Jahat Koruptor atau Israel?

Oleh Acil Bimbo

Penggemar korupsi di negeri ini begitu banyak. Sudah mengakar, seperti telah membudaya. Indonesia negara yang dianugerahi kekayaan alam yang luar biasa seharusnya jadi negara maju. Tetapi, nyatanya rakyat miskin sangat. Bangsa ini amat sulit menyejajarkan diri dengan bangsa kaya. Penyebab utamanya, ya korupsi. Sekian lama bangsa ini dibuat dungu oleh korupsi. Apabila musuh bangsa Palestina adalah bangsa Israel, musuh bangsa Indonesia adalah koruptor, yaitu bangsa sendiri.

Sepertinya amat sulit memberantas korupsi di negeri ini. Kalaupun ada, itu hanyalah tindakan ”basa-basi hukum”, bahwa ada upaya tindakan melawan korupsi. Dalam pemerintahan SBY-JK harus diakui ada kesungguhan yang memberi harapan yang cukup menggembirakan.

Siapa sih koruptor itu? Koruptor bisa saja tetangga kita, sahabat kita, guru kita, mungkin orangtua kita. Bahkan kita sendiri. Dari pengadilan korupsi kita saksikan koruptor itu bisa seorang jenderal, tokoh partai, panutan kita sehari-hari yang biasa memberi wejangan kepada kita. Bisa pula tokoh agama, atau siapa pun dari tokoh paling elite sampai tingkat desa. Penampakannya sehari-hari pun beragam: bisa galak, sombong, sok wibawa, sok kuasa atau lemah lembut, dermawan. Atau, pura-pura miskin. Akal-akalannya luar biasa canggihnya. Dengan sedikit berfantasi, kita bisa mendapat gambaran lebih banyak siapa dan bagaimana koruptor itu.

Kita tidak rela bila dijidat kita ada cap bangsa korup atau lemah iman karena korupsi. Tetapi, itulah kenyataannya.

Para koruptor tentu akan menolak bila dikatakan perilaku korupsi itu warisan budaya atau warisan genetik leluhurnya. Korupsi itu bakat dan hobi pribadi. Dia muncul mewabah dalam suatu kurun waktu dan melahirkan tindak kejahatan lain, seperti praktik suap, patgulipat, kolusi, nepotisme, dan kriminal kreatif lainnya. Mungkin coba lakukan saja penelitian, misalnya, kepada penjahit apakah ukuran lengan baju bangsa kita di atas rata-rata standar internasional? Bukankah korupsi sama dengan mencuri alias panjang tangan.

Saking banyaknya peristiwa korupsi di negeri ini, boleh jadi malaikat yang bertugas mencatat kejahatan korupsi di negeri ini sudah kehabisan stok kertas.

Belakangan ini saya sering bertanya-tanya, jahat mana koruptor dengan Israel? Mari kita lihat perbandingannya:

Koruptor itu mencuri diam-diam kekayaan bangsa sendiri. Membunuh bangsa sendiri secara perlahan-lahan. Membuat bangsa yang kaya ini terpuruk miskin. Hak orang miskin pun diembat juga. Posisi koruptor sering terhormat bahkan rumahnya pun dijaga. Kalau tertangkap diperiksa berbelit-belit, dibantu pula pengacara mahal. Di tahanan dan penjara pun tetap dimanja dan dihormat. Penjeraan dan sanksi sosial terhadap mereka amat lemah. Rasa keadilan masyarakat sungguhlah terinjak. Itulah sebabnya kepercayaan masyarakat kepada aparat penegak hukum sangat rendah dan supremasi hukum kita rendah diri di mata dunia internasional.

Bagaimana dengan Israel? Israel, sekalipun dunia dan PBB protes dan marah atas kejahatan kemanusiaannya, tetap bersikeras menyiksa dan menzalimi Palestina. Kantor PBB pun diserang. Ribuan korban mati ataupun luka. Bantuan kemanusiaan pun amat sulit masuk. Solidaritas dan seruan berjihad untuk membantu Palestina merebak di mana-mana karena kekejamannya dianggap sudah melewati batas. Bangsa Israel sekalipun bukan bangsa yang besar tetapi cerdas dan kuat, sayangnya licik. Bukan Israel kalau gampang tunduk kepada kehendak negara lain.

Korupsi itu perbuatan tega dan kejam, mengapa tidak pernah ada keinginan untuk berjihad melawan koruptor?

Susah sekali memilih mana yang lebih kejam dan jahat, apakah para koruptor atau Israel? Semoga bangsa Indonesia tercinta ini segera terbebas dari korupsi. Berjuanglah agar tetap beradab dan berperikemanusiaan, tidak mengikuti jejak bangsa Israel.

Rambut Teten Masduki (ICW) semakin tipis. Rambut Erry Riana Hardjapamekas (mantan Ketua KPK) pun semakin putih. Jangan-jangan Ketua KPK Antasari Azhar pun sampai lupa cara tersenyum. Semua itu karena memikirkan betapa berat memberantas korupsi di negeri ini.

Dari setiap pemilu, kita selalu mengharapkan ada perubahan ke arah yang lebih baik. Demikian pula dalam hal pemberantasan korupsi, semoga lebih canggih, tegas, dan lugas!

Sumber:
Kompas, Selasa, 20 Januari 2009 | 00:39 WIB
http://antikorupsi.org