Tetap Berdenyut di Tengah Gempuran Budaya Modern

Bengkalis memiliki beragam budaya. Kekayaan budaya menjadikannya sebagai daerah yang memiliki potensi tujuan wisata menarik. Sayangnya, potensi besar itu belum dikelola secara baik. Kini, Bengkalis bak permata yang masih terpendam.

Untuk mencapai Bengkalis yang menjadi ibukota Kabupaten Bengkalis, dapat menggunakan transportasi air. Dari Pekanbaru, pengunjung bisa langsung mengarungi Sungai Siak menuju Pelabuhan Bengkalis. Waktu perjalanannya ditempuh sekitar tiga jam.

Kota Bengkalis memang bukanlah kota metropolitan. Dengan luas sekitar 30.646,83 km persegi dan populasi 1,25 juta jiwa, suasana kota tampak tak hiruk pikuk. Wajah kota lebih menampakkan ketenangan dan kelengangan. Padahal dibalik kelengangan itu tersimpan kekayaan budaya. Keanekaragaman budaya yang berpotensi menjadi tujuan wisata yang dapat menambah pundi pemerintah daerah.

Salah satu jenis budaya menarik adalah Zapin. tarian itu ibarat urat nadi masyarakat Bengkalis yang terus berdenyut. karena itu, di setiap kampung atau kecamatan, dipastikan terdapat kelompok penari Zapin. Di era kebudayaan tradisional tergerus arus globalisasi justru Zapin tetap bertahan. Zapin seakan tak lekang oleh gempuran berbagai budaya modern.

"Kita yakin Zapin akan terus hidup di masyarakat kita. Pasalanya, sekarang ini kita lihat, anak-anak kecil sudah mulai menari Zapin," ungkap Riza Pahlevi, Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Bengkalis saat ditemui Media Indonesia di Jakarta, beberapa hari lalu.

Tarian Zapin adalah tari khas Melayu. Para penari menggerakkan tubuh dan anggota badannya dengan iringan alat musik gambus, perkusi, dan marwas. dalam setap gerakan, penari Zapin kerap memberikan sembah kepada penonton.

Meskipun mengandalkan kelincahan kaki, anggota tubuh penari tak boleh diangkat terlalu tinggi. makna gerakan itu sebagai tanda penghormatan terhadap para penimat. Zapin merupakan tarian yang tak sekedar menggerakkan anggota tubuh tetapi dibalik gerakan mengandung makna filosofis.

Pada tarian Zapin terdapat nama gerakannya, diantaranya siku keluang, alif sembah, anak ayam patah. kembang tak jadi, dan pecah delapan." langkahnya yang menghindari gerakan mundur, seperti menyiratkan tentang, bagaimana kehidupan harus terus maju," ungkap Riza yang juga Ketua DPRD Bengkalis.

Bila menilik sejarahnya, tari Zapin dibawa ulama Timur Tengah ke tanah Melayu melalui India. Tarian itu tumbuh subur di pusat-pusat kerajaan Melayu. Sejak abad ke-19 Zapin telah memasyarakat di daerah Johor, Riau-Lingga, dan Siak terutama derah yang memiliki wilayah pesisir.

Memang tarian Zapin sekarang tak sama persis dengan Zapin saat awal kedatangan ke tanah Melayu. Penggiat tarian Zapin, Musrial mengatakan, berkat kreativitas para seniman lokal, Zapin telah mengalami polesan-polesan.

Di Kabupaten Bengkalis saja, terdapat 36 ragam gerak dalam menarikan Zapin." Ini kekayaan yang harus kita pelihara," ungkap Musrial. ia juga mencatat, kini terdapat 40 sanggar tari yang mengembangkan tarian Zapin.

Salah satu motor penggerak tarian Zapin adalah Sanggar Tarian Bengkalis. Sangar itu didirikan Musrial yang bergandeng tangan dengan penggiat budaya Melayu di Jakarta, Asrizal Noor. Keduanya berusaha keras untuk melestarikan dan mengembangkan kebudayaan Melayu. Usaha mereka telah membuahkan hasil. Mereka pernah berkeliling Eropa untuk mementaskan kebudayaan Melayu. Semuanya menadpat sambutan besar dari penonton masyarakat (Eri Anugerah/H-3)

Sumber: Media Indonesia yang diambil dari www.budpar.go.id