Oleh : Jodhi Yudono
Tari Rudat adalah sebuah tari tradisional yang masih banyak terdapat di Pulau Lombok. Dibawakan oleh 13 penari yang berdandan mirip prajurit. Berbaju lengan panjang warna kuning, celana sebatas lutut warna biru, berkopiah panjang mirip Aladin warna merah yang dililit kain warna putih atau biasa disebut tarbus. Mereka dipimpin oleh seorang komandan yang mengenakan kopiah mirip mahkota, lengkap dengan pedang di tangan.
Biasanya tarian ini dibawakan pada saat upacara khitanan, katam Al Quran, Maulid Nabi peringatan Isra Mi’raj, dan peringatan hari-hari besar Islam lainnya.
Tari Rudat ditarikan sambil menyanyi dengan lagu yang melodi dan iramanya seperti lagu melayu. Syairnya ada yang berbahasa Arab dan ada pula yang berbahasa Indonesia. Tari Rudat diiringi sejumlah alat musik rebana yang terdiri dari jidur, rebana, dap, mandolin dan biola. Gerak tarian rudat merupakan gerak seni bela diri pencak silat yang menggambarkan sikap waspada dan siap siaga prajurit Islam tempo dulu.
Itulah sebabnya, mereka banyak menggunakan gerakan tangan dan kaki. Kadang tangan diayun kiri kanan, kadang mirip gelombang, tapi di saat lain mereka melakukan gerakan memukul dan menendang.
Sesungguhnya asal-usul kesenian rudat sampai saat ini masih belum begitu jelas. Sebagian berpendapat, bahwa kesenian rudat ini merupakan perkembangan dari zikir zaman dan burdah, yaitu zikir yang disertai gerakan pencak silat. Burdah adalah nyanyian yang diiringi seperangkat rebana ukuran besar.
Pendapat lain mengatakan, konon tari ini berasal dari Turki yang masuk bersama penyebaran agama Islam di Indonesia pada abad XV. Itulah sebabnya, tarian ini kentara sekali warna Islamnya, terutama dalam lagu dan musiknya. Di Lombok Timur dapat kita jumpai dan saksikan hampir di semua Kecamatan.
Menurut H Hassanul Basri (42), salah satu tokoh penggerak rudat di Labuhan Haji, pertunjukan rudat terdiri dari tiga bagian. Yakni,
a. Pembukaan ucapan tabik (hormat/permisi), yang di antaranya berbunyi:
Tabik tuan-tuan, tabik nona-nona, mulailah bermain di hadapan tuan-tuan melihat keramaian...
b. Bersalawat (puji-pujian kepada nabi), petikannya:
E...Allah hibismillah
Loh... Allah ya Allah
Ya... Allah hu...
c. Penutup (permintaan maaf kalau ada salah laku dan ucap selama menari).
Masih menurut Basri, rudat secara terminologi berasal dari kata raudah, yaitu taman nabi yang terletak di masjid Nabawi, Madinnah.
Mami Satriah (40), tokoh rudat lainnya di Lombok Timur menambahkan, rudat itu merupakan gabungan antara burdah dan saman. Burdah, adalah syair yang diiringi rebana, sedang saman adalah gerakan-gerakan yang diiringi zikir tanpa musik.
Zikir saman, menurut Mami memiliki tahapan. Tahapan pertama, biasanya menceritakan masalah haji. Tahap kedua, melakukan gerakan mirip askar (tentara). Gerakan ketiga, ujngkapan kegembiraan. Dalam rudat, imbuh Mami, biasanya yang dipakai adalah tahapan kedua.
Jodhi Yudono, adalah wartawan Kompas
Sumber : www.kompas.co.id
Tari Rudat adalah sebuah tari tradisional yang masih banyak terdapat di Pulau Lombok. Dibawakan oleh 13 penari yang berdandan mirip prajurit. Berbaju lengan panjang warna kuning, celana sebatas lutut warna biru, berkopiah panjang mirip Aladin warna merah yang dililit kain warna putih atau biasa disebut tarbus. Mereka dipimpin oleh seorang komandan yang mengenakan kopiah mirip mahkota, lengkap dengan pedang di tangan.
Biasanya tarian ini dibawakan pada saat upacara khitanan, katam Al Quran, Maulid Nabi peringatan Isra Mi’raj, dan peringatan hari-hari besar Islam lainnya.
Tari Rudat ditarikan sambil menyanyi dengan lagu yang melodi dan iramanya seperti lagu melayu. Syairnya ada yang berbahasa Arab dan ada pula yang berbahasa Indonesia. Tari Rudat diiringi sejumlah alat musik rebana yang terdiri dari jidur, rebana, dap, mandolin dan biola. Gerak tarian rudat merupakan gerak seni bela diri pencak silat yang menggambarkan sikap waspada dan siap siaga prajurit Islam tempo dulu.
Itulah sebabnya, mereka banyak menggunakan gerakan tangan dan kaki. Kadang tangan diayun kiri kanan, kadang mirip gelombang, tapi di saat lain mereka melakukan gerakan memukul dan menendang.
Sesungguhnya asal-usul kesenian rudat sampai saat ini masih belum begitu jelas. Sebagian berpendapat, bahwa kesenian rudat ini merupakan perkembangan dari zikir zaman dan burdah, yaitu zikir yang disertai gerakan pencak silat. Burdah adalah nyanyian yang diiringi seperangkat rebana ukuran besar.
Pendapat lain mengatakan, konon tari ini berasal dari Turki yang masuk bersama penyebaran agama Islam di Indonesia pada abad XV. Itulah sebabnya, tarian ini kentara sekali warna Islamnya, terutama dalam lagu dan musiknya. Di Lombok Timur dapat kita jumpai dan saksikan hampir di semua Kecamatan.
Menurut H Hassanul Basri (42), salah satu tokoh penggerak rudat di Labuhan Haji, pertunjukan rudat terdiri dari tiga bagian. Yakni,
a. Pembukaan ucapan tabik (hormat/permisi), yang di antaranya berbunyi:
Tabik tuan-tuan, tabik nona-nona, mulailah bermain di hadapan tuan-tuan melihat keramaian...
b. Bersalawat (puji-pujian kepada nabi), petikannya:
E...Allah hibismillah
Loh... Allah ya Allah
Ya... Allah hu...
c. Penutup (permintaan maaf kalau ada salah laku dan ucap selama menari).
Masih menurut Basri, rudat secara terminologi berasal dari kata raudah, yaitu taman nabi yang terletak di masjid Nabawi, Madinnah.
Mami Satriah (40), tokoh rudat lainnya di Lombok Timur menambahkan, rudat itu merupakan gabungan antara burdah dan saman. Burdah, adalah syair yang diiringi rebana, sedang saman adalah gerakan-gerakan yang diiringi zikir tanpa musik.
Zikir saman, menurut Mami memiliki tahapan. Tahapan pertama, biasanya menceritakan masalah haji. Tahap kedua, melakukan gerakan mirip askar (tentara). Gerakan ketiga, ujngkapan kegembiraan. Dalam rudat, imbuh Mami, biasanya yang dipakai adalah tahapan kedua.
Jodhi Yudono, adalah wartawan Kompas
Sumber : www.kompas.co.id