Sejak berdiri sekitar tahun 1974, Pasar Rawabening, Jatinegara, Jakarta Timur hanyalah sebuah pasar tradisional yang menjual sembilan bahan kebutuhan pokok dan kelontong. Namun karena pasar ini sepi pembeli, tahun 1984 perusahaan daerah (PD) Pasar Jaya bekerja sama dengan Pemprov DKI Jakarta membawa pedagang kaki lima yang berjualan batu permata di sekitar Jl Jenderal Oerip Soemohardjo berjualan di Pasar Rawa Bening.
Lamban tapi pasti, keberadaan pedagang batu permata ini mulai membuat Pasar Rawabening ramai dikunjungi pembeli. Meski demikian, PD Pasar Jaya tidak lekas puas. Perusahaan daerah yang membawahi seluruh pasar tradisional di DKI itu terus berupaya meningkatkan citra pasar tradisional Rawa Bening agar tidak kalah bersaing dengan pasar modern lainnya.
Sebagai buktinya, tak lama lagi Pasar Rawabening akan disulap menjadi pusat perbelanjaan batu aji dan permata termegah di Asia Tenggara. Bahkan, pasar yang terletak persis di depan Stasiun KA Jatinegara ini akan dijadikan tempat wisata batu aji dan permata bagi wisatawan mancanegara maupun domestik.
“Pasar Rawabening ini akan dijadikan sasaran wisatawan mancanegara maupun nasional. Sehingga turis yang datang ke Indonesia belum merasa puas jika belum berkunjung ke Pasar Rawabening ini. Ibaratnya kalau kita pergi ke Bali, belum pas kalau belum pergi ke Kuta,” jelas Uthand Sitorus, Direktur Utama PD Pasar Jaya, saat melakukan peletakan batu pertama, pembangunan Pasar Rawabening, Rabu (25/6).
Pembangunan Pasar Rawabening ini diperkirakan membutuhkan waktu selama 18 bulan. Begitu pembangunannya selesai, Pasar Rawabening berganti nama menjadi Jakarta Gems Center. Nantinya pasar tersebut menjadi pasar khusus yang memiliki keunikan dan pangsa pasar tersendiri, yakni para pecinta batu permata. Pasar Rawabening juga diciptakan untuk menjadi pasar unggulan dan ikon yang menjadi ciri khas PD Pasar Jaya.
Tak hanya itu, dengan adanya perubahan bentuk bangunan fisik, tentunya dapat memberikan kenyamanan, keamanan bagi pedagang maupun pengunjungnya. Sehingga pasar tersebut dapat berkompetisi dengan pasar-pasar modern yang mulai menjamur di Jakarta.
Menurutnya, Pasar Rawabening ini dibangun di atas lahan seluas 10.866 M2. Rencananya pasar tersebut dibangun tiga lantai dengan luas bangunan total 19.336 M2. Nantinya pembangunan pasar dilakukan oleh PT Pundimas Atrium itu dapat menampung sebanyak 1.346 tempat usaha.
Di tempat yang sama, manajer Area 18 PD Pasar Jaya, Nurman Adhi, mengatakan, Pasar Rawabening ini menyediakan berbagai fasilitas seperti ruang pamer produk batu mulia, tempat pelatihan kerajinan batu mulia, sistem penanggulangan kebakaran menggunakan fire sprinkler dan fire hydrant.
Selain itu, pasar ini juga akan dilengkapi dengan eskalator dan pendingin ruangan (AC), CCTV (Closed-Circuit Television), serta tempat parkir yang dapat menampung 200-an kedaraan roda empat.
Acara peletakan batu pertama pembangunan pasar tersebut, nampaknya disambut suka cita oleh para pedagang di sana. Mereka kini mengaku lega karena ternyata pembangunan Pasar Rawabening dapat dilaksanakan. Acara peletakan batu pertama ini juga dapat menjawab keresahan hati para pedagang.
Seperti dikatakan Darto, Ketua Asosiasi Perajin Usawahan Batu Aji, Permata, Cincin dan Aneka Kerajinan (Puspacakra). Menurutnya, pembangunan pasar sempat mengalami stagnan selama satu bulan. Kondisi ini sempat membuat pedagang kebingungan, sehingga satu sama lain saling bertanya-tanya. Apalagi saat itu beredar isu bahwa developer yang akan membangun pasar tersebut telah kabur.
“Wah jangan-jangan pasar ini tidak jadi dibangun. Apalagi saat itu muncul spanduk baru yang menuliskan bahwa developor yang akan membangun pasar ini sudah ganti. Tapi itu semua cerita dulu. Sekarang peletakan batu pertama sudah dilakukan dan para pedagang pun sudah lega karena ternyata pembangunan pasar benar-benar dilakukan,” ungkapnya. Para pedagang, lanjut Darto, berharap pembangunan Pasar Rawabening ini bukan hanya bentuk fisiknya saja, akan tetapi sisi keamanan dan kenyamanan juga harus dapat diciptakan. Sehingga ini dapat dijadikan modal untuk meningkatkan pendapatan para pedagangnya. “Apalagi pasar ini kan jadi tempat wisata belanja batu aji dan permata bagi para turis asing maupun domestik,” ujarnya.
Sumber :http://www.kabarindonesia.com
Lamban tapi pasti, keberadaan pedagang batu permata ini mulai membuat Pasar Rawabening ramai dikunjungi pembeli. Meski demikian, PD Pasar Jaya tidak lekas puas. Perusahaan daerah yang membawahi seluruh pasar tradisional di DKI itu terus berupaya meningkatkan citra pasar tradisional Rawa Bening agar tidak kalah bersaing dengan pasar modern lainnya.
Sebagai buktinya, tak lama lagi Pasar Rawabening akan disulap menjadi pusat perbelanjaan batu aji dan permata termegah di Asia Tenggara. Bahkan, pasar yang terletak persis di depan Stasiun KA Jatinegara ini akan dijadikan tempat wisata batu aji dan permata bagi wisatawan mancanegara maupun domestik.
“Pasar Rawabening ini akan dijadikan sasaran wisatawan mancanegara maupun nasional. Sehingga turis yang datang ke Indonesia belum merasa puas jika belum berkunjung ke Pasar Rawabening ini. Ibaratnya kalau kita pergi ke Bali, belum pas kalau belum pergi ke Kuta,” jelas Uthand Sitorus, Direktur Utama PD Pasar Jaya, saat melakukan peletakan batu pertama, pembangunan Pasar Rawabening, Rabu (25/6).
Pembangunan Pasar Rawabening ini diperkirakan membutuhkan waktu selama 18 bulan. Begitu pembangunannya selesai, Pasar Rawabening berganti nama menjadi Jakarta Gems Center. Nantinya pasar tersebut menjadi pasar khusus yang memiliki keunikan dan pangsa pasar tersendiri, yakni para pecinta batu permata. Pasar Rawabening juga diciptakan untuk menjadi pasar unggulan dan ikon yang menjadi ciri khas PD Pasar Jaya.
Tak hanya itu, dengan adanya perubahan bentuk bangunan fisik, tentunya dapat memberikan kenyamanan, keamanan bagi pedagang maupun pengunjungnya. Sehingga pasar tersebut dapat berkompetisi dengan pasar-pasar modern yang mulai menjamur di Jakarta.
Menurutnya, Pasar Rawabening ini dibangun di atas lahan seluas 10.866 M2. Rencananya pasar tersebut dibangun tiga lantai dengan luas bangunan total 19.336 M2. Nantinya pembangunan pasar dilakukan oleh PT Pundimas Atrium itu dapat menampung sebanyak 1.346 tempat usaha.
Di tempat yang sama, manajer Area 18 PD Pasar Jaya, Nurman Adhi, mengatakan, Pasar Rawabening ini menyediakan berbagai fasilitas seperti ruang pamer produk batu mulia, tempat pelatihan kerajinan batu mulia, sistem penanggulangan kebakaran menggunakan fire sprinkler dan fire hydrant.
Selain itu, pasar ini juga akan dilengkapi dengan eskalator dan pendingin ruangan (AC), CCTV (Closed-Circuit Television), serta tempat parkir yang dapat menampung 200-an kedaraan roda empat.
Acara peletakan batu pertama pembangunan pasar tersebut, nampaknya disambut suka cita oleh para pedagang di sana. Mereka kini mengaku lega karena ternyata pembangunan Pasar Rawabening dapat dilaksanakan. Acara peletakan batu pertama ini juga dapat menjawab keresahan hati para pedagang.
Seperti dikatakan Darto, Ketua Asosiasi Perajin Usawahan Batu Aji, Permata, Cincin dan Aneka Kerajinan (Puspacakra). Menurutnya, pembangunan pasar sempat mengalami stagnan selama satu bulan. Kondisi ini sempat membuat pedagang kebingungan, sehingga satu sama lain saling bertanya-tanya. Apalagi saat itu beredar isu bahwa developer yang akan membangun pasar tersebut telah kabur.
“Wah jangan-jangan pasar ini tidak jadi dibangun. Apalagi saat itu muncul spanduk baru yang menuliskan bahwa developor yang akan membangun pasar ini sudah ganti. Tapi itu semua cerita dulu. Sekarang peletakan batu pertama sudah dilakukan dan para pedagang pun sudah lega karena ternyata pembangunan pasar benar-benar dilakukan,” ungkapnya. Para pedagang, lanjut Darto, berharap pembangunan Pasar Rawabening ini bukan hanya bentuk fisiknya saja, akan tetapi sisi keamanan dan kenyamanan juga harus dapat diciptakan. Sehingga ini dapat dijadikan modal untuk meningkatkan pendapatan para pedagangnya. “Apalagi pasar ini kan jadi tempat wisata belanja batu aji dan permata bagi para turis asing maupun domestik,” ujarnya.
Sumber :http://www.kabarindonesia.com