Cari Jajanan Di Daerah Lampung

Sungguh tak sulit mencari makanan di kota Lampung. Kecuali banyak penjual, pilihannya pun cukup variatif. Begitu juga bila Anda ingin membeli oleh-oleh. Tak cuma keripik pisang lampung yang terkenal yang bisa Anda bingkiskan pada kerabat. Masih banyak alternatif lain. Yang jelas, jalan-jalan ke Lampung bikin perut jadi kenyang.

DODOL DURIAN

KLIK - DetailBanyaknya durian di Lampung, dimanfaatkan penduduk setempat untuk membuat aneka penganan. Salah satunya dodol durian. Berbagai merk dodol durian bisa Anda temukan di Lampung. Misalnya, dodol durian Sari Deli. Pemiliknya, Ny. Sari Raja Asa (55).

Awalnya cuma untuk sajian di Hari Raya, kemudian karena, "Banyak tamu yang suka, saya berpikir untuk membisniskannya," kenang ibu 4 anak ini. Ia lantas memberi nama dodolnya. "Saya ambil dari nama saya, Sari. Sedang Deli adalah tempat asal ibu saya," kata Sari.

Dodol durian buatan Sari bisa bertahan hingga 1 tahun jika disimpan dalam kulkas. "Hanya, dodol semakin lama akan kian keras. Jadi tidak seenak saat masih baru," terang wanita yang masih terlihat muda ini.

Kendati begitu, setiap minggu Sari tetap membuat dodol. Sekali produksi, minimal 500 bungkus. Bagaimana bila durian sedang tidak ada? "Gampang, kok. Selagi musim, saya beli banyak-banyak durian lalu dibuat sirup yang bisa tahan lama. Jadi, saya bisa bikin dodol setiap saat," cetusnya.

Permintaan makin banyak menjelang Lebaran. Bahkan ada pemesan yang lebih senang dodol di dalam loyang seberat 2,5 kilogram. Meskipun selama ini Sari cuma membuat dodol ukuran 12 cm dan 8 cm, ia tetap melayani pesanan khusus itu.

"Cuma harganya beda. Yang 12 cm saya jual seharga Rp 2.500 sedang yang 8 cm Rp 1.500. Nah yang pesanan khusus itu harganya Rp 50 ribu," papar Sari.

Pembuatan dodol dilakukan oleh 3 karyawan tetap dan 2 karyawan lepasan. Mereka juga membantu Sari membuat lapis legit . "Kadang saya juga menerima pesanan lapis legit."

Selain di daerah Lampung, dodol ini juga dipasarkan di Jakarta. "Di sana kami punya ditributor," katanya. Untuk lebih meluaskan pasar, Sari mengikuti berbagai pameran. "Makanya dodol kami bisa dikenal orang luar negeri," ujarnya bangga. Sayangnya Sari belum berani memasarkan produknya sampai di luar negeri. "Modalnya terlalu besar," keluh ibu beranak 5 ini.

KERIPIK PISANG SUSENO

KLIK - DetailKeripik pisang, oleh-oleh khas Lampung yang paling sering dicari orang. Produsen keripik pisang yang cukup besar adalah Keripik Pisang Suseno. Pendirinya, Almarhum Adi Ardi Suseno tahun 1973.

Awalnya Ardi pengusaha roti. Sambil berjualan roti, dia belajar membuat keripik pisang yang juga dijual dalam gerobak rotinya. "Lama-kelamaan atas saran Ibu Utomo, istri kepala polisi saat itu, keripik pisang saya kemas dalam kaleng," kisah Ny. Luis Marlina (60 tahun), kakak Ardi yang kini meneruskan usaha sang adik.

Mula-mula cuma dibuat 10 kaleng. Nyatanya mendapat sambutan luar biasa dari konsumen. Hingga Ardi menekuni keripik pisang lebih serius lagi. Tetapi 10 tahun terakhir ini, mereka memutuskan mengganti kaleng dengan kardus. "Harga kaleng makin lama makin mahal. Kasihan pelanggan saya kalau terlalu mahal," jelas Luis. Maka alat-alat untuk membuat keripik pun mulai diganti. Misalnya, alat potong pisang. "Semula kami cuma pakai serutan es. Sekarang sudah pakai mesin," papar Luis.

Pisang yang digunakan adalah pisang ambon hijau. Tetapi mulai dua tahun lalu mulai dipasarkan keripik pisang dari pisang tanduk. "Keripik pisang tanduk rasanya lebih gurih," terang Luis. Bahan baku pisang sendiri dikirim warga sekitar setiap kali ada pisang yang sesuai dengan syarat yang diajukan perusahaan ini. "Pisang harus mentah, tetapi sudah tua. Kalau pisang terlalu matang, keripiknya jelek," kata wanita bertubuh kecil ini.

Mereka menjual empat rasa keripik asin, manis, cokelat, dan keju. Untuk keripik pisang rasa cokelat dan keju dijual dalam kemasan setengah kilogram dengan harga Rp 22.500. Sementara keripik pisang asin dan manis dikemas dalam ukuran 300 gram dengan harga Rp 7.500. Masih ada ukuran lain yaitu 500 gram dengan harga Rp 12.500, dan 1 kilogram dengan harga Rp 22.500.

Keripik pisang tanduk cuma ada 3 rasa yaitu asin, manis, dan cokelat. Rasa asin dan manis dijual dengan harga Rp 14.500 sedangkan rasa cokelat dengan harga Rp 24.500. Semua dengan berat 500 gram. "Keripik dari pisang tanduk memang harganya lebih mahal karena harga pisang tanduk juga mahal," jelas wanita ramah ini.

Pengolahan keripik pisang rasa manis dan asin sama saja. Hanya untuk keripik pisang yang rasanya asin, cuma menggunakan sedikit gula dan ditambahkan garam. Untuk memperoleh rasa manis, pisang yang sudah dicuci bersih, dicuci lagi dalam larutan gula. Setelah disaring airnya, keripik pisang langsung digoreng pada minyak yang panas.

Proses ini berbeda dengan keripik pisang rasa cokelat dan keju. Untuk kedua rasa tersebut, keripik pisang digoreng setengah matang. Kemudian ditaburi cokelat bubuk atau parutan keju. Setelah itu baru kemudian dipanggang. "Supaya keju dan cokelat bisa menempel pada keripik pisang, penyelesaiannya tidak lagi digoreng melainkan dipanggang hingga warnanya kekuningan," papar Luis.

Pemasaran yang luas, membuat lokasi pembuatan dipecah dua. "Di toko kami cuma memproduksi keripik dari pisang tanduk." Toko dibuka pukul 08.00 dan baru tutup pukul 17.00. Selain keripik pisang, Suseno juga memproduksi Sambal Goreng Udang yakni campuran keripik kentang, ebi yang dihaluskan, dan bawang. "Sambal goreng buatan kami bisa bertahan hingga 1 tahun, lo. Harganya pun cuma Rp 22.500 seplastik dengan ukuran 300 gram atau 25 ribu sekaleng, "

RUMAH MAKAN BUKIT RANDU

Walaupun baru dibuka tahun 1995, rumah makan ini sudah terkenal di Lampung. Menu yang disajikan dari masakan ala Sunda, Eropa, dan Oriental. Tiga tahun terakhir ini mereka juga menawarkan masakan Jepang dan Thailand.

Lokasi resto di tengah kota Lampung, di atas bukit, 200 meter di atas permukaan laut. "Karena tinggi, yang datang harus membawa kendaraan sendiri," ujar Iwan Priyono (31), staf marketing. Di halaman resto disediakan 14 pondok hingga para pengunjung bisa menikmati pemandangan kota Lampung sambil makan.

Menu yang banyak diminati pengunjung adalah ikan goreng dan lalapan. "Pengunjung kami lebih senang masakan Indonesia," papar pria berkulit hitam ini. Resto sudah dibuka sejak pukul 09.00 dan baru tutup pukul 24.00. "Tetapi saat paling ramai pukul 17.00 hingga 22.00," terang Iwan.

Walaupun ramai, Anda tak usah khawatir kehabisan tempat karena kapasitas ruangan mencapai 350 orang. Tak perlu risau pula lama menunggu. Dua ratus karyawan siap melayani Anda. Harga yang ditawarkan berkisar Rp 50 ribu untuk tiap macamnya. Sedangkan minumannya berkisar antara Rp 20 ribu sampai Rp 75 ribu per gelas.

RUMAH MAKAN SEGO

KLIK - DetailPenggemar ikan bisa meluncur menuju Pahoman, tepatnya di Jl. Way sekampung. Di sana, terdapat Warung Sego I. Warung ini menyediakan antara lain ikan gurame, ikan mas, dan cumi-cumi bakar atau goreng.

Warung yang didirikan tahun 1997 oleh Bapak Tatok (54) ini sudah memiliki cabang yang dikelola Ny. Ida (33), putri Tatok. Namanya, Warung Sego II. Di sini cuma disediakan ikan laut. Tak puas dengan cabang itu, Tatok membuka Warung Sego III. Pengelolanya, Ny. Fitri, anak keduanya. Nah, di sini Anda bisa menikmati soto.

Warung yang buka mulai pukul 09.00 hingga 21.00 ini, hanya menyediakan ikan segar. Jadi, Anda harus rela antre dan menunggu agak lama. Tetapi penantian Anda tidak sia-sia. Ikan bakar atau ikan segar yang disajikan di piring yang dialasi daun pisang ini memang betul-betul segar dan lezat,

Bersama ikan disajikan pula lalapan dan sambal. Sambal disuguhkan di atas cobek batu tebal. Lalapannya terdiri dari terong, ketimun, daun kemangi, daun letus, serta daun singkong dan daun pepaya rebus.

Nasi disajikan dalam thermos nasi. Selain itu, rumah makan ini juga menawarkan sayur asem. Warna kuahnya coklat tua dan sangat menggiurkan. Uniknya lagi, isinya ditambahkan keputren. "Orang Lampung suka pedas. Karena itu cabenya saya banyakin. Bumbunya juga saya tumis supaya berminyak," kata ayah 3 putri ini.

PUSAT JAJANAN "PASAR MAMBO"
KLIK - DetailPasar Mambo, Teluk Betung adalah tempat paling enak dalam memilih makanan di malam hari. Sekitar 40 penjual macam-macam makanan bertebaran di sana dalam tenda-tenda. Salah satunya, Pak Masumar yang memiliki usaha bubur ayam, bubur kacang hijau, bubur jali-jali, nasi uduk, dan nasi goreng. "Pemilik asli nasi uduk dan nasi goreng itu menjualnya ke Bapak, jadi Bapak beli dan teruskan,"terang Tok (25), karyawan Musamar.

Walaupun para penjual begitu banyak, tetapi kekeluargaan antar mereka tampak erat. "Yang dijual, kan, berbeda-beda," tambah pria yang berfungsi sebagai kasir ini. Anda bisa menemukan makanan dari gado-gado, bubur ayam, sup kaki kambing, soto, hingga seafood. Harga yang ditawarkan tentu saja beragam tergantung makanan yang Anda pilih.

Warung tenda seafood termasuk tenda favorit. Bukan cuma masakan cina dari seafood yang jadi incaran pengunjung. Tetapi atraksi menarik si koki juga bikin kita ikut terhibur. Bayangkan, si koki memasak sambil bergaya kungfu, lengkap dengan dentingan serok dan wajan yang gemuruh. Belum lagi api besar yang naik ke wajan yang membuat pengunjung terkagum-kagum.

Masakan yang ditawarkan mirip dengan restoran seafood pada umumnya seperti kepiting saus tiram, cumi goreng mentega, dan gurame asam manis. Pusat Jajanan ini akan semakin ramai saat malam Minggu atau malam Kamis. "Malam Kamis, kan, di pusat hiburan sana ada ladiest night, jadi pengaruh ke sini," terang Tok.

Karena pengaruh pusat hiburan itu juga, biasanya pusat jajanan ramai dari pukul 23.00. "Pulang dari sana, mereka mampir untuk makan di sini," tutur pria kecil ini. Warung tenda di sini juga selalu buka, tanpa mengenal hari libur. Hanya saja, Anda sebaiknya membeli di atas pukul 18.00.

EMPING MELINJO RAJABASA

Emping melinjo juga salah satu oleh-oleh yang dicari wisatawan. Emping Raja Basa, salah satunya. Satu kilo emping biasa dijual dengan harga Rp 22 ribu.

Salah satu pengusaha emping Raja Basa, adalah H. Ahmad Yusuf (54). "Saya mulai berkecimpung di bidang tangkil (melinjo) tahun 1967, lepas dari sekolah," kenang pria ini. Hanya saja, waktu itu Ahmad masih menjadi anak buah orang tuanya. Kemudian tahun 1969, Ahmad berhasil menjadi pengusaha sendiri.

Melinjo yang telah berwarna merah dikupas kulitnya lalu disangrai di pasir selama 3 sampai 4 menit, tidak perlu sampai matang betul. "Supaya hasilnya tidak tebal dan berwarna kekuningan." Setelah diangkat, dalam keadaan panas, melinjo harus segera ditumbuk dengan palu besi. Penumbukan melinjo yang sudah dingin akan menyebabkan melinjo pecah dan tidak bisa jadi emping.

Penumbukan awal dilakukan untuk mengupas kulit dalam melinjo. Baru kemudian didapatkan bijinya sebagai bahan emping. Penumbukan untuk 80 biji melinjo, biasanya sudah selesai sekitar 15 menit. Pembuatan emping dilakukan oleh para ibu rumah tangga dengan cara dipukul. "Dulu pernah dicoba menggunakan mesin, tapi akhirnya juga kembali ke cara semula. Rasanya jadi tidak seenak kalau dipukul," terang pria berjenggot ini.

Agar mengkilat, emping dipukul di atas plastik. Emping kemudian dijemur sekitar 15 menit. Setelah kering, bisa disimpan selama 6 bulan. Pembuatan emping tergantung musim. Jadi, tidak bisa dibuat setiap hari. "Biasanya Juni pas banyak-banyaknya." Kulit melinjo tidak dibuang, tetapi dijual dengan harga Rp 2 ribu tiap kilo. "Orang Lampung sering membuat sayur dari kulit melinjo. Jadi, tidak sulit mencari pembeli."

Sumber : http://www.sedap-sekejap.com