Adu Bagong : Babi Hutan VS Anjing


Pertandingan adu kekuatan hewan, memang telah lama dikenal di Indonesia, seperti karapan sapi, atau sabung ayam. Pertunjukan semacam ini, biasanya memang memperlombakan hewan sejenis.

Namun di beberapa daerah di Jawa Barat, dikenal pertandingan unik, adu kekuatan antara babi hutan dengan anjing, atau istilah masyarakat setempat, disebut dengan Adu Bagong.

Adu Bagong, atau pertandingan antara babi hutan dengan anjing, baik Anjing Kampung maupun Anjing Ras, telah lama dikenal di beberapa wilayah Jawa Barat, seperti Sumedang dan Majalengka. Namun tidak mudah menemukan pertandingan ini. Satwa yang akan diadu, seperti babi hutan, harus diburu terlebih dahulu.

Di daerah Majalengka, tepatnya disekitar Kaki Gunung Wilu, babi hutan masih banyak dijumpai. Hewan ini terus diburu, karena sering merusak tanaman milik warga, seperti padi dan jagung.

Walaupun telah berburu babi hutan lebih dari 20 tahun, bagi Jaja berburu babi hutan bukanlah perkara mudah. Banyak hal yang perlu dipersiapkan, termasuk anjing. Dengan penciumannya yang tajam, anjing dapat melacak dan memburu babi hutan. Karena itulah, anjing-anjing yang dipersiapkan untuk berburu babi hutan, diperlakukan khusus, baik makanannya, maupun perawatannya.

Peralatan inti lainnya saat berburu babi adalah perangkap, yang terbuat dari kawat yang dijalin menyerupai jaring, serta golok, untuk berjaga–jaga, seandainya babi hutan yang diburu menyerang mereka. Namun demikian semua persiapan akan sia–sia, jika faktor keberuntungan tidak berpihak kepada mereka.

Dalam perburuan kali ini, kurang lebih 30 orang pemburu, ditemani sekitar 20 ekor anjing, berangkat ke Kaki Gunung Wilu, untuk mencari buruannya. Mereka berharap dapat menangkap babi hutan hidup–hidup, agar dapat dipergunakan dalam Adu Bagong.

Sesampai di hutan, rombongan pemburu inipun segera menentukan dimana mereka akan meletakkan perangkap. Sementara sebagian lainnya, mencoba mendeteksi kehadiran babi hutan dari tempat pemantauan yang mereka buat, atau dari atas pohon.

Setelah sekian lama menunggu, tiba–tiba mereka mendengar suara lenguhan babi. Mereka pun bergegas menuju arah suara. Ternyata suara itu berasal dari seekor babi hutan, yang terjerat dalam perangkap mereka. Segera para pemburu memegangi sang babi hutan, agar kuatnya perangkap tidak melukai tubuh babi yang berusaha melapaskan diri tersebut.

Setelah mengikat erat keempat kaki dan moncongnya, babi hutan tersebut segera dipanggul menuruni kaki Gunung Wilu. Para pemburu seperti Jaja, lebih senang menangkap babi hutan hidup–hidup, untuk kemudian menjualnya ke tempat penjagalan hewan atau kepada pemilik arena Adu Bagong. Hasil penjualan babi hutan, mereka pergunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Namun dalam perburuan kali ini, Jaja dan para pemburu lainnya, berniat menjual babi hutan hasil tangkapan mereka, kepada pemilik arena Adu Bagong, keesokan harinya.

Hari adu Bagong-pun tiba. Babi hutan hasil tangkapan tersebut, dibawa ke arena, untuk selanjutnya dijual kepada pemilik arena pertandingan Adu Bagong.

Sementara para pemilik anjing, segera bergegas membawa binatang kesayangan mereka mendekati arena. Puluhan anjing dari berbagai jenis, baik Anjing Kampung maupun Anjing Ras yang mereka bawa, nampak tak sabar lagi ingin menunjukkan naluri hewani mereka, beradu kekuatan dengan sang babi hutan.

Sebelum anjing–anjing yang terlihat ganas ini memasuki arena pertandingan, para pemilik anjing terlebih dahulu harus membayar sejumlah uang kepada pemilik arena pertandingan. Nilainya bervariasi, untuk Anjing Ras yang besar, setiap kali masuk harus membayar 25 ribu rupiah, sedangkan Anjing Kampung yang lebih kecil, dikenakan biaya 10 hingga 15 ribu rupiah.

Begitu gerombolan anjing memasuki arena pertandingan, penonton sontak bersorak. Saatnya pertandingan hidup mati dimulai. Selama pertandingan berlangsung, babi hutan ini akan menghadapi serangan minimal 4 anjing sekaligus.

Tampak gigitan anjing membuat sang babi tak berdaya. Para pengawas pertandingan segera berusaha membebaskan babi hutan dari gigitan anjing. Setelah bebas, giliran kelompok anjing berikutnya memasuki arena untuk beradu kekuatan dengan sang babi.

Babi hutan ini tampak masih bertenaga, padahal sudah lebih dari satu jam melawan anjing-anjing ini. Dalam pertandingan itu, seekor anjing bernasib naas, tewas, menjadi korban ketajaman taring sang babi.

Memang tak ada yang tahu pasti kapan Adu Bagong ini mulai ada. Yang jelas, Adu Bagong sudah lama menjadi hobi para pemilik anjing. Beroleh kesenangan sembari melatih insting anjing piaran mereka.

Adu Bagong juga merupakan ajang menunjukkan gengsi diantara para pemilik anjing. Bila anjing mereka mampu menaklukkan babi, harga anjing akan naik. Selain itu, kebanggaan sang pemilik pun bertambah karena penonton akan memuji anjingnya.

Tak terasa sudah dua setengah jam pertandingan berlangsung. Sang babi hutan tampak kehabisan tenaga, dan menyerah pada ketajaman gigi anjing–anjing tersebut. Sang babi pun akhirnya meregang nyawa.

Usai sudah Adu Bagong. Kepuasan nampak tergambar di wajah para pemilik anjing. Anjing– anjing itu segera mereka bawa pulang, untuk dipersiapkan kembali menghadapi pertandingan serupa di lain hari.(Sup/Idh)

Sumber : http://www.indosiar.com
Foto : http://1.bp.blogspot.com