Sejarah Wayang Sasak

Oleh : Jodhi Yudono

Dulu di Lombok terjadi kemarau 7 tahun. Maka diutuslah seorang punggawa kerajaan Pejanggi ke Gunung Rinjani untuk meminta hujan. Ternyata di gunung itu sang punggawa bertemu dengan R. Sangupati.

Usai pertemuan tersebut, sang punggawa disuruh mengadakan pertunjukan wayang di daerah Rambang, Selong. Tiket untuk menonton adalah membaca dua kalimah syahadat dan wudlu.

Lakon dalam pertunjukan wayang sasak diambil dari Serat Menak yang dikarang oleh Yagadipura. Berkisah tentang pengembaraan Wong Agung Jayengrono (Amir Hamzah) dalam menyebarkan agama Islam di wilayah Timur Tengah, sebagian daratan Eropa, Asia, hingga Lahat di Sumatera Utara.

Jayengrana sendiri berasal dari kerajaan Medayin yang dipimpin oleh sang raja bernama Prabu Nusirwan. Kerajaan ini memiliki dua patih bernama Betaljemur yang berwatak baik dan Patih Bestak yang berperangai jahat. Celakanya, Nusirwan justru selalu mengikuti nasihat dari patih Bestak.

Namun berkat kecerdasan dan keberanian Jayengrono, semua jebakan yang dipasang oleh Patih Bestak agar panglima itu mati di medan perang justru berbuah kemenangan. Setelah Jayengrono menaklukan 44 negara, Prabu Nusirwan pun mengambil Jayengrana sebagai menantunya.

Dalam pergelaran di tepi pantai Labuhan Haji itu, Ki Dalang Lalu Usman Jayadi menggelar lakon yang berkisah tentang seorang raja muda kafir yang belum menikah bernama Prabu Jabal Topa. Sang raja memilik dua patih jahat bernama Jabal Suarga dan Jabal Neraka.

Suatu hari Raja Topa melamar seorang putri Raja Pandita Bawaji di negara Medangkukus. Namun oleh sang pandita, lamaran tersebut ditolak karena tak seagama. Usai penolakan, Bawaji justru dimarahi oleh patihnya sendiri karena telah menolak seorang raja yang kaya raya dan sakti mandraguna.

Apa boleh buat, perang pun terjadi dengan sengitnya. Namun, sebelum ada yang kalah dan menang, hari telah keburu malam. Perang pun berhenti sementara. Waktu jeda perang itu dimanfaatkan oleh Bawaji untuk membawa putrinya melarikan diri ke negeri Arab untuk menemui Sang Jayengrana yang dipandangnya sebagai ksatria yang berahlak mulia.

Dikisahkan, putri Bawaji akhirnya menikah dengan Jayengrana. Nah, usai pernikahan tersebut, Jayengrana pun menumpas kebatilan Raja Topa beserta punggawanya.

Adegan
Pergelaran wayang sasak dibagi menjadi beberapa adegan. Adegan I disebut Pengaksama (pembuka), isinya permintaan maaf kepada penonton apabila dalam mendalang sang dalang beserta pengiringnya memjbuat kesalahan.

Adegan II disebut Kabar. Pada adegan ini, sang dalang menceritakan kisah sebelun ada alam raya dan hanya ada Sang Pencipta.
Adegan III, Ucapan. Sang dalang memaparkan tentang lakon yang akan dibawakan.
Adegan IV disebut Lelampan (jalan cerita).
Adegan V, Bejanggeran (penutup dan kesimpulan).

Sumber : www.kompas.co.id