Komplek Candi Prambanan


Dalam Daftar Warisan Budaya Dunia (World Cultural Heritage List) yang dikeluarkan tanggal 13 Desember 1991 oleh UNESCO, nama Kompleks Candi Prambanan dipergunakan untuk menyebut dua candi sekaligus yaitu Lorojonggrang dan Sewu dengan nomor registrasi 349. Candi Lorojonggrang berlatar agama Hindu sedangkan Candi Sewu adalah Buddha Mahayana.

Laporan pertama yang menyebutkan Candi Lorojonggrang atau Prambanan antara lain oleh C.A. Lons, seorang pegawai VOC di Semarang ketika mengunjungi Jawa Tengah pada tahun 1733. Kala itu candi ini masih tertimbun tanah dan dipenuhi tumbuhan. Usaha pembersihannya baru mulai dilakukan tahun 1885, sedikit demi sedikit bentuknya yang masih berupa reruntuhan terlihat lebih nyata. Untuk kepentingan pendokumentasian, pada tahun 1885 dilakukan pembersihan besar-besaran atas Candi Lorojonggrang dengan menyingkirkan batu-batu yang lepas dan dijadikan pagar keliling. Namun pembersihan yang kurang hati- hati ini menyebabkan bercampurnya batu-batu bangunan candi menjadi satu sehingga menyulitkan pemugarannya di tahun 1918 s.d. sekarang. Hal serupa juga dialami oleh Candi Sewu yang pemugarannya masih berlangsung hingga sekarang mulai tahun 1901.

Tahun pendirian Candi Lorojonggrang dapat diketahui dari prasasti Siwagrha abad ke-9 M yang dikeluarkan oleh Rakai Pikatan dari kerajaan Mataram Kuno. Selain dari prasasti ini, sejumlah prasasti pendek lainnya yang ditemukan di berbagai tempat pada kompleks mengarah kepada kesimpulan yang sama. Demikian pula Candi Sewu yang letaknya hanya kurang lebih 600 meter arah utara Lorojonggrang.


Candi Prambanan dalam lukisan 1817

Candi Lorojonggrang merupakan kompleks percandian agama Hindu yang terbesar di Indonesia yang terdiri atas tiga halaman, halaman utama dan tengah masih dapat disaksikan sedangkan halaman yang terluar sebagian besar rusak. Di halaman utama berdiri tiga bangunan yang menjulang dengan nama Candi Siwa, Brahma, dan Wisnu menurut nama-nama dewa yang tersimpan di dalamnya. Di hadapan bangunan-bangunan ini terdapat bangunan lain yang disebut Candi Wahana, dinamakan demikian karena arca yang ada di dalamnya merupakan kendaraan (wahana) dari para dewa tersebut.


Relief Singa diapit kalpatu


Selain itu, di halaman utama masih berdiri dua bangunan apit, empat bangunan kelir, dan lima bangunan sudut.

Di halaman tengah terdapat bangunan perwara sejumlah 244 buah yang disusun menjadi empat deret mengelilingi halaman utama. Deret pertama 68 bangunan perwara, deret kedua 60 buah, deret ketiga 52 buah, dan deret keempat 44 buah.

Relief yang menarik dipahatkan pada Candi Siwa dengan cerita Ramayana. Cerita ini dilanjutkan ke Candi Brahma. Sedangkan di Candi Wisnu dipahatkan relief cerita Kresnayana.

Pada bulan-bulan tertentu di halaman Candi Prambanan diadakan sendratari yang mengisahkan Ramayana. Pertunjukan ini sangat mempesona karena mengambil latar belakang Candi Prambanan di malam hari.

Selain Candi Lorojonggrang dan Sewu, di daerah sekitar Prambanan banyak ditemukan peninggalan purbakala yang mempunyai nilai arkeologi tinggi antara lain Candi Lumbung, Bubrah, Asu, Kulon, Lor, dan Plaosan di sisi utara. Di sebelah selatan terdapat Keraton Ratuboko, Candi Barong, Ijo, Banyunibo, dan Sojiwan. Di sebelah barat terdapat Candi Kedulan, Kalasan, Sari, Sambisari, Gebang, dan Morangan. Di sebelah timur terdapat situs Wonoboyo, yaitu lokasi penemuan benda¬benda emas seberat 32 kilogram yang terdiri atas perhiasan, peralatan keagamaan, dan mata uang. Nyata sekali bahwa kawasan Prambanan di masa lalu merupakan tempat yang sangat penting dalam perkembangan kebudayaan Jawa Kuno abad ke-8 s.d. 10 Masehi yang ketika itu masih sangat kuat dipengaruhi oleh agama Hindu maupun Buddha.


Arca Durga Mahisasura Mardhini

Candi Prambanan merupakan sumber sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan, serta dapat dimanfaatkan balk oleh bangsa sendiri maupun bangsa lain di dunia, sehingga perlu dilestarikan sesuai dengan amanat Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1992 Tentang Benda Cagar Budaya.


Candi Sewu

Candi Sewu merupakan kompleks percandian agama Buddha terbesar kedua setelah Candi Borobudur. Candi ini ditemukan pada abad XVIII dan diteliti pertama kali oleh H.C. Cornellius pada tahun 1807.

Pembangunan Candi Sewu dapat dihubungkan dengan prasasti Kelurak berangka tahun 704 Saka atau 782 M yang menyebut tentang pendirian sebuah bangunan suci untuk Dewa Manjusri atas perintah Raja Indra. Dari Prasasti Manjusrigerha diketahui bahwa candi ini pernah dipugar pada tahun 792 M. Dalam bahasa Indonesia, Manjusrigerha berarti "rumah Dewa Manjusri, jadi tidal< lain adalah Candi Sewu. Ketika Candi Sewu kembali dipugar pada tahun 1987, di bagian dalam bangunan utama ternyata ditemukan sebuah bangunan lain yang lebih Iced dan sederhana terbuat dari bata. Maka diduga bangunan yang disebut dalam prasasti Kelurak tahun 782 M adalah bangunan bata tersebut sebelum kompleks diperluas tahun 792 M menjadi seperti yang kita lihat sekarang. Kompleks Candi Sewu memililci tiga halaman yang tersusun berteras terpusat, makin Ice pusat makin kecil dan makin tinggi. Halaman ini semula dikelilingi tembok yang sekarang tinggal sisanya. Gapura utamanya tidak ditemukan, namun diduga terletak di sisi timur sesuai dengan kedudukan dua arca raksasa penjaga pintu yang disebut Dwarapala. Posisi kedua arca ini berhadap-hadapan mengapit jalan masuk. Sisa-sisa gapura yang lebih kecil masih dapat ditemukan pada tiap-tiap sisi tembok halaman terluar berikut anak-anak tangga berjumlah lima buah pada bagian luar dan dalamnya. Di halaman candi berdiri 240 buah bangunan perwara dan empat pasang bangunan antara (apit). Bangunan perwara disusun menjadi empat deret mengelilingi halaman utama. Antara bangunan perwara deret ketiga dan kedua, pada tiap-tiap sisinya, berdiri sepasang bangunan antara tersebut yang letaknya berhadapan di kiri-kanan jalan menuju ke bangunan induk yang berada di halaman pusat. Arsitektur bangunan utama Candi Sewu sangat istimewa, berbeda dengan candi-candi di Jawa Tengah atau candi di Indonesia lainnya. Struktur kaki candi berbentuk segi dua puluh, di atasnya berdiri lima buah bangunan yang mempunyai tubuh dan,atap sendiri-sendiri. Sebuah bangunan yang paling besar dan tinggi berdiri di tengah-tengah, oleh empat bangunan lain yang lebih rendah dan lebih Iced. Di bagian dalam bangunan paling besar terdapat sebuah bililc dengan sebuah pintu masuk menghadap ke timur. Di bilk tersebut masih terdapat sebuah singgasana batu berukuran besar, arca yang seharus(wa mengisi relung,- relung dinding di bagian luar juga hilang sejak saat candi ditemukan kembali. Empat bangunan yang agak kecil yang mengelilingi bangunan utama mempunyai bentuk dan ukuran yang sama, demikian pula tata ruangnya. Pada dinding depan dan belakang terdapat pintu masuk yang tembus menuju jalan keliling yang mengitari bangunan utama.



Keterangan Peta :
1. Kantor Utama PT Taman Prmbanan dan Ratu Boko
2. Bioskop Trimurti
3. Restoran
4. Bioskop Ramayana
5. Kantor Pertamanan
6. Kantor Unit Candi Prambanan
7. Tempat Parkir Mobil dan Bus
8. Toilet
9. Pusat Informasi
10. Tempat Penjualan Tiket, P3K dan Gudang
11. Toko Souvenir
12. Tempat Penjualan Tiket
13. Taman Rama Sinta
14. Candi Sewu

Sumber :
Leaflet, T.T. “Candi Prambanan Warisan Budaya Dunia” Departemen Pendidikan dan Kebudayaan bekerjasama dengan UNESCO