Memperhatikan adanya arti, fungsi dan pentingnya plasma nutfah Ayam pelung ini, maka sudah selayaknya apabila kita berusaha untuk melestarikan keberadaan dan kemurniannya. Namun tentu saja untuk melestariakan ayam Pelung ini perlu upaya-upaya dari berbagai pihak, yang dirangsang oleh rasa kepedulian terhadap keberadaan mahluk spesifik ini diiringi dengan manfaat yang secara ekonomis menguntungkan dan/atau mendatangkan suatu penghasilan bagi peternak (institusi dan/atau masyarakat petani perorangan, kelompok dan/atau peternak besar atau menengah) yang memelihara ayam pelung ini.
Salah satu upaya yang sementara ini sudah dilaksanakan adalah kegiatan kontes suara ayam Pelung, yang dapat menarik para peternak untuk tetap mempertahankan keberadaan ayam Pelung. Kemudian informasi dari buku inipun dapat dikatakan sebagai salah satu upaya untuk memberikan suatu dorongan kepada para peternak dan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk memelihara ayam Pelung ini. Selain upaya pemerintah Kabupaten Cianjur beserta para peternak ayam Pelungnya, pada tahun 1993 telah terbentuk Himpunan Peternak dan Penggemar Ayam Pelung Indonesia yang diketuai oleh Prof.Dr. Ir. Gunawan Satari, yang pada waktu itu menjabat sebagai staf ahli Kementrian Negara Riset dan Teknologi. Bahkan pada tahun yang sama telah dilaksanakan suatu kontes kokok ayam Pelung se Indonesia di Lapangan Banteng Jakarta, yang diselenggarakan oleh HIPPAPI bekerjasama dengan Yayasan Pembangunan Jawa Barat, Arena Promosi Peternakan Indonesia (APROSANDO), Direktorat Jenderal Peternakan dan Kantor Menteri Riset dan Teknologi.
Tentunya kegiatan kontes ini secara berkala telah dilakukan masyarakat Kabupaten Cianjur. Menurut Laporan HIPPAPI (1993) 8), ayam Pelung sudah menyebar ke Kabupaten Sukabumi, Bandung, Tasikmalaya, Purwakarta, Bogor, dan beberapa kabupaten lainnya di Jawa Barat, bahkan sampai ke DKI Jakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Timur. HIPPAPI Cianjur saat ini cukup aktif dengan beranggotakan 300 peternak, merupakan upaya pelestarian yang cukup baik. Distribusi keberadaan ayam pelung telah berkembang sampai kurang lebih 12 kecamatan di Kabupaten Cianjur (Gambar 1).
Gambar 1. Peta penyebaran plasma nutfah ayam pelung
Upaya ini tidak hanya berhenti disini saja, tetapi instansi penelitian akan selalu ditantang untuk menggali segala potensi mulai dari potensi keindahan audiovisual sampai potensi penyediaan sifat-sifat yang bermanfaat yang dapat diturunkan atau direkayasakan secara genetika pada komoditas unggas lainnya, yang kita harapkan dapat memiliki sifat-sifat genetika yang ada dalam ayam pelung. Karakterisasi sifat-sifat khas merupakan mandat balai penelitian untuk selalu memberikan informasi berbagai kekayaan sumberdaya genetika plasma nutfah Indonesia.
Komisi Nasional Plasma Nutfah telah terbentuk dan terus mengupayakan untuk dapat berkoordinasi dan mendorong pemangku kepentingan di daerah, dimana terdapat sumber-sumber daya genetika asli, untuk ikut serta melestarikan keragaman hayati yang terdapat di bumi Indonesia tercinta ini. Diharapkan di daerah dapat dibentuk satu pemerhati plasma nutfah dalam bentuk Komisariat Daerah Plasma Nutfah yang dapat berkoordinasi dengan Komisi Nasional Plasma Nutfah.
Pustaka pilihan
(1). Simanjuntak,D.S, M.S. Siahaan, Laniarti,D., Oentoeng,J., Pohan, S.A.S. dan Fua, A., 1994. Mengenal Ternak Indonesia: Ternak Unggas. Dir. Bina Produksi, Dir. Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian. (2). Mansjoer, S.S., S.P. Waluyo dan S.N. Priyono, 1994. Perkembangan berbagai jenis ayam asli Indonesia. Paper disampaikan pada Seminar Penyambutan Pangeran Akishimo dari Jepang, tgl 6 Agustus 1993 di Bogor. (3). Jarmani, S.N. dan A.G. Nataamijaya, 1996. Karakteristik suara ayam pelung. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Hlm. 819-823. (4). Creswell, D. dan Gunawan, B., 1982. Ayam-ayam lokal di Indonesia: Sifat-sifat pada lingkungan yang baik. Laporan No.2. Balai Penelitian Ternak, Bogor. (5). Noerdjito, W.A., Paryanti, S., Noerdjito, M., Prawiradilaga, D.M., dan Suin, E., 1979. Proceedings Seminar Penelitian dan Penunjang Pengembangan Peternakan. Lembaga Penelitian Peternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Hlm 219-223.
Nataamijaya, A.G., 1985. Ayam Pelung: Performans dan permasalahanny. Proceedings Seminar dan Forum Peternak Unggas dan Aneka Ternak. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Hlm: 150-158. (6). Iskandar, S., H. Resnawati and Pasaribu, T., 2003. Growth and carcass responses of three lines of local chickens and its crossing to dietary lysine and methionine. Proceeding The 3rd International Seminar on Tropical Animal Production, October 15-16, 2002. pp: 351- 357 (7). Panitia Kontes dan Pameran Ayam Pelung, 1993. Ayam Pelung. HIPPAPI bekerjasama dengan Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Aprosando, Yayasan Pembangunan Jawa Barat, Dirjen Peternakan, Disnak Propinsi Jawa Barat, Disnak Peternakan DKI Jakarta dan PT. Bina Aneka Lestari. Leaflet
Pemda Kabupaten Cianjur, 2003. Mengenal Ayam Pelung Cianjur sebagai Hewan Kesayangan. Pemda Kabupaten Cianjur. Leaflet.
Sumber : http://rivafauziah.wordpress.com
Salah satu upaya yang sementara ini sudah dilaksanakan adalah kegiatan kontes suara ayam Pelung, yang dapat menarik para peternak untuk tetap mempertahankan keberadaan ayam Pelung. Kemudian informasi dari buku inipun dapat dikatakan sebagai salah satu upaya untuk memberikan suatu dorongan kepada para peternak dan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk memelihara ayam Pelung ini. Selain upaya pemerintah Kabupaten Cianjur beserta para peternak ayam Pelungnya, pada tahun 1993 telah terbentuk Himpunan Peternak dan Penggemar Ayam Pelung Indonesia yang diketuai oleh Prof.Dr. Ir. Gunawan Satari, yang pada waktu itu menjabat sebagai staf ahli Kementrian Negara Riset dan Teknologi. Bahkan pada tahun yang sama telah dilaksanakan suatu kontes kokok ayam Pelung se Indonesia di Lapangan Banteng Jakarta, yang diselenggarakan oleh HIPPAPI bekerjasama dengan Yayasan Pembangunan Jawa Barat, Arena Promosi Peternakan Indonesia (APROSANDO), Direktorat Jenderal Peternakan dan Kantor Menteri Riset dan Teknologi.
Tentunya kegiatan kontes ini secara berkala telah dilakukan masyarakat Kabupaten Cianjur. Menurut Laporan HIPPAPI (1993) 8), ayam Pelung sudah menyebar ke Kabupaten Sukabumi, Bandung, Tasikmalaya, Purwakarta, Bogor, dan beberapa kabupaten lainnya di Jawa Barat, bahkan sampai ke DKI Jakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Timur. HIPPAPI Cianjur saat ini cukup aktif dengan beranggotakan 300 peternak, merupakan upaya pelestarian yang cukup baik. Distribusi keberadaan ayam pelung telah berkembang sampai kurang lebih 12 kecamatan di Kabupaten Cianjur (Gambar 1).
Gambar 1. Peta penyebaran plasma nutfah ayam pelung
Upaya ini tidak hanya berhenti disini saja, tetapi instansi penelitian akan selalu ditantang untuk menggali segala potensi mulai dari potensi keindahan audiovisual sampai potensi penyediaan sifat-sifat yang bermanfaat yang dapat diturunkan atau direkayasakan secara genetika pada komoditas unggas lainnya, yang kita harapkan dapat memiliki sifat-sifat genetika yang ada dalam ayam pelung. Karakterisasi sifat-sifat khas merupakan mandat balai penelitian untuk selalu memberikan informasi berbagai kekayaan sumberdaya genetika plasma nutfah Indonesia.
Komisi Nasional Plasma Nutfah telah terbentuk dan terus mengupayakan untuk dapat berkoordinasi dan mendorong pemangku kepentingan di daerah, dimana terdapat sumber-sumber daya genetika asli, untuk ikut serta melestarikan keragaman hayati yang terdapat di bumi Indonesia tercinta ini. Diharapkan di daerah dapat dibentuk satu pemerhati plasma nutfah dalam bentuk Komisariat Daerah Plasma Nutfah yang dapat berkoordinasi dengan Komisi Nasional Plasma Nutfah.
Pustaka pilihan
(1). Simanjuntak,D.S, M.S. Siahaan, Laniarti,D., Oentoeng,J., Pohan, S.A.S. dan Fua, A., 1994. Mengenal Ternak Indonesia: Ternak Unggas. Dir. Bina Produksi, Dir. Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian. (2). Mansjoer, S.S., S.P. Waluyo dan S.N. Priyono, 1994. Perkembangan berbagai jenis ayam asli Indonesia. Paper disampaikan pada Seminar Penyambutan Pangeran Akishimo dari Jepang, tgl 6 Agustus 1993 di Bogor. (3). Jarmani, S.N. dan A.G. Nataamijaya, 1996. Karakteristik suara ayam pelung. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Hlm. 819-823. (4). Creswell, D. dan Gunawan, B., 1982. Ayam-ayam lokal di Indonesia: Sifat-sifat pada lingkungan yang baik. Laporan No.2. Balai Penelitian Ternak, Bogor. (5). Noerdjito, W.A., Paryanti, S., Noerdjito, M., Prawiradilaga, D.M., dan Suin, E., 1979. Proceedings Seminar Penelitian dan Penunjang Pengembangan Peternakan. Lembaga Penelitian Peternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Hlm 219-223.
Nataamijaya, A.G., 1985. Ayam Pelung: Performans dan permasalahanny. Proceedings Seminar dan Forum Peternak Unggas dan Aneka Ternak. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Hlm: 150-158. (6). Iskandar, S., H. Resnawati and Pasaribu, T., 2003. Growth and carcass responses of three lines of local chickens and its crossing to dietary lysine and methionine. Proceeding The 3rd International Seminar on Tropical Animal Production, October 15-16, 2002. pp: 351- 357 (7). Panitia Kontes dan Pameran Ayam Pelung, 1993. Ayam Pelung. HIPPAPI bekerjasama dengan Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Aprosando, Yayasan Pembangunan Jawa Barat, Dirjen Peternakan, Disnak Propinsi Jawa Barat, Disnak Peternakan DKI Jakarta dan PT. Bina Aneka Lestari. Leaflet
Pemda Kabupaten Cianjur, 2003. Mengenal Ayam Pelung Cianjur sebagai Hewan Kesayangan. Pemda Kabupaten Cianjur. Leaflet.
Sumber : http://rivafauziah.wordpress.com