Ragam Sastra Tutur/Lisan Lampung

Oleh : Suntan Purnama


Adanya beragam bentuk dan jenis sastra di Lampung di sebabkan adanya berbagai daerah atau Marga yang di Lampung, sebagaimana kita kita ketahui bahwa di Lampung ini terdiri dari 2 masyarkat adat :


  1. Masyarakat adat Pepandun
  2. Masyarakat adat Sai Batin


Masyarakat adat Pepadun dibagi lagi menjadi beberapa Marga di antaranya :


  1. Marga Pubian
  2. Marga Abung
  3. Marga Tulang bawang/Menggala
  4. Marga Way kanan
  5. Marga Sungkai Bunga Mayang
  6. Marga Melinting dan Marga Sekampung


Sedangkan masyarakat Sai Batin terdiri dari :


  1. Pesisir Barat (Krui, Liwa, Kenali, Sekincau dan lain-lain)
  2. Pesisir Selatan (Kalianda, Penengahan, Gayam, dan Lain-lain)
  3. Pesisir Tenggamus (Kota Agung, Talang Padang, dan lain-lain)


Maka ragam jenis sastra yang ada di Lampung berbeda-beda sesuai dengan daerah atau Marga yang terbagi menjadi beberapa bagian. Menurut pakar budaya yang sekaligus sebagai pengamat seni (Drs. Havisi Hasan) bahwa di lampung ada kurang lebih 36 jenis sastra.


Nurut Marga /Daenama-nama Jenis Sastra Lampung Merah

Seperti apa yang sudah saya uraikan di atas ragam jenis sastra lisan di Lampung memang cukup banyak dan sedikit berbeda sesuai dengan daerah/marga yang ada misalnya :


  1. Jenis sastra lisan/tutur Pisaan, Peponcokh, dadi, babakh bunyi sukhan dan pantun cangot jenis sastra ini berasal dari daerah Pubian, Pubian Lampung Tengah dan Pubian Lampung Selatan atau di Bandar Lampung
  2. Jenis sastra Reringget dan Bebandung berasal dari daerah Marga Abung dan Menggala
  3. Jenis sastra Hahiwang, wawacan, ngehehedo, ngebebarau, segata berasal dari daerah Sai batin/Pesisir
  4. Jenis sastra Kias, Incang . Incang dari Daerah Way Kanan dan Sungai Lampung Utara.


Dari berbagai jenis/ragam sastra di atas dapat kita bedakan dari dialek bahasa yang dipakai, karena sama-sama telah kita ketahui bahwa masyarakat Lampung dalam berkomunikasi menggunakan bahasa daerah jelas menggunakan dialek A dan O sebagian besar bahwa sastra yang menggunakan dialek O adalah jenis sastra yang berasal dari Marga Abung dan Tulang Bawang/menggala, sedangkan jenis sastra yang menggunakan dialek A berasal dari marga Pubian, Wai kanan, sunagi serta marga Sai Batin/pesisir, adapun bentuk susunan kalimat dan bait yang menggunakan hampir rata-rata menggunakan jenis AB AB atau ABC ABC adapula ABCD ABCD, namun ada diantara kita temukan sastra berupa pantun yang memakai rumus AA AA, karya sastra tersebut jarang didengar maka apabila kita dengar sastra yang berjenis AA AA rasanya kurang indah, atau kurang enak didengar.


Bagaimana Cara Menciptakan Sebuah Sastra Lampung

Seorang seniman/ seorang pengarang apabila ingin menciptakan sebuah karya sastra maka si pengarang tersebut harus mempunyai beberapa pernyaratan di antaranya :

- Perenungan/pengamatan terlebih dahulu.

- Penguasaan bahasa (bahasa lampung khususnya

- Membuat alur cerita.

- Menempatkan pesan dalam alur cerita (pantun) seperti air mengalir.

- Mengganti kosa kata/kalimat dari bahasa biasa dengan bahasa sastra/sisindiran.

- Klimaks cerita.

- Finalisasi cerita


Pesan-Pesan Dalam Sebuah Sastra Lampung

Dalam sebuah bentuk karya yang sudah jadi/utuh tentu di dalam sastra tersebut mengandung pesan-pesan yang sangat bernilai dan mempunyai makna baik mengenai moral, etika, agama, sosial maupun percintaan atau ada pula isi sastra tersebut bercerita tentang si pengarang baik cerita tentang kehidupannya, nasibnya atau kegalauan hatinya semua dapat disampaikan/diungkapkan melalui sebuah sastra, jadi dapat kita garis bawahi bahwa isi dalam sebuah sastra mengandung makna berupa :

- Imbauan

- Peringatan

- Kritik

- Cerita

- Ungkapan Hati

Yang di dalamnya dapat menyoroti masalah-masalah moral, etika, agama, sosial, ekonomi, cinta dan sebagainya dan semuanya dikemas dengan memakai bahasa yang bagus serta mengandung nilai-nilai seni.

Bagaimana Kita Memahami dan Mengerti Terhadap Pesan-pesan Dalam Sebuah Sastra :

- Tahu dan memahami bahasa

- Mempunyai keinginan untuk tahu sastra

- Belajar mencintai sastra

- Mempunyai jiwa seni


Adapun Kendala Kita Memahami Sebuah Karya Sastra

- Tidak menguasai/memahami/bias berbahasa

- Kurang minat/mencintai sastra

- Tidak mau belajar


Kesimpulan :

Akhirnya kita dapat menyimpulkan bahwa sebuah karya berupa Sastra, merupakan :

- Kekayaan Hasanah Budaya peninggalan nenek moyang yang bernilai tinggi.

- Sastra dapat mengajarkan seseorang agar peka terhadap kejadian kehidupan dan mengasah kedalaman wawasan untuk saling berinteratif terhadap sesama serta mempertajam kepedulian.

- Sastra mengandung nilai-nilai budaya yang tinggi tentang moral etika dan bermasyarakat.

- Sastra merupakan sebuah karya yang patut dipertahankan dan dilestarikan.

- Sastra merupakan karya seni dalam kehidupan.


Sumber :

Makalah disampaikan pada Kegiatan Diskusi Kebudayaan Dalan Workshop dan Festival Seni Tradisional yang diselenggarakan oleh Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung bekerjasama dengan Subdin Kebudayaan Dinas Pendidikan Propinsi Lampung di Ruang Abung Balai Keratun Kantor Pemda Propinsi Lampung Juli 2007