Nusantara dalam Wacana

Wacana dan Nusantara merupakan dua kata yang sudah sering kita dengar. Dalam berbagai kesempatan sering disebutkan dan tertulis kata wacana begitu juga dengan nusantara. Kata wacana yang biasanya disandingkan dengan konteks tertentu dan berfungsi sebagai sebuah hubungan gramatikal yang terbentuk pada level yang lebih besar, pada kesempatan ini akan kita padu padankan dengan kata nusantara.

Pengertian Wacana
Dari asal katanya, kata "wacana" berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu vacana yang berarti "bacaan". Kata vacana masuk ke dalam bahasa Jawa Kuno menjadi wacana dan selanjutnya masuk ke dalam bahasa Indonesia yang berarti "komunikasi verbal; percakapan". Dalam tata bahasa, wacana dipahami sebagai satuan bahasa yang berada di atas tataran kalimat, yang dimaksud adalah wacana utuh. Apa yang disebut sebagai gugus kalimat, paragraf, pasal, subbab, bab, dan episode, merupakan bagian atau penggalan wacana. Wacana mencakup wacana lisan dan wacana tulis. Wacana lisan disebut pula percakapan atau tuturan. Wacana tulis disebut pula teks (Wedhawati dkk, 2001: 595-596).

Dalam pengertian linguistik, wacana adalah kesatuan makna (semantis) antarbagian di dalam suatu bangun bahasa. Oleh karena itu, wacana sebagai kesatuan makna dilihat sebagai bangun bahasa yang utuh karena setiap bagian di dalam wacana itu berhubungan secara padu. Selain dibangun atas hubungan makna antarsatuan bahasa, wacana juga terikat dengan konteks. Konteks inilah yang dapat membedakan wacana yang digunakan sebagai pemakaian bahasa dalam komunikasi dengan bahasa yang bukan untuk tujuan komunikasi (Harimurti, 1982).

Menurut Hawthorn (1992) wacana adalah komunikasi kebahasaan yang terlihat sebagai sebuah pertukaran di antara pembicara dan pendengar, sebagai sebuah aktivitas personal di mana bentuknya ditentukan oleh tujuan sosialnya. Sedangkan Roger Fowler (1977) mengemukakan bahwa wacana adalah komunikasi lisan dan tulisan yang dilihat dari titik pandang kepercayaan, nilai, dan kategori yang termasuk di dalamnya. Foucault memandang wacana kadang kala sebagai bidang dari semua pernyataan, kadang kala sebagai sebuah individualisasi kelompok pernyataan, dan kadang kala sebagai sebuah praktik regulatif yang dilihat dari sejumlah pernyataan. Pendapat lebih jelas lagi dikemukakan oleh Badudu (2000) yang memaparkan:

Wacana sebagai rentetan kalimat yang berkaitan dengan, yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lainnya, membentuk satu kesatuan, sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa wacana merupakan kesatuan bahasa terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi yang tinggi yang berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata,disampaikan secara lisan dan tertulis.

Sementara itu Samsuri memberi penjelasan mengenai wacana:
Wacana ialah rekaman kebahasaan yang utuh tentang peristiwa komunikasi, biasanya terdiri atas seperangkat kalimat yang mempunyai hubungan pengertian yang satu dengan yang lain. Komunikasi itu dapat menggunakan bahasa lisan, dan dapat pula memakai bahasa tulisan.

Lull (1998) memberikan penjelasan lebih sederhana mengenai wacana, yaitu cara objek atau ide diperbincangkan secara terbuka kepada publik sehingga menimbulkan pemahaman tertentu yang tersebar luas. Mills (1994) merujuk pada pendapat Foucault memberikan pendapatnya: wacana dapat dilihat dari level konseptual teoretis, konteks penggunaan, dan metode penjelasan.

Guy Cook menyebut tiga hal yang sentral dalam pengertian wacana, yaitu teks, konteks, dan wacana. Eriyanto kemudian menjelaskan ketiga makna tersebut: “Teks adalah semua bentuk bahasa, bukan hanya kata-kata yang tercetak di lembar kertas, tetapi juga semua jenis ekspresi komunikasi, ucapan, musik gambar, efek suara, citra, dan sebagainya. Konteks memasukkan semua situasi dan hal yang berada di luar teks dan memengaruhi pemakaian bahasa, seperti partisipan dalam bahasa, situasi di mana teks tersebut diproduksi. Wacana di sini, kemudian dimaknai sebagai teks dan konteks bersama-sama ([online] http://cenya95.wordpress.com/).

Berdasarkan level konseptual teoretis, wacana diartikan sebagai domain dari semua pernyataan, yaitu semua ujaran atau teks yang mempunyai makna dan memunyai efek dalam dunia nyata. Wacana menurut konteks penggunaannya merupakan sekumpulan pernyataan yang dapat dikelompokkan ke dalam kategori konseptual tertentu. Sedangkan menurut metode penjelasannya, wacana merupakan suatu praktik yang diatur untuk menjelaskan sejumlah pernyataan

Pengertian Nusantara
Nusantara merupakan kosakata lama dalam perbendaharaan kata dalam bahasa Indonesia. Nusantara sering dikaitkan dengan kata lain untuk menyebutkan "Indonesia" selain "Ibu Pertiwi". Menurut Pamela Allen, nusa salah satu kata Indonesia untuk "pulau"; ini membentuk bagian dari kata nusantara yang berarti "kepulauan" yang sering dipakai untuk menyebut Indonesia (2004:109).

Nusantara adalah sebuah kata majemuk yang diambil dari bahasa Jawa Kuno yakni nusa (pulau) dan antara (lain). Dalam konsep kenegaraan Jawa, daerah kekuasaan raja dibagi menjadi tiga, yakni Negara Agung, yaitu merupakan daerah sekeliling ibukota kerajaan tempat raja memerintah; lalu Mancanegara, yakni ialah daerah-daerah di pulau Jawa dan sekitar yang budayanya masih mirip dengan Negara Agung tetapi sudah berada di "daerah perbatasan’" Lalu yang terakhir Nusantara sebagai daerah di luar pengaruh budaya Jawa, tetapi terkadang masih diklaim sebagai daerah jajahan di mana para penguasanya harus membayar upeti ([online] http://batarahutagalung.blogspot.com/).

Pada tahun 1920-an, Ernest Francois Eugene Douwes Dekker (1879-1950), yang juga dikenal sebagai Dr.Setiabudi, memperkenalkan nama untuk menyebut wilayah (indonesia) yang tidak memiliki unsur bahasa asing (india). Kata itu adalah Nusantara.

Definisi Nusantara yang diperkenalkan Setiabudi berbeda dengan definisi pada abad ke-14. pada masa Majapahit, di mana Nusantara didefinisikan sebagai wilayah yang akan ditaklukkan. Setiabudi tidak ingin mengadopsi definisi dari zaman tersebut, tetapi dia mendefinisikan Nusantara sebagai seluruh wilayah
Indonesia dari Sabang sampai Merauke yang kita kenal sampai sekarang. Sumpah Palapa (dimana kata nusantara pertama kali dituliskan), dalam kenyataan sejarah merupakan embrio dari negara kesatuan Repulik Indonesia.

Sumpah tersebut isinya:
Sira Gajah Mada pepatih amungkubumi tan ayun amukita palapa, sira Gajah Mada: lamun huwus kalah nusantara ingsun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seram, Tanjungpura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana ingsun amukti palapa.

Wacana Nusantara
Ruang lingkup Nusantara pada awal munculnya adalah untuk menyebutkan pulau-pulau yang berada di luar pulau Jawa, yakni gugusan/jajaran pulau-pulau luar Jawa. Wacana Nusantara disadarai atau tidak merupakan sebuah gabungan kata yang mengikat, mengikat dalam sebuah pengertian dan mengikat pola pikir ke dalam sebuah dimensi kenusantaraan.

Pemikiran sempit kita akan nusantara yang berarti pulau-pulau di luar Jawa, secara tidak sadar akan membentuk kepada pengertian yang lebih besar, yaitu Nusantara sebagai sebuah gugusan kepulauan Indonesia. Pada akahirnya Wacana Nusantara akan lebih diartikan sebagai sebuah pembahasan mengenai khasanah Indonesia, sebuah khasanah dari kekayaan intelektual negeri yang memiliki beribu kebudayaan dan kesejarahan yang terkandung di dalamnya.

Wacana Nusantara akan lebih berbicara mengenai Nusantara dalam sebuah tatanan konsep dan wacana sebagai rangkaian pernyataan yang dinyatakan secara lisan ataupun tulisan, memiliki hubungan makna antarsatuan bahasanya yang terikat konteks masa lalu.

Dengan demikian Wacana Nusantara akan membentuk sebuah rangkaian apapun bentuk pernyataan yang dipublikasikan melalui beragam media yang memiliki makna dan terdapat konteks di dalamnya dapat dikatakan sebagai sebuah frase yang menyatakan keutuhan pikiran. Wacana Nusantara adalah unsur gramatikal dari pembahasan akan khasanah bangsa yang direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh dan dengan amanat yang lengkap serta koherensi dan kohesi yang terintegral di dalamnya. Dari segi isi (informasi) yang koheren, sedangkan sifat kohesifnya dipertimbangkan dari keruntutan unsur pendukungnya yaitu bentuk, dan teks memiliki peranan yang signifikan dalam pembentukan wacana.

Kepustakaan
Aminurrashid, Harun. 2001. Sinar Baru. Bandar Seri Begawan: Dewan Bahasa dan Pustaka.

Halliday dan Hasan. 1976. Cohession in English. New York: Longman Group Limited.

Kridalaksana, Harimurti. 1982. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Jakarta: Balai Pustaka.

Leman Ahmad. 1984. Air Biru Ombak Biru. Bandar Seri Begawan: Dewan Bahasa dan Pustaka.

Muslim Burmat. 1988. Puncak Pertama. Bandar Seri Begawan: Dewan Bahasa dan Pustaka.

Zaidatul Akmam Ibrahim. 2001. Kajian Analisis Wacana: Suatu Perbandingan Berdasarkan Buku Teks

Bahasa Melayu Darjah Empat dan Menengah Satu. Latihan Ilmiah. Universiti Brunei Darussalam.

Wedhawati dkk 2001Tata bahasa jawa mutakhir, Jakarta : Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional,

http://72.14.235.132/search?q=cache:HWz0I8a-2TcJ:papirus-biru.blogspot.com/2006/08/analisis-wacana.html+pengertian+wacana&hl=id&ct=clnk&cd=1&gl=id
http://cenya95.wordpress.com/
http://batarahutagalung.blogspot.com/
http:/ http://www.wacananusantara.org