Istana Bogor


Oleh : William Marcelinus

Pendahuluan
Latar Belakang

Kota Bogor disebut juga sebagai “kota hujan”. Kota ini merupakan salah satu kota bersejarah yang memiliki peran penting dalam sejarah bangsa Indonesia.

Salah satu situs atau obyek sejarah yang ada di kota ini adalah Istana Bogor. Istana Bogor yang kini juga menjadi obyek wisata memiliki catatan sejarah yang cukup panjang sejak pertama kalinya dibangun oleh pemerintahan Kolonial Belanda, sehingga menjadi tempat berlangsungnya pertemuan pemimpin ekonomi APEC.

Selain berperan dalam sejarah perjuangan dan politik bangsa Indonesia, Istana Bogor juga memiliki berbagai koleksi patung, dan kerajinan yang berasal dari dalam dan luar negeri.

Tujuan Penulisan
Memberikan wawasan dan pengetahuan kepada pembaca mengenai sejarah Istana Bogor.

Mengajak masyarakat dan generasi muda untuk meningkatkan kesadaran akan perlunya pemahaman dan pengetahuan kesejarahan guna mempertebal jatidiri sebagai putera bangsa Indonesia melalui pengenalan sejarah Istana Bogor.

Pembahasan
Sejarah Pendirian dan Pendudukan Istana Bogor

Dengan mulai berkembangnya kota Batavia pada waktu itu sebagai pusat kegiatan pemerintahan, orang-orang Belanda mulai mencari tempat yang cocok untuk peristirahatan di luar kota. Tempat-tempat itu terletak di Kampong Baroe (daerah Bogor) yang jaraknya kira-kira 60 km dari Jakarta. Di tempat inilah Gustaaf Willem van Imhoff, gubernur jenderal pada waktu itu mendirikan pesanggrahan yang luasnya mencapai 28,4 hektar diberi nama Buitenzorg disini, maka nama ini menjadi sebutan untuk perkampungan yang ada di sekitarnya.

Pada waktu itu mulai dibangun pada bulan Agustus 1744 rancang bangunnya bukanlah seperti Istana Bogor yang kita kenal sekarang. Van Imhoff membuat sketsa bangunan itu dengan mengambil model istana Bleinheim, tempat kediaman Duke of Marlborough dekat kota Oxford, Inggris, dan berbentuk tingkat tiga.

Sejalan dengan perkembangannya, kepemimpinan Gubernur Jenderal Hindia Belanda silih berganti dan perombakan demi perombakan juga terjadi pada gedung ini.

Perombakan besar-besaran terakhir dilakukan setelah bangunan ini hancur akibat gempa bumi hebat pada tahun 1834 akibat meletusnya gunung Salak. Perombakan ini selesai pada tahun 1850 pada masa pemerintahan Gubernur jenderal Pahud de Montager. Bangunan ini dibuat satu tingkat saja dengan gaya eropa abad ke-19.

Gubernur Jenderal terakhir yang menggunakan istana Buitenzorg adalah Tjarda van Starkenborgh Stachouwer yang kemudian menyerahkan pada pemerintah Jepang yang menguasai seluruh wilayah kekuasaan Belanda.

Dengan berakhirnya perang dunia ke-2, Jepang semakin rapuh dan akhirnya dikalahkan oleh tentara sekutu. Sementara itu, rakyat Indonesia semakin bangkit untuk mendapatkan kemerdekaannya. Dengan adanya pernyataan kemerdekaan Republik Indonesia, kira-kira 200 pemuda Indonesia yang tergabung dalam Barisan Keamanan Rakyat, menduduki Istana Buitenzorg dan terpancanglah bendera merah putih dengan megahnya. Tapi mereka dipaksa meninggalkan istana tersebut oleh tentara Gurkha dibawah komando sekutu.

Baru pada akhir tahun 1949 istana Buitenzorg yang kemudian disebut Istana Bogor diserahkan kepada pemerintah Republik Indonesia oleh Belanda.

Ruang-Ruang di Istana Bogor
Lebih dari satu abad telah berlalu sejak dibangunnya Istana Bogor. Waktu yang dilewati itu telah membekali bangunan tersebut dengan berbagai kisah yang menggambarkan sejarah kehidupan bangsa Indonesia. Setelah masa kemerdekaan, Istana Bogor tidak banyak mengalami perubahan. Ketika mulai dipakai oleh pemerintah pada bulan Januari 1950, masih terdapat ruangan-ruangan yang terdiri dari bangunan utama, bangunan sayap kanan, dan bangunan sayap kiri.

Bangunan Utama
Serambi depan

Memasuki istana melalui serambi depan, kita akan menjumpai tiang-tiang bergaya Ionia yang menyangga atap. Serambi depan juga dihiasi patung-patung wanita, yang di antaranya terbuat dari batu pualam Italia.

Ruang Teratai
Melangkah masuk melewati pintu serambi depan, kita akan sampai pada ruangan yang disebut ruang teratai. Diberi nama demikian karena pada salah satu dindingnya terpancang lukisan bunga teratai hasil karya C.I. Dake tahun 1952.

Permadani merah yang terbentang serta tiga lampu kristal yang terjuntai dari langit-langit memberi kesan agung pada ruangan ini.

Pada saat berlangsungnya Konferensi APEC tanggal 15 Nopember 1994 ruangan ini digunakan sebagai tempat penyambutan dan ruang tunggu para peserta konferensi.

Ruang Kaca Seribu
Melangkah lebih jauh ke dalam istana, kita akan sampai ke lorong atau ruang kaca seribu yang menghubungkan ruang teratai dengan ruang garuda. Disebut demikian karena di dinding kiri dan kanan lorong ini terdapat sepasang cermin besar saling berhadapan. Kaca seribu ini memiliki keistimewaan memantulkan bayangan berulang-ulang sehingga memberi kesan cermin itu penuh dengan bayangan. Cermin-cermin besar berbingkai warna emas yan masing-masing diapit oleh sepasang pilar besar peninggalan jaman Hindia Belanda.

Ruang Garuda
Ruang kaca seribu membawa kita menuju ruang garuda. Memasuki ruangan ini pertama-tama akan tampak di hadapan kita lambang negara Republik Indonesia yaitu Garuda Pancasila berukuran besar. Oleh karena itu disebut ruang garuda.

Enam belas pilar bergaya Korintia yang terdapat di ruangan ini menopang langit-langit yang dihiasi oleh relief gaya Yunani yang unik.

Ruang garuda umumnya dipakai untuk pertemuan besar, jamuan kenegaraan atau pertunjukan kesenian untuk tamu negara. Selain itu, juga dipergunakan untuk sidang-sidang baik yang bersifat nasional maupun internasional di antaranya Jakarta Informal Meeting dan Pertemuan para Pemimpin APEC.

Ruangan ini pernah digunakan sebagai tempat pernikahan puteri pertama presiden Soeharto pada tahun 1972 dan pernikahan puteri bapak Adam Malik tahun 1981 yang waktu itu masih menjabat sebagai wakil presiden.

Bangunan Sayap Kanan
Bangunan sayap kanan merupakan bagian dari bangunan utama dimana terdapat beberapa ruangan. Bagian ini digunakan sebagai tempat menerima tamu negara setingkat kepala negara ataupun kepala pemerintahan.

Ruang Makan
Ruangan ini berfungsi sebagai ruang makan keluarga yang dilengkapi dengan seperangkat kursi dan meja makan besar.

Ruang Tidur
Di kanan kiri ruang makan terdapat beberapa ruangan yuang berfungsi sebagai ruangan istirahat dan ruangan tidur.

Bangunan Sayap Kiri
Untuk mencapai bangunan sayap kiri, kita melewati ruang filem yang dahulu dipakai sebagai tempat pemutaran film. Pada masa sekarang ini pemutaran film tidak pernah dilakukan lagi di sini.

Di sekeliling ruang film terdapat beberapa ruangan antara lain ruang makan yang digunakan untuk menjamu tamu yan jumlahnya tidak terlalu banyak, kemudian juga terdapat ruang kerja yang sering dipakai oleh presiden Republik Indonesia.

Salah satu ruangan yang ada di sayap kiri adalah ruang konferensi. Ruangan ini pernah dipakai untuk Konferensi Panca Negara tahun 1954 yang merupakan lanjutan Konferensi Kolombo untuk mempersiapkan Konferensi Asia Afrika tahun 1955.

Status dan Peran Istana Bogor
Bidang Politik

Istana Bogor memiliki status dan peran yang sangat penting dalambidang politik, baik secara nasional maupun internasional. Terdapat beberapa peristiwa penting yang pernah berlangsung pada masa pemerintahan pertama dan orde baru di antaranya:

Pada tanggal 28-29 Desember 1954, Istana Bogor digunakan untuk pertemuan Panca Negara yang dihadiri oleh lima negara yaitu Birma, Srilanka, India, Pakistan, dan Indonesia yang membicarakan persiapan Konferensi Asia Afrika tahun 1955 di Bandung.

Penandatanganan Surat Perintah 11 Maret 1966 di Istana Bogor yang merupakan peristiwa sangat bersejarah bagi seluruh bangsa Indonesia.

Pada tahun 1979, presiden Soeharto di Istana Bogor mengumpul-kan semua pejabat eselon I dari seluruh departemen dan lembaga tinggi negara untuk mendapatkan Penataran Pedoman Penghayatan Pengamalan Pancasila (P4) untuk pertama kalinya.

Peristiwa penting lainnya yang bersifat internasional yang berlangsung di Istana Bogor di antaranya adalah Jakarta Informal Meeting pada tanggal 25-30 Juli 1988 yang membahas masalah Kamboja dan Pertemuan para Pemimpin Ekonomi APEC pada tanggal 15 Nopember 1984.

Bidang Budaya dan Pariwisata
Istana Bogor memiliki nilai historis dan politis yang tinggi, jugamemiliki nilai budaya dan pariwisata yang cukup tinggi dan sangat berpotensi. Selain dimanfaatkan sebagai tempat peristirahatan, juga menjadi obyek studi wisata yang terbuka bagi umum (wisatawan lokal/wisatawan mancanegara) dan pelajar. Hal ini dikarenakan banyaknya patung kerajinan dan lukisan yang memiliki nilai seni yang tinggi yang berasal dari luar dan dalam negeri. DI antaranya adlaah patung Si Denok karya Trubus, patung The Hand of God dari Swedia, berbagai kerajinan dari Bali, 136 buah keramik, di antaranya yang berasal dari Dinasti Ming di Tiongkok, 219 buah lukisan dari pelukis Basuki Abdullah (terbanyak), Ida Bagus Made, Dullah, Sudjojono, Sudjono Abdullah, Hendra dan pelukis dari luar negeri seperti Le Majeur (Belgia, suami Ni Polok dari Bali), Makooski (Rusia), Dezence (Belanda), dan lainnya.

Selain memiliki perbendaharaan yangbernilai seni tinggi, juga terdapat rusa-rusa bertotol yang didatangkan dari perbatasan India sejak masa pemerintahan Hindia Belanda (1811). Sebagai tempat peristirahatan, Istana Bogor pernah dikunjungi dan ditempati selama beberapa waktu oleh kepala negara atau pemerintahan asing. Tamu negara yang pernah menyinggahi adalah Jihan Sadat, isteri almarhum Anwar Sadat, presiden Mesir, Elizabeth II Ratu Inggris, Pangeran Bernard, Suami Ratu Elizabeth dari Belanda dan Malcolm Fraser Perdana Menteri Australia.

Penutup
Kesimpulan

Istana Bogor merupakan suatu lambang kebesaran bagi bangsa Indonesia. Sebab Istana Bogor telah menjadi saksi dari berbagai peristiwa penting yang sangat bersejarah. Selain sebagai tempat bersejarah dan tempat peristirahatan, Istana Bogor juga menjadi obyek budaya dan pariwisata yang memiliki banyak potensi yang terkandung nilai seni dan estetika yang sangat tinggi dan telah dikunjungi oleh banyak tamu kenegaraan atau wisatawan baik lokal maupun internasional.

Saran-Saran
Dalam mengembangkan potensi sejarah budaya dan pariwisata di dalam negeri, dibutuhkan peran serta kaum muda sebagai generasi penerus. Oleh sebab itu, saya menyarankan kepada pembaca khususnya pelajar agar dapat belajar dan menambah wawasan yang luas mengenai sejarah lokal, sehingga timbul penghargaan atas warisan sejarah dan budaya setempat, serta berupaya untuk melestarikannya agar kelak dapat dinikmati oleh generasi yang akan datang.

Daftar Pustaka
Anonim, 1994, Istana Presiden Republik Indonesia, Bogor: Sekretariat Negara Republik Indonesia.

http://www.indo.net.id/bogor/istanabogor.htm

http://id.wikipedia.org/wiki/istanabogor

Photo : http://matanews.com

Sumber : Makalah disampaikan pada “Lomba dan Diskusi Penulisan Sejarah Lokal” yang diselenggarakan oleh Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung