Kota Manado

Kota Manado adalah sebuah kota di provinsi Sulawesi Utara yang juga merupakan ibu kota dari provinsi tersebut. Letak Manado berada di ujung utara pulau Sulawesi. Motto kota ini adalah Si Tou Timou Tumou Tou, sebuah filsafat hidup masyarakat Minahasa yang dipopulerkan oleh Sam Ratulangi, yang berarti: “Manusia hidup untuk memajukan orang lain” atau “Orang hidup menghidupkan orang lain”. Dalam ungkapan bahasa Manado, seringkali dikatakan: “Baku beking pande”, yang secara harafiah berarti “Saling menambah pintar [orang lain]“.

Kota Manado dikelilingi oleh wilayah pegunungan dan oleh karena itu terkenal dengan udaranya yang sejuk. Manado juga berada di tepi pantai Laut Sulawesi persisnya di Teluk Manado. Pulau Bunaken terletak tidak jauh dari pantai Kota Manado. Penduduknya dikenal ramah dan terbuka.
Sejarah

Kota Manado diperkirakan telah didiami sejak abad ke-16. Menurut sejarah, pada abad itu jugalah Kota Manado telah dikenal dan didatangi oleh orang-orang dari luar negeri. Nama “Manado” mulai digunakan pada tahun 1623 menggantikan nama “Wenang”. Kata Manado sendiri berasal dari bahasa daerah Minahasa yaitu Mana rou atau Mana dou yang dalam bahasa Indonesia berarti “di jauh”. Pada tahun itu juga, tanah Minahasa-Manado mulai dikenal dan populer di antara orang-orang Eropa dengan hasil buminya. Hal tersebut tercatat dalam dokumen-dokumen sejarah.

Tahun 1658, VOC membuat sebuah benteng di Manado. Sejarah juga mencatat bahwa salah satu Pahlawan Nasional Indonesia, Pangeran Diponegoro pernah diasingkan ke Manado oleh pemerintah Belanda pada tahun 1830. Biologiwan Inggris Alfred Wallace juga pernah berkunjung ke Manado pada 1859 dan memuji keindahan kota ini.

Keberadaan kota Manado dimulai dari adanya besluit Gubernur Jenderal Hindia Belanda tanggal 1 Juli 1919. Dengan besluit itu, Gewest Manado ditetapkan sebagai Staatsgemeente yang kemudian dilengkapi dengan alat-alatnya antara lain Dewan gemeente atau Gemeente Raad yang dikepalai oleh seorang Walikota (Burgemeester). Pada tahun 1951, Gemeente Manado menjadi Daerah Bagian Kota Manado dari Minahasa sesuai Surat Keputusan Gubernur Sulawesi tanggal 3 Mei 1951 Nomor 223. Tanggal 17 April 1951, terbentuklah Dewan Perwakilan Periode 1951-1953 berdasarkan Keputusan Gubernur Sulawesi Nomor 14. Pada 1953 Daerah Bagian Kota Manado berubah statusnya menjadi Daerah Kota Manado sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 42/1953 juncto Peraturan Pemerintah Nomor 15/1954. Tahun 1957, Manado menjadi Kotapraja sesuai Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957. Tahun 1959, Kotapraja Manado ditetapkan sebagai Daerah Tingkat II sesuai Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959. Tahun 1965, Kotapraja Manado berubah status menjadi Kotamadya Manado, yang dipimpin oleh Walikotamadya Manado KDH Tingkat II Manado sesuai Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965 yang disempurnakan dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974.

Hari jadi Kota Manado yang ditetapkan pada tanggal 14 Juli 1623, merupakan momentum yang mengemas tiga peristiwa bersejarah sekaligus yaitu tanggal 14 yang diambil dari peristiwa heroik yaitu peristiwa Merah Putih 14 Februari 1946, dimana putra daerah ini bangkit dan menentang penjajahan Belanda untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia, kemudian bulan Juli yang diambil dari unsur yuridis yaitu bulan Juli 1919, yaitu munculnya Besluit Gubernur Jenderal tentang penetapan Gewest Manado sebagai Staatgemeente dikeluarkan, dan tahun 1623 yang diambil dari unsur historis yaitu tahun dimana Kota Manado dikenal dan digunakan dalam surat-surat resmi. Berdasarkan ketiga peristiwa penting tersebut, maka tanggal 14 Juli 1989, Kota Manado merayakan HUT-nya yang ke-367. Dan sejak saat itu hingga sekarang tanggal tersebut terus dirayakan oleh masyarakat dan pemerintah Kota Manado sebagai hari jadi Kota Manado.

Kota ini juga pernah mengalami kerusakan berat karena peperangan yaitu ketika pada masa Perang Dunia II, dan ketika dibom kembali oleh TNI Angkatan Udara pada 1958 dalam upaya mengalahkan Permesta, sebuah gerakan pemberontakan yang menghendaki pemisahan dari Republik Indonesia.

Geografi
Kota Manado terletak di ujung jazirah utara pulau Sulawesi, pada posisi geografis 124°40′ - 124°50′ BT dan 1°30′ - 1°40′ LU. Iklim di kota ini adalah iklim tropis dengan suhu rata-rata 24° - 27° C. Curah hujan rata-rata 3.187 mm/tahun dengan iklim terkering di sekitar bulan Agustus dan terbasah pada bulan Januari. Intensitas penyinaran matahari rata-rata 53% dan kelembaban nisbi ±84 %.

Luas wilayah daratan adalah 15.726 hektar. Manado juga merupakan kota pantai yang memiliki garis pantai sepanjang 18,7 kilometer. Kota ini juga dikelilingi oleh perbukitan dan barisan pegunungan. Wilayah daratannya didominasi oleh kawasan berbukit dengan sebagian dataran rendah di daerah pantai. Interval ketinggian dataran antara 0-40 % dengan puncak tertinggi di gunung Tumpa.

Wilayah perairan Kota Manado meliputi pulau Bunaken, pulau Siladen dan pulau Manado Tua. Pulau Bunaken dan Siladen memiliki topografi yang bergelombang dengan puncak setinggi 200 meter. Sedangkan pulau Manado Tua adalah pulau gunung dengan ketinggian ± 750 meter.

Sementara itu perairan teluk Manado memiliki kedalaman 2-5 meter di pesisir pantai sampai 2.000 meter pada garis batas pertemuan pesisir dasar lereng benua. Kedalaman ini menjadi semacam penghalang sehingga sampai saat ini intensitas kerusakan Taman Nasional Bunaken relatif rendah.

Kota Manado berbatasan dengan Kabupaten Minahasa dan Selat Mantehage di sebelah Utara, dengan Kabupaten Minahasa di sebelah Timur, dengan Kabupaten Minahasa di sebelah Selatan dan dengan Teluk Manado di sebelah Barat. Jarak dari kota Manado ke Tondano adalah 28 km, ke Bitung 45 km dan ke Amurang 58 km.

Pemerintahan
No. Kecamatan Luas wilayah (hektar) Jumlah kelurahan
1. Bunaken 5.212,5 8
2. Malalayang 1.640 9
3. Mapanget 4.913,55 11
4. Sario 144,8 7
5. Singkil 587,13 9
6. Tikala 1.588,4 12
7. Tuminting 700,17 10
8. Wanea 659,95 9
9. Wenang 279,5 12

Berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA) nomor 4 tanggal 27 September 2000 tentang perubahan status desa menjadi kelurahan di kota Manado dan PERDA nomor 5 tanggal 27 September 2000 tentang pemekaran kecamatan dan kelurahan, wilayah kota Manado yang semula terdiri atas 5 kecamatan dengan 68 kelurahan/desa dimekarkan menjadi 9 kecamatan dengan 87 kelurahan. Tabel di samping adalah daftar kecamatan beserta luas dan jumlah kelurahannya:

Budaya
Bahasa digunakan sebagai bahasa sehari-hari di Manado dan wilayah sekitarnya disebut bahasa Melayu Manado. Bahasa daerah Manado menyerupai bahasa Indonesia tetapi dengan logat yang khas. Beberapa kata dalam dialek Manado berasal dari bahasa Belanda dan bahasa Portugis karena daerah ini dahulunya merupakan wilayah penjajahan Belanda dan Portugis.

Penduduk di kota Manado terdiri dari berbagai latar belakang etnik maupun agamanya. Mayoritas penduduk berasal dari suku Minahasa, menyusul suku Sangihe Talaud, suku Bolaang Mongondow, suku Gorontalo dan suku Tionghoa. Selain itu terdapat pula penduduk suku Jawa, suku Batak, suku Arab, suku Maluku, suku Makassar dan sebagainya. Agama yang dianut adalah Kristen Protestan, Islam, Katolik, Budha dan Hindu. Mayoritas penduduk kota adalah pemeluk agama Kristen atau Katolik. Hal itu jelas dapat dilihat dari banyaknya gereja-gereja di seantero kota. Meski begitu heteroginnya, namun masyarakat Manado sangat menghargai sikap hidup toleran, rukun, terbuka dan dinamis. Karenanya kota Manado memiliki lingkungan sosial yang relatif kondusif dan dikenal sebagai salah satu kota yang relatif aman di Indonesia. Sewaktu Indonesia sedang rawan-rawannya dikarenakan goncangan politik sekitar tahun 1999 dan berbagai kerusuhan melanda kota-kota di Indonesia. Kota Manado dapat dikatakan relatif aman. Hal itu tercermin dari semboyan masyarakat Manado yaitu Torang samua basudara yang artinya “Kita semua bersaudara”.

Secara umum, kehidupan di Kota Manado sama dengan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Pusat kota terdapat di Jalan Sam Ratulangi, yang banyak dibangun pusat-puast pembelanjaan yang terletak di sepanjang jalur utara-selatan, yang juga dikenal dengan tempat yang memiliki restoran-restoran terkenal di Manado. Akhir-akhir ini Manado terkenal dengan makin menjamurnya mal-mal dan restoran-restoran yang dibangun di sepanjang pantai yang memanfaatkan pemandangannya yang indah di saat menjelangnya matahari terbenam.

Tidak jauh dari pusat kota terdapat Pasar 45, yang menyediakan barang-barang berupa kain, souvenir seperti keranjang, ukiran kayu, cross-stitched fabrics yang berasal dari pulau Sangir dan Talaud. Pasar ikan Kuala Jengki, berada di didepan sepanjang danau yang membagi dua kota, merupakan tempat yang bagus untuk mengambil foto bernuansa atmosfer. Musium Provinsi di Jalan Maengket memiliki koleksi artifak-artifak yang menarik. Kota Manado juga memiliki sebuah lokasi untuk balapan kuda yang terletak di Ranomuut Race Track, di sebelah timur kota, menuju ke bawah kota. Tempat ini biasanya digunakan untuk balap kuda, kereta kuda/bendi dan kereta yang ditarik dengan kerbau. Kota Manado juga memiliki lapangan golf di daerah Kayuwatu yang dikelilingi oleh pohon-pohon kelapa.

Musik tradisional dari Kota Manado dan sekitarnya dikenal dengan nama musik Kolintang. Alat musik Kolintang dibuat dari sejumlah kayu yang berbeda-beda panjangnya sehingga menghasilkan nada-nada yang berbeda. Biasanya untuk memainkan sebuah lagu dibutuhkan sejumlah alat musik kolintang untuk menghasilkan kombinasi suara yang bagus.

Kawanua
Masyarakat Manado juga disebut dengan istilah “warga Kawanua”. Walaupun secara khusus Kawanua diartikan kepada suku Minahasa, tetapi secara umum penduduk Manado dapat disebut juga sebagai warga Kawanua. Dalam bahasa daerah Minahasa, “Kawanua” sering diartikan sebagai penduduk negeri atau “wanua-wanua” yang bersatu atau “Mina-Esa” (Orang Minahasa). Kata “Kawanua” diyakini berasal dari kata “Wanua”. Kata “Wanua” dalam bahasa Melayu Tua (Proto Melayu), diartikan sebagai wilayah pemukiman. Sementara dalam bahasa Minahasa, kata “Wanua” diartikan sebagai negeri atau desa.

Pariwisata
Sebagai kota terbesar di wilayah ini, Manado merupakan tempat pariwisata yang penting bagi pengunjung. Ekowisata merupakan atraksi terbesar Manado. Selam Scuba dan snorkelling di pulau Bunaken juga merupakan atraksi populer. Tempat lain yang menarik adalah Danau Tondano, Gunung Lokon, Gunung Klabat dan Gunung Mahawu.

Dalam kurun waktu dua dekade terakhir, kegiatan pariwisata dengan pesat tumbuh menjadi salah satu andalan perekonomian kota. Primadona pariwisata kota Manado bahkan Provinsi Sulawesi Utara adalah Taman Nasional Bunaken, yang oleh sementara orang disebut sebagai salah satu taman laut terindah di dunia. Taman Laut Bunaken adalah salah satu dari sejumlah kawasan konservasi alam atau taman nasional di Indonesia. Taman Laut Bunaken terkenal oleh formasi terumbu karangnya yang luas dan indah sehingga sering dijadikan lokasi penyelaman oleh turis-turis mancanegara. Pulau Bunaken adalah salah satu dari 5 pulau yang tersebar beberapa kilometer dari pesisir pantai Kota Manado. Letaknya yang hanya sekitar 8 Km dari daratan kota Manado dan dapat ditempuh dalam sekitar setengah sampai 2 jam, menyebabkan Taman Nasional ini mudah dikunjungi.

Objek wisata lain yang menonjol di kota Manado adalah Kelenteng Ban Hin Kiong di kawasan Pusat Kota yang dibangun pada awal abad ke-19 dan diperbaiki pada tahun 1970. Klenteng ini terletak di Jalan Panjaitan. Klenteng ini terdiri dari bangunan yang dihiasi dengan ukiran-ukiran naga dan tongkat kayu berapi. Saat yang paling baik untuk mengunjungi klenteng ini yaitu pada saat Tahun Baru Imlek, saat dipertunjukkannya tarian tradisional Tionghoa. Juga pada saat kedatangan parade tradisional Tionghoa, Tai Pei Kong, yang berasal dari abad ke-14. Peristiwa tersebut merupakan festival “Taoist” tahunan terbesar yang diadakan di Asia Tenggara, sehingga menarik pelancong dari Jepang dan negara lain. Lokasi wisata lainnya juga adalah Museum Negeri Sulawesi Utara, dan Monumen (Tugu Peringatan) Perang Dunia Kedua.

Sebuah monumen yang diresmikan pada akhir tahun 2007 dan menjadi ikon baru kota Manado adalah Monumen Yesus Memberkati. Bangunan ini didirikan di atas bukit di perumahan Citraland Manado dan memiliki ketinggian 50 meter di atas permukaan tanah. Bangunan yang diprakarsai oleh Ir. Ciputra ini merupakan monumen Yesus Kristus yang tertinggi di Asia dan ke dua di dunia setelah Christ the Redeemer.

Selain memiliki objek-objek wisata yang menarik, salah satu keunggulan pariwisata kota Manado adalah letaknya yang strategis ke objek-objek wisata di hinterland, khususnya di Minahasa, yang dapat dijangkau dalam waktu 1 s/d 3 jam dari kota Manado. Objek-objek wisata tersebut antara lain, Vulcano Area di Tomohon, Desa Agriwisata Rurukan-Tomohon, Panorama pegunungan dan Danau Tondano, Batu Pinabetengan dan Waruga di Sawangan.

Karena potensi wisata yang besar tersebut maka industri pariwisata di kota Manado telah semakin tumbuh dan berkembang, yang antara lain ditandai dengan cukup banyaknya hotel dan sarana pendukung lainnya. Sampai tahun akhir tahun 2001, terdapat 67 buah hotel/penginapan, 15 buah biro perjalanan, 223 buah restoran dan rumah makan dari berbagai kelas.

Oleh karenanya meskipun cukup terpengaruh oleh krisis ekonomi dan situasi nasional yang kurang kondusif, tetapi pariwisata di kota Manado tetap berlangsung. Pada tahun 1998 kunjungan wisatawan mancanegara adalah 34.509 orang, menjadi 11.538 orang pada tahun 2000 dan agak meningkat pada tahun 2001 menjadi 12.301 orang. Sedangkan wisatawan Nusantara pada tahun 1998 berjumlah 432.993 orang, kemudian turun menjadi 279.014 orang pada tahun 2000 dan terakhir pada tahun 2001 agak meningkat menjadi 291.037 orang.

Manado adalah ibukota propinsi Sulawesi Utara Diperkirakan sebanyak 30 persen dari total penduduk Kota Manado mendiami pesisir pantai atau DAS. Panjang garis pantai Kota Manado kira-kira 58,7 km dan terdapat lima sungai besar yang berhubungan dengan pesisir pantai Manado, yaitu Sungai Tondano, Malalayang, Sario, Bailang, Wusa atau Paniki.

Pariwisata di kota Manado sangat eksotik. Banyak pilihan bagi wisatawan untuk berekreasi dan ber wisata ria. Dari wisata alam seperti taman laut Bunaken, keindahan pantai, tempat hiburan rakyat, pusat perbelanjaan, hingga wisata kuliner, tersedia di kota ini. Para wisatawan pecinta suasana pantai yang dekat kota sebagai tempat rekreasi , maka kota Manado-lah tempatnya. Pesona keindahan pantainya dapat disaksikan dari kawasan Malalayang sampai kawasan Boulevard yang ada dipusat kota. Kawasan Malalayang memiliki pesona pantai yang cukup indah. Di sekitarnya terdapat sejumlah kafe yang dibangun di tepi pantai. Seluruh kafe itu menawarkan berbagai macam hidangan sea food dengan ikan bakar sebagai sajian utamanya. Karenanya, masyarakat menyebutnya ikan bakar Malalayang. Wisata Kuliner Lain lagi suasana petang di Kawasan Bulevard.

Pengunjung dapat menyaksikan panorama alam dengan Pulau Manado Tua di tengah lautan. Ketika matahari mulai tergelincir ke ufuk barat, maka proses terjadinya Sunset dapat disaksikan dengan jelas. Seiring dengan terbenamnya matahari, kawasan Bolevard menjadi ramai oleh penjual makanan. Mereka menggelar jualannya di sejumlah tenda di pinggiran pantai. Hidangan yang tersedia terdiri dari; nasi goreng, bakso, gado-gado, tinutuan, dan lain-lain. Harganya pun relatif murah. Para pengunjung dapat memilih sesuai selera yang diinginkannya. Kawasan Bolevard tampaknya telah menjadi sentra kuliner malam hari di Kota Manado. Suasananya mirip Pantai Losari di Kota Makassar. Banyaknya pengunjung yang datang ke tempat itu Dalam kurun waktu dua dekade terakhir, kegiatan pariwisata dengan pesat tumbuh menjadi salah satu andalan perekonomian kota. Primadona pariwisata kota Manado bahkan Provinsi Sulawesi Utara adalah Taman Nasional Bunaken, yang oleh sementara orang disebut sebagai salah satu taman laut terindah di dunia. Letaknya yang hanya sekitar 8 Km dari daratan kota Manado dan dapat ditempuh dalam sekitar ½ s/d 2 jam menyebabkan Taman Nasional ini mudah dikunjungi.Selain itu terdapat Museum Negeri Sulawesi Utara, dan Monumen (Tugu Peringatan) Perang Dunia Kedua. khususnya Di kota Manado juga terdapat beberapa kelenteng, salah satunya adalah Kelenteng Ban Hin Kiong di kawasan Pusat Kota yang dibangun pada awal abad 19, Selain memiliki objek-objek wisata yang menarik, salah satu keunggulan pariwisata kota Manado adalah letaknya yang strategis ke objek-objek wisata di hinterland,di Minahasa, yang dapat dijangkau dalam waktu 1 s/d 3 jam dari kota Manado. Objek-objek wisata tersebut antara lain, Vulcano Area di Tomohon, Desa Agriwisata Rurukan-Tomohon, Panorama pegunungan dan Danau Tondano, Batu Pinabetengan dan Waruga di Sawangan. Potensi wisata yang besar menyebabkan industri pariwisata di kota Manado telah semakin tumbuh dan berkembang, yang antara lain ditandai dengan cukup banyaknya hotel dan sarana pendukung lainnya. Sampai tahun akhir tahun 2001, terdapat 67 buah hotel/penginapan, 15 buah travel biro, 223 buah restoran dan rumah makan dari berbagai kelas.

Krisis ekonomi dan resesi ekonomi nasional nasional yang melanda dunia usaha, tidak berpengaruh bagi pariwisata di kota Manado . Pada tahun 1998 kunjungan wisatawan mancanegara adalah 34.509 Orang, menjadi 11.538 Orang pada tahun 2000 dan agak meningkat pada tahun 2001 menjadi 12.301Orang. Sedangkan wisatawan nusantara pada tahun 1998 berjumlah 432.993 orang, kemudian turun menjadi 279.014 orang pada tahun 2000 dan terakhir pada tahun 2001 agak meningkat menjadi 291.037 orang Taman Laut Bunaken Manado Tua Di atas Semenanjung Sulawesi Utara, Indonesia terletak sekelompok lima pulau- pulau yang membentuk taman nasional laut Bunaken Manado Tua. Taman ini mempunyai luas tanah dan laut 75.265 hektar yang terus berkembang dan dilindungi oleh pemerintah Sulawesi Utara. Taman laut ini diresmikan oleh mentri kelautan tanggal 15 Oktober 1991. Bunaken mempunyai paling sedikit 40 tempat penyelaman yang kaya akan ikan - ikan tropis dan terumbu karang. Lebih dari 150 spesies dari 58 genus di Pantai Bunaken. Lebih dari 3.000 spesies ikan berenang dalam kawasan "Segi Tiga Emas" Papua Nugini, Filipina, dan Indonesia. Bunaken secara Biologis dan strategis terletak di "segi tiga" ini. Di sebelah Utara Bunaken terletak Laut Sulawesi yang mempunyai kedalaman melebihi 19.800 kaki. Bunaken tidak jauh letaknya dari Manado, kurang lebih 5.000 kaki (15 menit dari Pantai Manado). WATU PINAWETENGAN Jenis megalit lain yang menarik, yang terdapat di Minahasa ialah batu bergores yang ditemukan di Kecamatan Tompaso. Oleh penduduk setempat batu bergores ini disebut sebagai watu pinawetengan. Batu ini merupakan bongkahan batu besar alamiah, sehingga bentuknya tidak beraturan. Pada bongkahan batu tersebut terdapat goresan-goresan berbagai motif buatan manusia. Goresan-goresan itu ada yang membentuk gambar manusia, menyerupai kemaluan laki-laki, menggambarkan kemaluan perempuan, dan motif garis-garis serta motif yang tidak jelas maksudnya.

Para ahli menduga bahwa goresan-goresan tersebut merupakan simbol yang berkaitan dengan kepercayaan komunitas pendukung budaya megalit, yaitu kepercayaan kepada roh leluhur (nenek moyang) yang dianggap memiliki kekuatan gaib sehingga mampu mengatur dan menentukan kehidupan manusia di dunia. Oleh sebab itu, manusia harus melakukan upacara-upacara pemujaan tertentu untuk memperoleh keselamatan atau memperoleh apa yang diharapkan (seperti: keberhasilan panen, menolak marabahaya atau mengusir penyakit) dengan menggunakan batu-batu besar sebagai sarana pemujaan mereka. Menurut mitos, batu itu merupakan tempat tempat bermusyawarahnya para pemimpin dan pemuka masyarakat Minahasa asli keturunan Toar-Lumimuut (nenek moyang masyarakat Minahasa) pada masa lalu, dalam rangka membagi daerah menjadi enam kelompok etnis suku-suku bangsa yang tergolong ke dalam kelompok-kelompok etnis Minahasa. Sampai saat ini batu bergores yang sudah ditemukan di Minahasa, baru watu pinawetengan, terdapat di wilayah kerja Kawangkoan namun dapat dianggap sebagai temuan yang cukup penting dan dapat dimasukkan sebagai monumen sejarah, khususnya sejarah kebudayaan masyarakat Minahasa.

World Ocean Conference 2009
Manado akan menjadi tuan rumah (host) World Ocean Conference (WOC) 2009. Acara yang akan dihadiri oleh delegasi negara-negara dari seluruh dunia ini akan membahas mengenai isu-isu penting dalam dunia kelautan dan maritim internasional. Dalam rangka persiapan untuk melaksanakan event internasional tersebut, beberapa infrastruktur di kota Manado sedang dalam tahap pembangunan dan pengembangan. Beberapa diantaranya adalah perluasan apron Bandara Sam Ratulangi, pembangunan Hotel dan International Convention Center berkapasitas 3000 orang di kawasan Grand Kawanua International City, Fly over Soekarno, dan Pembangunan Manado Ring Road tahap II.

Manado Kota Pariwisata Dunia 2010
Untuk meningkatkan potensi pariwisata Manado, Jimmy Rimba Rogi sebagai Walikota periode 2005 - 2010, mencanangkan Manado sebagai Kota Pariwisata Dunia 2010, pencanangan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan potensi pariwisata di Kota Manado sehingga dapat diperhitungkan sebagai tujuan wisata dunia kelak. Beberapa kebijakannya yang paling dikenal adalah dengan melakukan relokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) yang telah lama berdagang di daerah Taman Parkir ke Pasar 45, perbaikan taman-taman kota dan perluasan trotoar untuk pejalan kaki. Upaya yang dilakukannya sangat berkontribusi dalam hal diraihnya kembali penghargaan Adipura untuk kota Manado di tahun 2007.

Pusat Perbelanjaan dan Hiburan
Mega Mal Manado
Manado Town Square

Pusat perbelanjaan di Kota Manado mulanya terkonsentrasi di seputar Taman Kesatuan Bangsa (TKB). Seiring dengan pertumbuhan ekonomi kota Manado, dalam kurun waktu 3 tahun belakangan ini, industri properti dan retail di Manado berkembang cukup pesat. Ditandai dengan dibukanya empat buah pusat perbelanjaan modern baru yaitu Mega Mal Manado (2004), Manado Town Square dan Bulevar Mall (2006) serta yang baru saja diresmikan adalah IT Center Manado. Keempat pusat perbelanjaan ini berlokasi di ruas jalan yang sama yaitu jalan Piere Tendean atau yang lebih dikenal dengan Manado Boulevard. Beberapa pusat perbelanjaan lain pun sedang dibangun di ruas jalan ini, terutama di daerah reklamasi pantai. Di sepanjang jalan ini juga terdapat beberapa hotel berbintang, restoran dan cafe yang menjajakan beraneka ragam makanan dan buka hingga larut malam. Pusat cinderamata khas manado dapat ditemukan di Jalan BW Lapian. Terdapat beberapa toko suvenir yang menjual makanan, busana, kerajinan tangan khas manado/ sulawesi utara.

Makanan khas
Makanan khas dari Kota Manado antara lain, tinutuan (bubur Manado) yang terdiri dari berbagai macam sayuran, cakalang fufu yaitu ikan cakalang yang diasapi, ikan roa, paniki (masakan dari kelelawar) dan rw (er-we) yaitu masakan dari daging anjing, Babi putar (1 ekor babi dibakar dengan cara diputar di atas bara api), biasanya dihidangkan di pesta-pesta, Babi isi Bulu (Terbuat dari daging babi yang diramu dengan bumbu-bumbu khas manado dan dibakar didalam bambu). Terdapat juga minuman khas dari daerah Manado dan sekitarnya yaitu “saguer” yaitu sejenis arak atau tuak yang berasal dari pohon enau. Saguer ini memiliki kandungan alkohol, Cap tikus (minuman beralkohol tinggi, dari proses fermentasi).

Makanan khas kota Manado lainnya yang juga cukup terkenal adalah nasi kuning yang cita rasa dan penyajiannya berbeda dengan nasi kuning di daerah lain. Selain itu ada juga masakan kepala ikan kakap bakar.

Untuk makanan ringan, Manado juga punya makanan khas sejenis asinan yaitu gohu dan es kacang. Gohu dibuat dari irisan pepaya atau ketimun yang direndam dalam larutan asam cuka, gula, garam dan cabe. Selain itu ada juga kue seperti lalampa (lemper berisi ikan cakalang (tuna) yang diisi dalam segumpalan beras ketan dan dibungkus dengan daun pisang lalu dibakar), panada, apang, kolombeng, panekuk, biapong (babi, wijen, “unti” (terbuat dari kelapa)).

Ekonomi
Daftar Walikota
No. Nama Walikota Dari Sampai
1. E.R.Warouw 1 November 1947 30 September 1950
2. Ny. Tiene Waworuntu 30 September 1950 29 Maret 1951
3. H.R.Ticoalu 29 Maret 1951 1 Maret 1952
4. B.J.Lapian 1 Maret 1952 1 September 1953
5. J.Parera 1 September 1953 1 Mei 1955
6. J.I.Permata 1 Mei 1955 23 September 1958
7. J.P.Mongula 29 September 1958 1 Maret 1960
8. F.Walandow 1 Maret 1960 15 Juni 1965
9. Soepani B.A 15 Juni 1965 20 Oktober 1966
10. Letkol Hi Rauf Mo’o 20 Oktober 1966 12 Maret 1971
11. M.H.W Dotulong 12 Maret 1971 19 April 1971
12. J.H.Pusung 19 April 1971 31 Januari 1975
13. Hein Victor Worang 31 Januari 1975 23 Agustus 1975
14. A.A.Pelealu 23 Agustus 1975 23 Agustus 1985
15. Ir. Najoan Habel Eman 23 Agustus 1985 23 Agustus 1995
16. Ir. Lucky H. Korah 23 Agustus 1995 23 Agustus 2000
17. Drs. Wempi Frederik 23 Agustus 2000 15 Agustus 2005
18. Jimmy Rimba Rogi S.Sos 15 Agustus 2005 sekarang

Sebagian besar penduduk Kota Manado bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS), guru atau pegawai swasta (41,44%), sebagai wiraswasta (20,57%), pedagang (12,85%), petani/peternak/nelayan (9,17%), buruh (8,96%). Sisanya bergerak di sektor jasa dan lain-lain (7%).

Angka Produk Domestik Regional Bruto (PRDB) Kota Manado tahun 2000 adalah Rp. 2,14 trilyun. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan angka tahun 1994 yang berjumlah Rp. 703,87 milyar. Tingkat pertumbuhan yang dicapai dalam kurun waktu tersebut rata-rata 6,11% per tahun. Pada tahun 1994 sampai 1996 angka pertumbuhan berada di atas 10% kemudian melambat menjadi 2,92% pada tahun 1997 dan 0,32% ditahun 1998 dimana merupakan angka terendah. Pada tahun 1999, pertumbuhan meningkat lagi menjadi 1,60% dan ditahun 2000 menjadi 5,62 %.

Sejak munculnya krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1997, perekonomian kota Manado sangat terpengaruh. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya angka pengangguran yang diperkirakan pada tahun 2000 masih sebesar 20.465 orang atau 13.67% dan meningkatnya jumlah keluarga miskin sebanyak 19.754 Kepala Keluarga (KK) atau 24,60%. Pada tahun 1999, terdapat indikasi adanya pemulihan perekonomian kota yang signifikan. Pendapatan perkapita kota Manado naik dari Rp 1.753.482 pada tahun 1994 menjadi Rp 4.452.672 pada tahun 2000.

Perekonomian kota Manado khususnya terdiri dari sektor perdagangan, perhotelan dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi serta sector jasa. Pada tahun 1996 peran ketiga sektor utama ini dalam pembentukan PDRB adalah sejumlah 68,74%. Dalam kurun waktu 5 tahun, peran ketiga sektor ini cenderung semakin dominan, yang dilihat dari kontribusinya pada tahun 2000 yang meningkat menjadi 74,68%. Laju inflasi kota Manado selama kurun waktu dua tahun terakhir (2000-2001) sangat berfluktuatif. Pada tahun 2000 sempat mengalami deflasi sebanyak lima kali yaitu masing-masing pada bulan Januari sebesar –0,25%, April –0,08%, Mei -0,13%, Agustus -0,85% dan Desember -0,16%. Sedangkan inflasi tertinggi terjadi pada bulan pada bulan Oktober yaitu sebesar 4,05%. Sehingga secara kumulatif inflasi yang terjadi di Manado sebesar 11,41%. Pada tahun 2001 terjadi deflasi sebanyak 3 kali yaitu pada bulan Februari sebesar –0,56%, Agustus -0,23% dan Desember sebesar –0,26%. Sedangkan inflasi tertinggi pada tahun 2001 terjadi pada bulan Juli yaitu sebesar 2.83% dimana secara kumulatif inflasi pada tahun 2001 mencapai 13,30.%

Transportasi
Udara
Bandara Udara Internasional Sam Ratulangi

Kota Manado melalui bandar udaranya, Sam Ratulangi terhubung dengan beberapa kota besar lain di Indonesia seperti, Jakarta, Surabaya, Makassar dan Balikpapan. Selain itu bandara ini juga mempunyai penerbangan langsung dari dan ke luar negeri yaitu Singapura, Kuala Lumpur (mulai 12 September 2008)[1] dan Davao, Filipina. Bandara yang mengalami renovasi di tahun 2001 ini merupakan salah satu dari 11 pintu gerbang utama pariwisata di Indonesia. Dengan panjang landas pacu sepanjang 2650 m dan lebar 45 m, bandara ini sanggup untuk didarati pesawat berbadan lebar sejenis Boeing 777-200 dan Airbus A330. Terminal penumpangnya memiliki fasilitas penunjang berstandar internasional dan dilengkapi dengan tiga buah garbarata.

Laut
Dermaga di Manado umumnya dilayani oleh kapal-kapal berukuran kecil. Hal ini dikarenakan lokasi perairan Manado yang berdekatan dengan lokasi Taman Laut Bunaken yang dilindungi dan juga perairan yang cukup dangkal. Pada umumnya, kapal-kapal yang bersandar di pelabuhan Manado adalah kapal dengan tujuan Kepulauan Sangir dan Kepulauan Talaud. Speed boat dari dan menuju Bunaken umumnya berlabuh di dermaga ini. Kapal-kapal berukuran besar milik PT Pelni berlabuh di kota Bitung, berjarak kurang lebih 40 km sebelah barat Manado.

Darat
Sistem transportasi darat Kota Manado dilayani oleh minibus angkutan kota yang biasa disebut mikrolet, taksi argo dan Bus DAMRI. Sebagian besar rute dalam kota dilayani oleh mikrolet yang menghubungkan beberapa terminal bus dalam maupun luar kota dengan pusat kota Manado. Mikrolet umumnya beroperasi hingga pukul 21.00 wita (hari kerja) atau pukul 22.00 wita (akhir pekan). Taksi umumnya melayani rute-rute ke luar kota sedangkan Bus DAMRI melayani rute Bandara - Terminal Bus luar kota di Malalayang. Dan akan menyusul BRT yang serupa dengan busway

Media
Media Cetak

Saat ini di Manado terdapat beberapa surat kabar lokal antara harian Manado Post (Jawa Pos Group), Harian Komentar, Tribun Sulut, Posko dan Metro. Selain itu terdapat juga tabloid Football yang merupakan tabloid olah raga lokal.

Radio dan Televisi
Radio

Beberapa tahun belakangan jaringan radio nasional juga membuka cabang di kota manado seperti Trijaya FM, Smart FM dan Cosmofemale FM, di samping radio-radio lokal yang sudah lama melakukan penyiaran di kota ini seperti Memora, ROM2 dan KDFM.

Televisi
Selain TVRI Stasiun Manado, terdapat beberapa TV swasta lokal yang beroperasi di Manado yaitu Pacific TV dan GOTN (Gospel Overseas Television Network). Dua TV lokal lainnya yaitu Televisi Manado dan Bunaken TV sempat mengudara untuk beberapa waktu, akan tetapi karena kesulitan memperoleh pembiayaan melalui iklan, kedua TV tersebut tidak lagi mengudara. Semua TV swasta nasional memiliki menara relay di Manado yaitu RCTI, SCTV, Metro TV, Indosiar, Trans TV, Trans 7, TV One, Global TV, TPI dan anteve.

TV Kabel/Satelit
Indovision dan Astro
Bencana
Bencana banjir dan tanah longsor di Manado

Kota Manado pada tanggal 21 Februari 2006 dilanda bencana banjir dan tanah longsor yang hebat. Sebelumnya banjir dan tanah longsor juga menyapu sebagian besar wilayah Manado pada tanggal 13 Februari dan 19 Februari. Pada tanggal 13 Februari, bencana banjir dan longsor di Manado, Minahasa, dan Minahasa Selatan menyapu ratusan rumah, merusak ratusan hektar tanaman, menghanyutkan puluhan ternak, dan menewaskan 7 orang. Total kerugian ditaksir lebih dari Rp 95 miliar. Bencana kembali melanda hari Minggu tanggal 19, menyapu sebagian wilayah Tuminting, Mahawu, Kombos, Perkamil, dan Teling Manado. Korban tewas mencapai 5 orang, luka parah 6 orang, dan ratusan rumah rusak parah. Selasa (21/2), banjir dan longsor lagi-lagi menyapu sebagian besar wilayah Manado. Korban tewas, sebagaimana dilaporkan hingga pukul 00.00 WITA sudah mencapai 19 orang. Ratusan rumah rusak ringan hingga berat, dan kerugian ditaksir lebih dari Rp 182 Miliar. Jika ditotal dengan korban jiwa dari Tombariri dan korban jiwa Senin (19/2), jumlah keseluruhan korban sudah mencapai 31 orang. Gubernur Sulawesi Utara Sinyo Harry Sarundajang mengatakan bahwa banjir dan longsor beruntun kali ini merupakan akumulasi akibat ulah manusia sendiri antara lain penggundulan hutan, penipisan daerah aliran sungai (DAS) dan kualitas lingkungan yang menurun."

Sumber : http://objekwisatamanado.blogspot.com