkat I Propinsi Jawa Timur dilakukan pada tahun 1964 yang pada saat itu Ketua Yayasan Bapak Prof Dr. M. Soetopo. Bantuan tersebut dimanfaatkan untuk perbaikan dan pengamanan serta rehabilitasi gedung. Setelah dilingkungan Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan terbentuk suatu Direktorat Permuseuman, perhatian Pemerinrah terhadap Museum yang dikelola Yayasan Pendidikan Umum dapat lebih intensif dan serius. Bantuan-bantuan diusahakan baik dari Pemerintah Pusat maupun dari Pemerintah Daerah. Museum Pendidikan Umum dibuka secara umum tanggal 23 Mei 1972 dan diresmikan dengan nama "Museum Jawa Timur". Selanjutnya timbul inisiatif untuk menyerahkan Lembaga Kebudayaan ini kepada Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Timur. Dalam proses penegerian selanjutnya Yayasan Pendidikan Umum bekerja sama dengan perwakilan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam hal ini Kantor Pembinaan Permuseuman. Adapun hasilnya yang dicapai adalah terbitnya SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 13 Februari 1974 Nomor 040/C/1974. Sejak saat itu Museum Jawa Timur berstatus Museum Negeri. Peresmian dilakukan tanggal 1 Nopember 1974 dengan serah terima dari Ketua yayasan Pendidikan Umum untuk Kebudayaan yaitu Bapak R. Banu Iskandar kepada Direktorat Jenderal Kebudayaan Bapak Prof. Dr. I.B. Mantra. Selanjutnya museum Jawa Timur diresmikan dengan nama "Museum Negeri Jawa Timur Mpu Tantular" dengan lokasi di jalan Pemuda 3 Surabaya. Karena bertambahnya koleksi pertengahan bulan September - Oktober 1975 Museum dipindahkan ke tempat yang lebih luas yaitu di Jalan Taman Mayangkara No.6 Surabaya yang peresmiannya pada tanggal 12 Agustus 1977 oleh Gubernur Jawa Timur Bapak Sunandar Priyosudarmo.
Arti dan Maksud pemberian nama MPU TANTULAR pada Museum Negeri Jawa Timur.
Terpilihnya nama MPU TANTULAR pada Museum Negeri Jawa Timur ialah dengan maksud mengabdikan pandangan hidupnya yang hingga kini tetap terwujud dalam nasional Power Element bangsa Indonesia yaitu Bhineka Tunggal Ika. Mpu Tantular adalah seorang Pujangga Jawa Timur yang hidup dalam pertengahan abad XIV, pada saat sedang menelusuri garis lintas sejarah Majapahit menuju puncak kejayaannya dan kemegahan penuh wibawa. Nama Mpu Tantular sebagaimana halnya nama-nama Pujangga Kuno masa Jawa Timur pada umumnya, mengandung suatu pengertian yang tersembunyi mendukung suatu cita-cita pandangan hidup maha tinggi sesuai dengan tujuan agama/kepercayaan yang dianut pada jamannya. Dalam hal ini Tantular berarti tak tertulari, tak tergoyahkan, tak menyimpang, tak berubah, jadi tetap mengkhusukkan diri, tetap tekun pada ajaran agama sesuai dengan jalan Yoga untuk mencapai kebebasan menuju kelanggengan hidup abadi.
Sumber-Sumber Benda Koleksi Museum Mpu Tantular
Hasil penyerahan dari koleksi Het provincial Stedelijk Historisch Museum Surabaya yang didirikan oleh GH. VON VABER tahun 1937
Hasil kerja sama dengan Komando Daerah Kepolisian Jawa Timur, yaitu benda-benda yang sudah selesai di proses melalui jalur hukum. Untuk pengamanan dan perawatan diserahkan kepada museum sebagai koleksi untuk dinikmati masyarakat.
Hasil penyerahan dari masyarakat, baik dengan memberikan imbalan jasa kepada pemiliknya ataupun penyerahan tanpa imbalan (hibah)
Hasil pengadaan koleksi dari museum Mpu Tantular berupa :
Etnografi,
Keramik, Numismatik,
Seni rupa, Geologi, Biologi,
Histori,
Filologi dan
Teknologi.
Lokasi Museum
Jl. Raya Buduran - Jembatan Layang Sidoarjo
Telp. 031-8056688
Transportasi
Jarak tempuh dari Bandara Udara : 15 Km
Jarak tempuh dari Pelabuhan Laut : 50 Km
Jarak tempuh dari Terminal bus : 10 Km
Jarak tempuh dari Stasiun KA : 35 Km
Jadwal Kunjungan
Senin s/d Kamis : 08.00 - 15.00
Jum'at : 07.00 - 14.00
Sabtu : 08.00 - 12.30
Minggu : 08.00 - 13.30
Harga Karcis
Dewasa : Rp 1.500,-
Anak-anak : Rp 1.000,-
Fasilitas
- R. Administrasi
- R. Perpustakaan
- R. Pameran Tetap
- R. Pameran Temporer
- R. Karantina
- R. Penyimpanan Koleksi
- R. Karantina Koleksi
http://www.petra.ac.id
http://www.museum-indonesia.net
Photo : http://1.bp.blogspot.com