Memaknai Kembali Kemerdekaan

Dalam sejarah peradaban, manusia selalu diburu oleh keinginan akan kemampuan hidup abadi dan kemampuan untuk memutar kembali waktu sekehendak hati. Mitos, legenda hingga hikayat banyak berkisah mengenai kedua hal tersebut diatas. Mimpi-mimpi tersebut kemudian terbentuk menjadi sebuah visi yang memicu berbagai percepatan dalam berbagai bidang kebudayaan, terutama teknologi.

Roda, tercatat sebagai sebuah penemuan tertua paling fenomenal pertama yang merubah bentuk wajah peradaban dunia, menciutkan ruang dan waktu sampai kedalam tingkatan tertentu dan memicu berbagai penemuan dibidang lain, yang kemudian disusul oleh penemuan Mesin cetak sebagai penemuan fenomenal selanjutnya yang tercatat dalam sejarah peradaban manusia

Ribuan untaian kalimat yang tercatat kemudian menjadi dapat di baca oleh siapa saja, akses terhadap ilmu dan pengetahuan tidak lagi menjadi hak eksklusif sebagian kaum dan kelompok lagi, dan kali ini selain kembali memicu berbagai penemuan dibidang lainnya juga memicu perubahan wajah dunia selamanya. Industri berkembang, komoditas di fabrikasi, manufaktur, kemudian perdagangan. Dunia mungkin berubah namun mimpi akan keabadian dan pengendalian waktu masih tetap menjadi obsesi utama manusia, dalam berbagai wajah dan bentuk.

Industri memaksa manusia dalam kelompok-kelompok bangsa kemudian berlomba-lomba dalam bidang industri, melakukan fabrikasi, mesin-mesin manufaktur dibangun, sumber-sumber produksi diselidiki dan dicari, kolonisasi dan penjajahan dilegitimasi, peperangan kemudian terjadi sebagai pengukuhan hegemoni dan monopoli, mimpi keabadian tersebut kemudian tiba-tiba tidak lagi menjadi mimpi seseorang saja, melainkan menjadi mimpi kolektif, mimpi sebuah bangsa untuk bertahan, dan untuk menjadi abadi.

Jarak manusia menuju keabadian dan pengendalian waktu kemudian menjadi sedemikian dekat ketika Teknologi Informasi ditemukan. Jarak dan waktu telah sedemikian menciut menjadi sebuah nilai dalam ukuran detik, sementara keabadian hanya tinggal menunggu waktu. Dunia memasuki tatanan dimensi baru, semua hal menjadi instant. Bayangkan, bahkan sebuah proses pun dapat di fabrikasi, rasa di manipulasi, kandungan disiasati, meskipun banyak orang bijak menyatakan bahwa semua itu membuat makna hidup semakin kosong dengan esensi.

Dunia pada saat ini bergerak sedemikian cepat demi tuntutan sebaris rumus fisika tentang ketercapaian jarak dan waktu. Penanda hegemoni berubah dari pengibaran bendera dan penyerahan kekuasaan menjadi bentuk-bentuk yang lebih halus, surat dagang, jaminan perbankan, gaya hidup dan isme.

Indonesia
Dalam sebuah terjemahan bebas, Sun Tzu menyatakan; "Untuk menghancurkan dan menguasai sebuah bangsa besar yang harus dilakukan hanyalah menghapuskan ingatan bangsa yang bersangkutan terhadap leluhur dan pahlawannya". Soekarno, Presiden Republik Indonesia pertama, dengan sungguh-sungguh pernah memberi pernyataan kepada bangsanya, "jangan sekali-kali melupakan sejarah" yg kemudian dikenal dengan slogan "JAS MERAH". Banyak orang bijak mengatakan, "sejarah adalah cermin untuk masa depan".

Sesungguhnya, Indonesia dalam kerangka waktu pernah menjadi sebuah bangsa yang besar, pusat aktifitas ekonomi dunia karena kaya sumber daya alam dan kebudayaan.

Jajaran candi, pantun dan tembang sisa kearifan serta adat istiadat penuh makna yang kini nampak usang menjadi saksi dan bukti bahwa kekayaan yang dimiliki bangsa ini, ternyata seperti pedang bermata dua. Dapat membawa kemakmuran disatu sisi serta membawa kehancuran disisi lainnya, karena dimana ada gula disitu ada semut.

Saat ini Indonesia tidak lagi memiliki gambaran seperti yang dinyatakan sejarah melalui berbagai peninggalan dan beratus prasasti serta dongeng-dongeng. Indonesia sekarang ini tidak lagi menjadi pusat aktifitas ekonomi dunia, di eksploitasi ya, tetapi tidak lagi menjadi pusat aktifitas dunia, Indonesia sekarang berada di pinggir percaturan dunia, menjadi penonton dan dipermainkan, tidak memiliki hak nyata dalam berlantang kata, Indonesia bukan sebuah Negara yang secara penuh berdaulat.

Karena seyogyanya sebuah Negara haruslah memiliki kedaulatan terhadap apapun yang berada diatas tanah dan air-nya, Indonesia saat ini hanya sebuah tempat singgah produk-produk dunia dan kebijakan dalam negerinya mudah dipengaruhi oleh pihak luar.

Dekadensi moral, pergeseran nilai, pengikisan kearifan lokal boleh kita persalahkan, namun itu tidak menyelesaikan masalah, karena hal tersebut hanyalah sebuah hasil akhir dari sebuah awal yang dinyatakan oleh Sun Tzu atas kekayaan yang kita miliki yang berada pada sisi mata pedang yang lain.

Wacana Nusantara
Mencoba meninvetarisir kembali jejak para leluhur Indonesia, menggali kembali pemahaman-pemahaman kearifan lokal adalah salah satu langkah kami melalui situs www.wacananusantara.org untuk berusaha menyambung kembali mata rantai yang nyaris putus tersebut, menyalakan kembali pelita yang sempat padam dengan menggunakan kemampuan yang dimiliki oleh Teknologi Informasi.

Kemampuan menciutkan jarak dan waktu, rentang sebaran yang luas merupakan kemampuan Teknologi Informasi yang dapat dijadikan media penyambung mata rantai dan pematik api tersebut. Mengemas informasi kedalam bentuk portal yang dapat diakses dimanapun dan kapanpun, merekonstruksi hidup dan kehidupan leluhur melalui game Nusantara Online (www.nusantara-online.com) hanyalah merupakan upaya yang mungkin masih belum cukup.

Namun kami percaya, dengan adanya dan akan tumbuhnya upaya-upaya yang lain, akan memiliki kekuatan yang cukup untuk mengingatkan kembali generasi bangsa ini pada pendahulunya (beserta karya yang dihasilkan) yang bahkan berada jauh dalam rentang waktu sejarah.

Mari kita cukupkan keluh-kesah karena segala keterbatasan, karena itulah kenyataan saat ini, mari kita alihkan amarah kita kedalam bentuk kerja nyata yang lebih arif dan bijaksana, mari kita rapatkan barisan, bangun jaringan bersama-sama, bangunkan rekan-rekan yang masih tertidur, mimpi keabadian bukanlah hanya sebatas mimpi, keabadian itu nyata, senyata Hayam Wuruk, Prabu Siliwangi, Gajah Mada, Krtanagara, Balaputradewa, Mulawarman, Adityawarman, Udayana, sultan Hasanudin-mereka telah mencapai keabadian yang di mimpikan dan dicari manusia dari segala penjuru dunia.

Mari tuliskan nama kita dalam sejarah bangsa ini, mari kita wariskan kebanggaan kepada anak cucu kita sehingga kelak mereka bangga menjadi bagian dari sebuah bangsa yang besar, bangsa yang mampu mengapresiasi para leluhur dan pendahulunya.

Tulisan ini disusun oleh Tim Wacana Nusantara (www.wacananusantara.org)
dimuat di:

http://www.detikinet.com/read/2009/08/21/111221/1187033/398/memaknai-kembali-kemerdekaan-perjalanan-waktu [21-08-2009]

Sumber : http://www.wacananusantara.org