Menjual Wisata Bahari Pulau Batam

Oleh Nurhadi

Belakangan ini wisata bahari atau wisata yang berbasis kelautan banyak ditonjolkan oleh pemerintah daerah di Indonesia. Hal ini bisa dimaklumi karena banyak sekali daerah yang memiliki pesisir dan kandungan kekayaan alam laut yang melimpah. Apalagi dalam Program Visit Indonesia Year 2009 (VIY 2009), pemerintah telah menyiapkan setidaknya 90 obyek wisata bahari dengan menawarkan 20 jenis atraksi berbasis kelautan. Jenis-jenis atraksi tersebut antara lain berupa diving, surfing, selancar angin, dan memancing.

Secara keseluruhan, wisata bahari di Indonesia didukung oleh 75 ribu kilometer persegi laut dengan 81 ribu kilometer garis pantai. Di dalamnya terdapat setidaknya 950 spesies terumbu karang, 8500 spesies ikan tropis, 555 spesies rumput laut dan juga 18 spesies padang lamun. Wilayah sebarannya hampir merata, mulai dari Pulau Bali, Selayar, Waktobi, Banda, Lombok, Labuhan, Mentawai, Pelabuhan Ratu, Kepulauan Seribu, Batam-Bintan-Karimun, Ujung Kulon, Karimun Jawa, Jawa bagian utara dan masih banyak lainnya. Apabila semua potensi ini digarap dengan maksimal, tentu akan memberikan sumbangan devisa yang tidak sedikit. Lalu, bagaimana halnya dengan wisata bahari di Pulau Batam dan sekitarnya? Inilah yang akan kita ulas dalam artikel singkat berikut.

Kaya dan Unik
Di samping sebagai pusat industri, bisnis dan perdagangan, Batam bisa metamorfosis dirinya sebagai salah satu ikon wisata bahari nasional. Di Pulau Batam dan sekitarnya, tersimpan beraneka ragam kekayaan alam laut hayati yang mendukung terwujudnya pesona wisata bahari bernilai tinggi, baik dari sisi kualitas alam maupun sisi finansial bagi masyarakat dan investor. Bahkan, beberapa di antaranya memiliki ciri khusus dan tidak dimiliki oleh daerah yang lain.

Sesuai dengan kategori jenisnya, pulau-pulau dan pesisir yang layak jual sebagai komoditas wisata bahari Batam antara lain, Kepulauan Abang. Daya tarik wisata Bahari yang dimiliki oleh pulau ini adalah taman laut yang memiliki terumbu karang hidup yang cukup baik dan banyak dijumpai ikan teri hijau dan berbagai ikan hias lainnya. Di taman laut, pengunjung dapat melakukan kegiatan menyelam dan juga snorkling.

Pulau ini, secara khusus telah ditetapkan sebagai tempat Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang atau Coral Reef Rehabilitations and Management Program (COREMAP) yang dibiayai langsung oleh Asian Development Bank (ADB) sejak tahun 2004 sampai dengan 2011 kedepan. Pemko Batam juga menjadikan daerah ini sebagai pusat penelitian bawah laut.

Berdasarkan catatan dari Kepritoday.com (28/3/2008), bantuan dari ADB tersebut, sebagian diantaranya digunakan juga untuk menunjang dan memperkuat ekonomi bahari masyarakat setempat, seperti bantuan modal usaha kerajinan tangan, usaha kerupuk, rumput laut, bantuan kerambah tancap dan juga keramba terapung. Diharapkan, masyarakat dapat ikut terberdayakan dalam konsep pengembangan wisata dan penelitian bahari secara menyeluruh.

Di samping Kepulauan Abang, tempat lainnya adalah Pantai Kampung Nongsa. Lokasi yang terletak di Nongsa ini memiliki kelebihan seperti daya tarik kampung tradisional melayu di pesisir pantai dengan keindahan panorama Kota Singapura. Apalagi lokasinya yang cukup strategis dan dekat dengan pusat kota, hanya sekitar 20 menit dari Bandara Hang Nadim jika ditempuh dengan taksi.

Kita juga wisata bahari lainnya di Pantai Marina, Pantai Melur, Pantai Panau, Water World di Duta Mas, dan juga Pulau Dampu. Khusus di wilayah terakhir yang saya sebutkan ini, terdapat beberapa jenis terumbu seperti jenis Porites padat, Porotes Chyindrica, Acropora Mobillis dan Merulona Amplianta. Dan jangan lupa, Batam juga memiliki ikon yang tiada duanya, yakni Jembatan Barelang. Perjalanan wisata yang melewati jembatan penghubung Batam- Rempang-Galang, setiap pengunjung dapat menikmati taburan beragam pulau kecil, pepohonan magrove, wisata memancing dan (mungkin) berbagai pondokan kecil untuk beristirahat. Kita juga dapat menikmati sederetan rumah-rumah panggung tradisional melayu di Pulau Akar, yang jaraknya sekitar 3 kilometer dari sisi jembatan Barelang. Jika digali lebih dalam lagi, masih banyak potensi wisata bahari Batam lainnya, seperti selam, sky air, jet sky, akuarium bioata laut, dan sejenisnya.

Mengelola dan Menjual
Disayangkan, potensi wisata bahari di Pulau Batam dan sekitarnya belum digarap dengan maksimal. Padahal, jika dikelola dengan baik dan terecana, dapat memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap peningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat dan pemerintah daerah.

Saya ambil satu contoh, di Kabupaten Lamongan, tempat daerah asal saya, Pemda setempat berhasil mengembangkan wisata bahari terpadu yang dikenal dengan WBL atau Wisata Bahari Lamongan. Wisata ini menggabungkan wisata pantai, wisata belanja hasil laut, wisata rekreasi air dan wisata gua maharani. Bupati Lamongan, Masfuk, secara terang-terangan mengatakan kepada Kompas Jawa Timur (19/12/2008) bahwa wahana ini telah menyumbang pendapatan asli daerah sebesar 9 miliar di tahun 2007 dengan jumlah kunjungan hampir 1.8 juta orang. Berkat WBL, Lamongan kini dikenal sebagai salah satu tujuan wisata terkemuka di Jawa Timur dan sekitarnya.

Resep keberhasilan WBL tersebut tak lepas dari kemampuan manajemen Pemda Lamongan. Mereka menggandeng masyarakat lokal (setempat) sebagai subjek sekaligus objek. Ini artinya, pemerintah mesti terbuka kepada masyarakat lokal, tujuan dan fungsi pengembangan proyek wisata bahari. Penduduk setempat harus digandeng bersama dan jangan sampai diposisikan hanya sebagai penonton belaka.

Kerjasama sinergis Pemda-penduduk setempat dapat diwujudkan dengan penyediaan tempat menjual produk-produk lokal hasil kelautan, misalnya kerupuk ikan, kerupuk udang, kerajinan hewan laut dan sebainya. Bisa juga menggandeng penduduk untuk menyediakan perahu wisata, pemenuhan tenaga guide dan lain-lainya. Intinya, masyarakat harus dilibatkan dan diberdayakan secara sosial dan ekonomi.

Tidak kalah pentingnya adalah penyediaan sarana dan prasarana yang memadai, seperti sarana transportasi yang cukup, akomodasi, peralatan penunjang, informasi dan komunikasi. Termasuk didalamnya adalah tenaga-tenaga di bidang kebaharian yang profesional dan handal. Idealnya, setiap daerah wisata memiliki satu orang kepala Tourism Officer yang bertugas untuk mengelola dan memberikan informasi kepada calon wisatawan. Dalam strategi jangka panjang, Pemda harus membuat master plan Rencana Wisata Bahari Terpadu (RWBT).

Master plan berisi tujuan dan program-program pengembangan wisata bahari dalam lima hingga dua puluh lima tahun ke depan sehingga siapapun pemimpinannya, Pemda tetap dapat melanjutkan di periode selanjutnya. Saya yakin, dengan pola seperti ini, wisata bahari dapat menjadi salah satu primadona wisata yang menjual dan menarik minat investor, khususnya di bidang kepariwisataan di Pulau Batam dan sekitarnya.
__________
Nurhadi adalah Alumni ITS Surabaya, Bekerja sebagai Praktisi Supply Chain Management di Batam, Pernah Menjadi "Volunteer" di Surabaya Tourism Board

Sumber :http://batampos.co.id