Menurut mucikari di lokalisasi Sebangkau kepada Pontianak Post belum lama ini, sejak Pemkab Sambas mengirimkan surat keputusan kepada PSK maupun mucikari di Sebangkau soal penutupan lokalisasi, belasan PSK yang berasal dari pulau Jawa telah memutuskan untuk tetap menetap di Kalbar. "Sekitar 12 PSK yang telah pindah ke Singkawang sebelum deadline penutupan lokalisasi dan kemungkinan jumlah tersebut bertambah setelah lokalisasi dibongkar,"ujarnya.
PSK, kata mucikari itu, dengan uang tabungan serta tambahan dari santunan Pemkab Sambas, para PSK menyewa rumah di sekitar Kota Singkawang terutama dilokasi-lokasi yang kerap dijadikan tempat mangkal PSK. "Ada yang menyewa sendiri, dan ada juga yang disewakan oleh mucikari lain yang menampung mereka. Para PSK ini, lanjutnya, telah mulai beroperasi lagi karena mereka memang butuh biaya hidup. "Sebelum pergi dari Sebangkau, mereka telah izin kepada saya dulu dan mengatakan akan tetap di Kalbar serta akan tetap berprofesi sebagai PSK,"katanya.
Pantauan Pontianak Post ada beberapa PSK yang mangkal di sebuah lokasi yang memang kerap di jadikan tempat transaksi. Mereka melakukan aktivitas mulai pukul 21.00 WIB hingga subuh hari. "Mereka bertransaksi. Jika memang sepakat dengan harga, lantas hidung belang membawa kemana saja yang mereka inginkan," kata seorang warga yang berjualan di tempat itu.
Penjual minuman itu mengatakan tak jarang para PSK duduk di tendanya untuk sekedar menunggu pelanggan. "Sejak lokalisasi Sebangkau Pemangkat ditutup, sepertinya jumlah PSK di Kota Singkawang bertambah, karena banyak wajah baru yang saya lihat,"ujarnya.(eka)
<>
Menurut mucikari di lokalisasi Sebangkau kepada Pontianak Post belum lama ini, sejak Pemkab Sambas mengirimkan surat keputusan kepada PSK maupun mucikari di Sebangkau soal penutupan lokalisasi, belasan PSK yang berasal dari pulau Jawa telah memutuskan untuk tetap menetap di Kalbar. "Sekitar 12 PSK yang telah pindah ke Singkawang sebelum deadline penutupan lokalisasi dan kemungkinan jumlah tersebut bertambah setelah lokalisasi dibongkar,"ujarnya.
PSK, kata mucikari itu, dengan uang tabungan serta tambahan dari santunan Pemkab Sambas, para PSK menyewa rumah di sekitar Kota Singkawang terutama dilokasi-lokasi yang kerap dijadikan tempat mangkal PSK. "Ada yang menyewa sendiri, dan ada juga yang disewakan oleh mucikari lain yang menampung mereka. Para PSK ini, lanjutnya, telah mulai beroperasi lagi karena mereka memang butuh biaya hidup. "Sebelum pergi dari Sebangkau, mereka telah izin kepada saya dulu dan mengatakan akan tetap di Kalbar serta akan tetap berprofesi sebagai PSK,"katanya.
Pantauan Pontianak Post ada beberapa PSK yang mangkal di sebuah lokasi yang memang kerap di jadikan tempat transaksi. Mereka melakukan aktivitas mulai pukul 21.00 WIB hingga subuh hari. "Mereka bertransaksi. Jika memang sepakat dengan harga, lantas hidung belang membawa kemana saja yang mereka inginkan," kata seorang warga yang berjualan di tempat itu.
Penjual minuman itu mengatakan tak jarang para PSK duduk di tendanya untuk sekedar menunggu pelanggan. "Sejak lokalisasi Sebangkau Pemangkat ditutup, sepertinya jumlah PSK di Kota Singkawang bertambah, karena banyak wajah baru yang saya lihat,"ujarnya.(eka)
Sumber : http://arsip.pontianakpost.com