Mengemas Flores Timur dalam Sepaket Wisata

Oleh Mansetus Balawala

Mengemas Flores Timur (Flotim) dalam satu paket wisata bukan merupakan hal yang mustahil. Wilayah ini memiliki beragam potensi wisata, baik wisata budaya maupun wisata alam yang memikat hati. Tidak cuma itu, topografi daerahnya berbukit terjal, gunung-gunungnya seperti mendadak muncul di permukaan laut. Kota dan desanya bertengger di tepi pantai atau di lereng nan terjal. Semua ini memanjakan mata siapapun yang berkunjung ke wilayah ini. Flores Timur dengan Larantuka sebagai kota tua yang berhadapan dengan Adonara dan Solor membuatnya elok bagai sebuah kota pelabuhan di tepi danau. Sebagai pusat pemerintahan Kabupaten Flores Timur, Larantuka terus berupaya menata diri dengan tidak meninggalkan kekhasan budaya Lamaholot. Sentuhan budaya Romawi, Portugis dan Melayu dipadu dengan religiositas Kristiani, memberikan kesan dan kenangan indah bagi setiap orang yang berkunjung.

Perjalanan wisata dimulai dari Kota Larantuka. Di kota ini simbol-simbol Kristiani seperti Patung Bunda Maria (Tuan Ma), Patung Tuhan Yesus (Tuan Ana), gereja dan kapel serta Istana Raja Larantuka dalam arsitektur Romawi dan Portugis zaman dulu mempertegas identitas kota ini sebagai sebuah kota religi. Di wilayah ini, kehidupan penduduk hampir semuanya tergantung pada pertanian tanah kering. Karena hanya memiliki sekali musim tanam, maka waktu antara musim diisi dengan pekerjaan sebagai nelayan atau tukang. Sebagian lagi mengisi waktu dengan merantau, ciri suku bermobilitas tinggi. Kehidupan pria ditunjang sepenuhnya oleh wanita dengan bekerja di kebun dan membuat pekerjaan kewanitaan yang turun temurun seperti menenun dan menganyam. Perlu diketahui, banyak juga penduduk nelayan terutama mereka yang berdiam di daerah pesisir pantai.

Di Kota Larantuka, Anda akan dimanjakan dengan keindahan pantai seperti Pantai Weri. Keindahan pantai ini sungguh mempesona ditaburi pasir putih dan pemAndangan Pulau Adonara di seberangnya. Pantai ini hanya berjarak 5 kilometer arah Timur Larantuka. Mudah dicapai dengan angkutan kota setiap saat dengan rute terminal Larantuka-Weri. Kurang lebih 1 kilometer arah barat Pantai Weri terdapat gua dan Patung Bunda Maria sebagai tempat ziarah umat Katolik. Puas menikmati keindahan Pantai Weri, Anda bisa beranjak kurang lebih 5 kilometer lagi ke arah Timur menuju Desa Mudakeputu. Di desa ini, Anda bisa menyaksikan berbagai upaca adat, pun tarian tradisional seperti tari Hedung, soka palang Meraj, dan lainnya. Juga dapat disaksikan proses pembuatan tenun ikat dengan menggunakan bahan pewarna alami serta proses pembuatan jagung titi yang merupakan makanan khas Flores Timur. Di desa Muda Keputu, Anda juga bisa menyaksikan bangunan-bangunan dan tempat pertemuan adat dengan arsitektur daerah yang memanjakan mata.

Ada juga wisata Batu Payung. Batu Payung merupakan bentukan alam berupa karang dengan ketinggian kurang lebih 6 meter dan berbentuk payung raksasa berdiameter 4,5 meter. Terletak di ujung tanjung Watu Payung, Kecamatan Tanjung Bunga. Dapat dicapai dengan perahu motor dari Waiklibang dalam tempo 90 menit. Tak jauh dari Batu Payung, tepatnya di Desa Waibao, terdapat Batu Bertulis Nopin Jaga yang ditemukan 1985 di kawasan Nopin Jaga. Situs ini terdapat batu bertuliskan huruf Jawa/Bali kuno dan diperkirakan sebagai peninggalan Gajah Mada. Situs ini menjadi sangat menarik karena Patih Gajah Mada diketahui menghilang ke bagian timur Indonesia. Mungkinkah kawasan ini menjadi tempat di mana Sang Maha Patih dikuburkan?

Di tempat ini juga terdapat pintu masuk dari arah Pantai Painghaka yang disebut “Gerbang Madah”. Kawasan Pantai Painghaka konon merupakan pelabuhan persinggahan para pedagang zaman dulu dengan ditemukannya peniggalan benda-benda kuno di kawasan ini. Dapat ditempuh dengan berjalan kaki 12 km dari Desa Waibao, melintasi kebun-kebun jagung menjadi daya tarik tersendiri. Dapat juga dicapai dengan motor laut dari Waiklibang selama 60 menit. Desa Waibao juga menyuguhkan danau alam air tawar yang disebut Danau Waibelen. Terbentuk akibat letusan gunung Ile Sodoberawao Kobanara tahun 400-500 SM. Berdiameter 500 meter dan kedalamannya mencapai 20 meter. Danau Waibelen juga dikenal dengan sebutan Danau Asmara untuk mengenang kejadiaan sepesang muda-mudi yang nekad bunuh diri tenggelam ke dasar danau karena cinta keduanya tidak mendapat restu orangtua. Di danau ini juga terdapat satwa langkah Buaya Putih yang oleh masyarakat setempat menyapanya dengan sebutan “nenek”. Danau ini hanya dapat ditempuh dengan perjalanan kaki 500 meter dari Desa Waibao.

Perjalanan wisata tidak hanya sampai di sini. Menyusuri pantai utara Flores Timur, Anda disuguhkan dengan panorama Pantai Kawaliwu. Pantai yang terletak di Desa Sinarhadinggala, Kecamatan Lewolema,ini memiliki peseona tersendiri. Apalagi disaat sunset. Di sekitar pantai ini juga dapat disaksikan upaca adat masyarakat setempat. Bekas amukan gelombang tsunami tahun 1992 masih dapat dilihat. Hanya dengan waktu tempuh sekitar 30 menit dari Larantuka, membuat panati ini tak pernah sepi dari pengunjung.

Lelah menikmati panorama Pantai Kawaliwu, Anda akan disegarkan kembali dengan berendam di Pemandian Air Panas Oka. Pemandian air panas ini letaknya sangat strategis yakni di ruas jalan Maumere–Larantuka. Pemandian Air Panas Oka selalu menjadi pilihan kunjungan paling akhir bagi para maniak wisata alam sebelum kembali ke Larantuka untuk mengakhiri perjalan wisata mereka. Larantuka mudah digapai dari segala arah. Bila dahulunya hanya dari laut, kini bisa juga dengan pesawat dari Kupang dengan lama perjalanan 45 menit mendarat di Lapangan Terbang Gewayan Tanah. Sementara dari Maumere dapat dijangkau dengan jalan darat sepanjang 137 kilometer. Ada banyak penginap yang bisa dipilih seperti Hotel Rulies, Tresna, Fortuna I dan II, Hotel Shalom dan beberapa hotel lainnya. Semuanya terletak di pusat Kota Larantuka.
__________
Mansetus Balawala, Penulis dan Penggiat Yayasan Kesehatan untuk Semua (YKS).

Sumber :http://www.kabarindonesia.com