Sepanjang jalan gerbang wisata Riau, banyak hal yang masih bisa dikembangkan. Kota Dumai, merupakan pintu gerbang wisatawan mancanegara masuk ke Riau melalui perairan. Dari Dumai ke Pekanbaru, terdapat sejumlah lokasi yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai objek wisata. Sekarang kita coba menelusuri potensi objek wisata dari pintu gerbang, Dumai sampai ke Pekanbaru dan terus ke Candi Muara Takus di Kabupaten Kampar.
Pasir Panjang Pulau Rupat
Potensi yang sangat luar biasa saat ini, adalah Pasir panjang di Pulau Rupat. Kawasan Tanjung Medang, Teluk Rhu dan Tanjung Punak ini terdapat di Kecamatan Rupat Utara. Pasir di pantai ini berwarna putih dan bersih. Air lautnya jernih memungkinkan wisatawan untuk mandi, berjemur, berolah raga air di pantai ini.
Pemandangan pulau-pulau yang berada di sekitar pantai ini sangat menyenangkan, karena Pulau Ketam, Pulau Mentete, Pulau Baru di latar-belakangi oleh hutan pinus dengan rapinya.
Kawasan Pantai Pasir Panjang Rupat ini berhadapan langsung dengan Kota Dumai, dan bisa dijangkau dengan menggunakan alat transportasi laut, seperti motor boat.
Pulau Rupat juga didiami oleh suku terasing yang disebut suku Akit yang mendapat perlindungan dari Pemerintah Daerah agar cara hidup dan tradisi mereka yang unik tetap dipertahankan. Karena belum banyak tersentuh oleh kemajuan. Kehidupan Suku Akit dalam habitatnya yang asli dengan gaya hidup yang masih tradisional merupakan sesuatu yang unik dan menjadi daya tarik wisata tersendiri di pulau ini.
Makam Putri Tujuh
Sebuah Legenda Makam Putri Tujuh yang terletak di daerah kawasan kilang operasional Pertamina UP II mempunyai keunikan tersendiri. Menurut legenda masyarakat Dumai, terjadinya tujuh orang putri dimakamkan secara bersama-sama, disebabkan sewaktu musuh sedang meyerang, lbunda Putri yang bertindak sebagai Ratu pada saat itu menyembunyikan ke Tujuh Putrinya kedalam lubang yang beratapkan tanah, tanpa disadari oleh sang lbunda, rupanya ketujuh putrinya tewas tertimbun oleh tanah.
Teluk Makmur
Di daerah Teluk Makmur yang masih asli baik di tinjau dari adat istiadatnya, budaya serta alamnya yang sangat indah di tambah dengan adanya rumah-rumah tua yang berarsitektur melayu mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi kampung wisata layaknya seperti kampung wisata Mortein yang ada di Melaka.
Di Teluk Makmur pada saat sekarang sudah dibuat semacam peraturan oleh pihak Kecamatan, untuk medirikan bagunan harus berbentuk rumah melayu agar keinginan untuk mewujudkan kampung wisata dapat terealisasi.
Peranginan Puak
Peranginan Puak berada di sebelah Timur Kota Dumai yang memiliki pemandangan yang indah, sejuk dan dingin serta ditumbuhi oleh tumbuhan tropis yang menambah asrinya pemandangan. Disini dapat dinikmati aneka makanan dan minuman tempatan sambil bersantai di pinggir laut.
Wisatawan dapat menikmati buah Durian Puak atau Pelitung. Khasnya dari buah Durian ini adalah rasa dan aroma baunya yang begitu menggiurkan.
Pusat Latihan Gajah Sebanga
Di Sebanga, Duri Kabupaten Bengkalis terdapat Pusat Pendidikan, Penjinakan dan Latihan Gajah Riau. Di tempat ini, wisatawan akan menyaksikan gajah yang selama ini dikenal sebagai binatang buas beratraksi di depan pengunjung. Mereka dapat bermain bola, melangkahi potongan kayu ukuran besar yang telah disusun, melangkahi manusia yang sedang berbaring, dan dapat pula mengangkat kayu dengan belalainya. Gajah di sini dapat pula memberi hormat kepada pengunjung, dan berbagai atraksi menarik lainnya.
Mesjid Raya
Mesjid Raya Pekanbaru yang dibangun pada abad ke-18 ini merupakan mesjid tertua di kota Pekanbaru. Mesjid yang terletak di Kecamatan Senapelan ini memiliki arsitektur tradisional yang amat menarik. Mesjid ini sekaligus menjadi bukti kerajaan Siak Sri Indrapura pernah bertahta di Pekanbaru, yaitu di masa Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah (Sultan Siak ke-4) dan Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah (Sultan ke-5).
Di areal komplek mesjid ini terdapat makam Sultan Marhum Bukit dan Marhum Pekan. Marhum Bukit adalah nama lain dari Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah (Sultan ke-4) yang memerintah pada tahun 1766-1780.
Di masa kekuasaan Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah inilah Senapelan dijadikan pusat kerajaan Siak. Di bawah pemerintahannya, kegiatan perdagangan berkembang pesat sehingga timbullah pemikiran untuk mendirikan sebuah pekan.
Namun ide medirikan sebuah pekan ini baru terlaksana pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah (anak Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah). Semenjak itu, tepatnya pada tanggal 23 Juni 1784, nama Senapelan mulai tak dipakai lagi. Senapelan berganti dengan Pekanbaru.
Pasar Wisata
Dulu namanya Pasar Bawah. Karena terletak pada bagian bawah, jika dibandingkan dengan Pasar pusat yang terletak agak ketinggian dari lokasi ini. Tempat umum yang menjadi Objek dan Daya Tarik Wisata di Kota Pekanbaru adalah lokasi Pasar Wisata tidak terlalu luas dan merupakan Pasar yang tertua.
Berbagai kelengkapan yang di jual dikomplek Pasar Wisata, antara lain keperluan sehari-hari, elektronik, alat-alat rumah tangga, pakaian, souvenir berupa keramik yang dijual di sini banyak didatangkan dari Cina, Taiwan, Hongkong dan Italia, dengan harga yang cukup kompetitif.
Mesjid Jami’ Air Tiris
Mesjid ini terletak di Desa Tanjung Berulak, Air Tiris, yang berjarak sekitar 52 km dari Pekanbaru. Arsitektur mesjid ini merupakan perpaduan gaya Melayu dan gaya Cina yang indah, dengan tingkat atap berbentuk limas. Di dinding mesjid terdapat ornamen ukiran yang mirip dengan salah-satu ornamen ukiran Mesjid di Negeri Pahang, Malaysia.
Menara mesjid ini cukup tinggi, dibuat dari kayu tanpa menggunakan bahan Paku Besi. Sedangkan keunikan lain dari mesjid ini adalah di dasar sumur yang teletak di pelataran mesjid, konon terdapat sebuah batu besar yang mirip kepala kerbau.
Batu ini kadang-kadang berpindah tempat tanpa seorang pun yang mengetahuinya. Konon, pelancong dari Malaysia dan Singapura sering berziarah ke mesjid ini. Tujuan mereka, di samping berwisata juga membayar nazar, yaitu dengan cara mandi air sumur di teras mesjid ini. Para pelancong ini biasanya datang beberapa hari setelah Idul Fitri, atau tepatnya pada Hari Raya Puasa bulan Syawal.
Danau PLTA Koto Panjang
Kawasan danau seluas 12.900 hektare ini memiliki panorama alam yang indah, dengan barisan bebukitan yang menjulang, yang ditumbuhi kayu-kayan lebat beraneka ragam. Danau ini terletak di Desa Merangin, Bangkinang Barat, berjarak sekitar 88 km dari ibu kota Provinsi Riau.
Candi Muara Takus
Candi ini merupakan salah-satu peninggalan sejarah yang sangat penting di bumi Lancang Kuning. Candi yang terletak di Kecamatan XIII Koto Kampar yang berjarak sekitar 118 km dari Pekanbaru ini terbuat dari batu sungai, pasir dan batu bata. Candi ini dibangun antara abad ke 4, ke 7, ke 9. Sampai saat ini, belum ada satu orang pun pakar sejarah yang memastikan kapan sesungguhnya candi ini dibangun.
Candi ini berukuran 7 x 7 meter. Komplek candi ini dikelilingi oleh tembok yang berukuran 74 x 74 meter, dan di luarnya terdapat tembok tanah yang berukuran 1,5 x 1,5 km. Di dalam komplek, ditemui pula bangunan Candi Tua, Candi Bungsu, Mahligai Setupa, dan Palangka. Candi yang mirip dengan Candi Acoka di India ini, merupakan peninggalan sejarah silam yang membuktikan bahwa di daerah ini dulunya pernah berkembang agama Budha yang datangnya dari India. Selain itu, walaupun para pakar sejarah belum sepakat, akan tetapi sebagian mereka mengatakan bahwa Candi ini merupakan sebuah bukti nyata kalau Kerajaan Sriwijaya pernah bertapak di sini.
Sumber : http://kompas.com/ver1/Negeriku/0705/23/072847.htm
Pasir Panjang Pulau Rupat
Potensi yang sangat luar biasa saat ini, adalah Pasir panjang di Pulau Rupat. Kawasan Tanjung Medang, Teluk Rhu dan Tanjung Punak ini terdapat di Kecamatan Rupat Utara. Pasir di pantai ini berwarna putih dan bersih. Air lautnya jernih memungkinkan wisatawan untuk mandi, berjemur, berolah raga air di pantai ini.
Pemandangan pulau-pulau yang berada di sekitar pantai ini sangat menyenangkan, karena Pulau Ketam, Pulau Mentete, Pulau Baru di latar-belakangi oleh hutan pinus dengan rapinya.
Kawasan Pantai Pasir Panjang Rupat ini berhadapan langsung dengan Kota Dumai, dan bisa dijangkau dengan menggunakan alat transportasi laut, seperti motor boat.
Pulau Rupat juga didiami oleh suku terasing yang disebut suku Akit yang mendapat perlindungan dari Pemerintah Daerah agar cara hidup dan tradisi mereka yang unik tetap dipertahankan. Karena belum banyak tersentuh oleh kemajuan. Kehidupan Suku Akit dalam habitatnya yang asli dengan gaya hidup yang masih tradisional merupakan sesuatu yang unik dan menjadi daya tarik wisata tersendiri di pulau ini.
Makam Putri Tujuh
Sebuah Legenda Makam Putri Tujuh yang terletak di daerah kawasan kilang operasional Pertamina UP II mempunyai keunikan tersendiri. Menurut legenda masyarakat Dumai, terjadinya tujuh orang putri dimakamkan secara bersama-sama, disebabkan sewaktu musuh sedang meyerang, lbunda Putri yang bertindak sebagai Ratu pada saat itu menyembunyikan ke Tujuh Putrinya kedalam lubang yang beratapkan tanah, tanpa disadari oleh sang lbunda, rupanya ketujuh putrinya tewas tertimbun oleh tanah.
Teluk Makmur
Di daerah Teluk Makmur yang masih asli baik di tinjau dari adat istiadatnya, budaya serta alamnya yang sangat indah di tambah dengan adanya rumah-rumah tua yang berarsitektur melayu mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi kampung wisata layaknya seperti kampung wisata Mortein yang ada di Melaka.
Di Teluk Makmur pada saat sekarang sudah dibuat semacam peraturan oleh pihak Kecamatan, untuk medirikan bagunan harus berbentuk rumah melayu agar keinginan untuk mewujudkan kampung wisata dapat terealisasi.
Peranginan Puak
Peranginan Puak berada di sebelah Timur Kota Dumai yang memiliki pemandangan yang indah, sejuk dan dingin serta ditumbuhi oleh tumbuhan tropis yang menambah asrinya pemandangan. Disini dapat dinikmati aneka makanan dan minuman tempatan sambil bersantai di pinggir laut.
Wisatawan dapat menikmati buah Durian Puak atau Pelitung. Khasnya dari buah Durian ini adalah rasa dan aroma baunya yang begitu menggiurkan.
Pusat Latihan Gajah Sebanga
Di Sebanga, Duri Kabupaten Bengkalis terdapat Pusat Pendidikan, Penjinakan dan Latihan Gajah Riau. Di tempat ini, wisatawan akan menyaksikan gajah yang selama ini dikenal sebagai binatang buas beratraksi di depan pengunjung. Mereka dapat bermain bola, melangkahi potongan kayu ukuran besar yang telah disusun, melangkahi manusia yang sedang berbaring, dan dapat pula mengangkat kayu dengan belalainya. Gajah di sini dapat pula memberi hormat kepada pengunjung, dan berbagai atraksi menarik lainnya.
Mesjid Raya
Mesjid Raya Pekanbaru yang dibangun pada abad ke-18 ini merupakan mesjid tertua di kota Pekanbaru. Mesjid yang terletak di Kecamatan Senapelan ini memiliki arsitektur tradisional yang amat menarik. Mesjid ini sekaligus menjadi bukti kerajaan Siak Sri Indrapura pernah bertahta di Pekanbaru, yaitu di masa Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah (Sultan Siak ke-4) dan Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah (Sultan ke-5).
Di areal komplek mesjid ini terdapat makam Sultan Marhum Bukit dan Marhum Pekan. Marhum Bukit adalah nama lain dari Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah (Sultan ke-4) yang memerintah pada tahun 1766-1780.
Di masa kekuasaan Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah inilah Senapelan dijadikan pusat kerajaan Siak. Di bawah pemerintahannya, kegiatan perdagangan berkembang pesat sehingga timbullah pemikiran untuk mendirikan sebuah pekan.
Namun ide medirikan sebuah pekan ini baru terlaksana pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah (anak Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah). Semenjak itu, tepatnya pada tanggal 23 Juni 1784, nama Senapelan mulai tak dipakai lagi. Senapelan berganti dengan Pekanbaru.
Pasar Wisata
Dulu namanya Pasar Bawah. Karena terletak pada bagian bawah, jika dibandingkan dengan Pasar pusat yang terletak agak ketinggian dari lokasi ini. Tempat umum yang menjadi Objek dan Daya Tarik Wisata di Kota Pekanbaru adalah lokasi Pasar Wisata tidak terlalu luas dan merupakan Pasar yang tertua.
Berbagai kelengkapan yang di jual dikomplek Pasar Wisata, antara lain keperluan sehari-hari, elektronik, alat-alat rumah tangga, pakaian, souvenir berupa keramik yang dijual di sini banyak didatangkan dari Cina, Taiwan, Hongkong dan Italia, dengan harga yang cukup kompetitif.
Mesjid Jami’ Air Tiris
Mesjid ini terletak di Desa Tanjung Berulak, Air Tiris, yang berjarak sekitar 52 km dari Pekanbaru. Arsitektur mesjid ini merupakan perpaduan gaya Melayu dan gaya Cina yang indah, dengan tingkat atap berbentuk limas. Di dinding mesjid terdapat ornamen ukiran yang mirip dengan salah-satu ornamen ukiran Mesjid di Negeri Pahang, Malaysia.
Menara mesjid ini cukup tinggi, dibuat dari kayu tanpa menggunakan bahan Paku Besi. Sedangkan keunikan lain dari mesjid ini adalah di dasar sumur yang teletak di pelataran mesjid, konon terdapat sebuah batu besar yang mirip kepala kerbau.
Batu ini kadang-kadang berpindah tempat tanpa seorang pun yang mengetahuinya. Konon, pelancong dari Malaysia dan Singapura sering berziarah ke mesjid ini. Tujuan mereka, di samping berwisata juga membayar nazar, yaitu dengan cara mandi air sumur di teras mesjid ini. Para pelancong ini biasanya datang beberapa hari setelah Idul Fitri, atau tepatnya pada Hari Raya Puasa bulan Syawal.
Danau PLTA Koto Panjang
Kawasan danau seluas 12.900 hektare ini memiliki panorama alam yang indah, dengan barisan bebukitan yang menjulang, yang ditumbuhi kayu-kayan lebat beraneka ragam. Danau ini terletak di Desa Merangin, Bangkinang Barat, berjarak sekitar 88 km dari ibu kota Provinsi Riau.
Candi Muara Takus
Candi ini merupakan salah-satu peninggalan sejarah yang sangat penting di bumi Lancang Kuning. Candi yang terletak di Kecamatan XIII Koto Kampar yang berjarak sekitar 118 km dari Pekanbaru ini terbuat dari batu sungai, pasir dan batu bata. Candi ini dibangun antara abad ke 4, ke 7, ke 9. Sampai saat ini, belum ada satu orang pun pakar sejarah yang memastikan kapan sesungguhnya candi ini dibangun.
Candi ini berukuran 7 x 7 meter. Komplek candi ini dikelilingi oleh tembok yang berukuran 74 x 74 meter, dan di luarnya terdapat tembok tanah yang berukuran 1,5 x 1,5 km. Di dalam komplek, ditemui pula bangunan Candi Tua, Candi Bungsu, Mahligai Setupa, dan Palangka. Candi yang mirip dengan Candi Acoka di India ini, merupakan peninggalan sejarah silam yang membuktikan bahwa di daerah ini dulunya pernah berkembang agama Budha yang datangnya dari India. Selain itu, walaupun para pakar sejarah belum sepakat, akan tetapi sebagian mereka mengatakan bahwa Candi ini merupakan sebuah bukti nyata kalau Kerajaan Sriwijaya pernah bertapak di sini.
Sumber : http://kompas.com/ver1/Negeriku/0705/23/072847.htm