Kesenian Patingtung

Pengertian
Masyarakat pendukung Seni Patingtung beranggapan bahwa kata patingtung diambil dari bunyi-bunyian waditra atau alat musik., seperti gendang atau kendang. Patingtung dapat diuraikan menjadi tiga suku kata, yaitu pa-ting-tung. Pa dari kata pak dimaksudkan suara gendang kulanter atau talipak (kendang kecil yang diberdirikan); tung suara gendang talipung (kendang kecil yang dibaringkan) dan tung suara kendang atau bedug yang besar.

Seni Patingtung merupakan jenis kesenian yang memadukan pencak silat dengan tarian. Keberadaan tarian di dalam seni Patingtung sebagai selingan. Adapun gerak dasar tarian dalam Seni Patingtung sangat didominasi oleh gerakan pencak silat sehingga seni ini dapat dikatakan identik dengan pencak silat. Akan halnya tarian dalam seni Patingtung bersifat atraktif karena gerakan-gerakannya menggambarkan ketangkasan, baik dalam hal menggunakan piring-piring dari beling maupun menggunakan belati yang ditikamkan di dada penari sendiri.

Sejarah dan Fungsi Seni Patingtung
Pertama kali seni Patingtung muncul di tengah masyarakat Banten tidak diketahui secara pasti. Namun demikian, berdasarkan cerita yang berkembang dapat diambil beberapa kesimpulan sementara bahwa Seni Patingtung dahulu digunakan oleh para ulama sebagai alat untuk memanggil masyarakat agar berkumpul. Sumber lain menyebutkan bahwa Seni Patingtung berkembang pada masyarakat Banten yang berbahasa Jawa. Berdasarkan keterangan-keterangan tersebut, Tim Studi Pengembangan Kesenian Tradisional Serang menyimpulkan bahwa Seni Patingtung muncul bersamaan dengan masa berkembangnya zaman Kesultanan Banten, yaitu sekitar tahun 1552. Kesimpulan tersebut diperkuat oleh adanya keterangan bahwa pada zaman Kesultanan Banten semua aspek kehidupan termasuk kesenian masyarakat setempat mengalami perkembangan.

Dewasa ini, setelah agama Islam sudah menjadi agama dominan masyarakat Banten 4an berakhirnya masa Kesultanan Banten, Seni Patingtung berkembang menjadi seni pertunjukan. Sebuah seni yang berfungsi sebagai media hiburan. Jenis kesenian tersebut

dipertunjukkan pada acara-acara selamatan warga setempat, seperti khitanan dan pernikahan.

Tahap Pertunjukan
Pertunjukan seni Patingtung meliputi tiga tahap, yaitu tahap sebelum pertunjukan, pertunjukan dan sesudah pertunjukan.

Tahap sebelum Pertunjukan.
Dewasa ini, pertunjukan Seni Patingtung biasa diadak-an di luar ruangan, sementara dahulu diadakan di dalam ruangan saja.

Pertunjukan
Di luar ruangan menggunakan panggung yang dibuat terlebih dahulu. Dalam pembuatan
panggun
g harus memperhatikan ukuran yang disesuaikan dengan kapasitas bagi penari dan penabuh waditra. Selain itu, pembuatan panggung harus melihat kondisi tempat sehingga tidak akan terjadi ketidaknyamanan bagi para penari dan penabuh waditra.Persiapan lain adalah melengkapi panggung dengan perangkat suara (soun system) sehingga suara / bunyi-bunyian dari panggung dapat terdengar sampai jauh. Selain itu, persiapan yang bersifat religius yakni menyiapkan sesajen yang terdiri atas:

teh maths;
teh pahit;
kopi manis;

kueh tujuh rupa;
telur ayam mentah; dan
parupuyan.

Tahap Pertunjukan.
Seni Patingtung merupakan pertunjukan yang bersifat magis religius karena memadukan unsur agama dan kekuatan magis. Biasanya, pertunjukan Anti Patingtung diawali dengan doa shalawat yang dilafalkan oleh para pendukung. Selanjutnya, ditampilkankan tari-tarian pria, karawitan dan ketangkasan para penari hut. Ketangkasan tersebut menunjukkan hal di luar jangkauan akal manusia.

Tahap pertunjukan secara garis besar dapat digambarkan sebagai berikut. Pada awal rozinjukan ditampilkan tarian pembuka yang dilakukan oleh seorang penari. "Tarian tersebut diiringi musik gambrung dan sederetan lagu instrumental, seperti yem", "Numpak Sado" dan "Uti-uti Uri".

Setelah tarian tunggal dilanjutkan dengan "tarian sambutan" yang dimainkan oleh dua orang penari. Pada tarian ini digambarkan tarian bela diri dengan gerakan-gerakan menunjukkan ketangkasan penari dalam berkelahi tanpa menggunakan senjata.

Meskipun Seni Patingtung bersifat magis — religius, sebagian kecil dari kesenian nerupakan sisipan berbentuk humor, baik ditampilkan dalam bentuk dialog maupun tarian.

Setelah tarian sambutan, pertunjukan dilanjutkan pada "tarian rampak" yarig diaminkan oleh tiga orang penari laki-laki. Tarian tersebut diiringi tetabuhan pencak silat sehingga gerakan-gerakan penari tampak sangat hidup.

Suasana semakin hidup dan tegang ketika ditampilkan tarian pasangan yang berupa rakan perkelahian menggunakan alat atau senjata. Yang ditampilkan dalam perkelahian serebut adalah ketangkasan dalam menyerang dan menangkis serangan lawan. Adapun alat atau senjata yang digunakan dalam tarian tersebut adalah trisula dan tongkat bambu yang dinamakan toya oleh masyarakat setempat.

Pada akhir pertunjukan diisi tarian tunggal. Tarian tersebut sekaligus menjadi klimaks pertunjukan yang menampilkan ketangkasan yang lebih menegangkan, yaitu atraksi kekebalan tubuh oleh sayatan dan bacokan golok sendiri. Bagian pertunjukan ini biasanya ditambah dengan kesenian Debus yakni menampilkan atraksi mengupas kelapa ngan gigi, menggesek-gesek golok ke leher dan anggota tubuh lainnya. Berguling­-guling di atas landasan penuh paku, memakan bohlam, memasukkan bara api ke dalam ulut, menggoreng kerupuk di atas kepala dan mengeluarkan kelelawar dari mulut.

Tahap Sesudah Pertunjukan.
Pertunjukan Seni Patingtung melibatkan banyak ccang yang terdiri atas para penari, penabuh waditra atau pangrawit, dan juru panggung. untuk pertunjukan kesenian dengan jumlah pendukung yang banyak tentu diperlukan kerja sama dan kekompakan sehingga pertunjukan berjalan dengan lancar, mulai dari siapan hingga selesai pertunjukan.

Adapun setelah acara selesai, pada akhir pertunjukan, para penari melepas dan mengepak perlengkapan dan peralatan menari. Demikian pula para pangrawit mengepak

kembali peralatan yang telah dipakai secara gotong-royong. Selain itu, juru panggung pun sibuk dengan tugasnya. Akan halnya pembongkaran panggung bare bisa dilakukan setelah panggung dikosongkan.

Pemain dan Waditra
Seni Patingtung sebagai sebuah seni pertunjukan melibatkan penari dalam jumlah banyak dan sekelompok pangrawit, Setiap penari membawakan tariannya masing‑masing, sedangkan tugas pangrawit harus menguasai seluruh lagu atau instrumen yang akan dibawakannya. Para penari dalam seni Patingtung dapat disebut pesilat juga karena mereka umumnya berasal dari berbagai perkumpulan pencak silat.

Ada beberapa persyaratan khusus untuk menjadi seorang penari dalam pertunjukan Seni Patingtung, yaitu :

Mengucapkan basmalah dan shalawat sebanyak tiga kali;
Menjauhi perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama;

Harus beragama Islam dengan mengucapkan syahadat.

Jumlah penari dalam pertunjukan Seni Patingtung berkisar antara 10 sampai 15 orang. Masing-masing penari mendapat tugas sebagai berikut :

Membawakan tarian tunggal;
Membawakan tarian sambutan;

Membawakan tarian pasangan menggunakan golok dan toya;

Membawakan tarian rampak;
Membawakan tarian tunggal menggunakan golok; dan
Membawakan tarian piring.

Adapun pangrawit adalah orang yang memainkan waditra dengan jumlah sesuai dengan jumlah waditra yang akan dimainkan. Waditra yang dimainkan dalam setiap pertunjukan ada 8 buah, yaitu :

kendang besar,
kendang kecil,

terompet,
gong dengan 3 macam ukuran,
ketuk, dan
kecrek.

Busana
Busana yang dimaksud adalah pakaian atau pembungkus badan penari yang awsuaikan dengan tarian yang dibawakannya. Adapun busana yang dipakai dalam prunjukan seni Patingtung didominasi oleh warna hitam. Busana tersebut dilengkapi dengan aksesori sehingga menjadi busana yang lengkap, yaitu sebagai berikut :

baju berlengan panjang, tanpa kerah, bersaku dua di sebelah kanan dan kiri ; baju ini dinamakan baju kampret.

celana : celana panjang berukuran tiga perempat, berkaret di bagian pinggang dan tidak bersaku.

Lomar : Bomar sebutan untuk ikat kepala yang terbuat dari kain batik loreng, berbentuk segitiga. Adakalanya lomar berupa kain batik segiempat yang dilipat menjadi segitiga.

Ikat pinggang : ikat pinggang terbuat dari kain berwarna merah dan berbentuk "persegi panjang.

Penyebaran Seni Patingtung
Penyebaran Seni Patingtung di Kabupaten Pandeglang tidak seluas di Kabupaten Serang. Di Pandeglang Seni Patingtung berkembang di Kecamatan Mandalawangi.

Sumber : Masduki Aam dkk. 2005 Kesenian Tradisional Provinsi Banten Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung