Ida bagus Gelgel (Pelukis)

Riwayat singkat
Nama lengkapnya adalah Ida bagus Made Gelgel. Dari nama Ida Bgus diketahui bahwa ia adalah keturunan brahmana yaitu kasta tertinggi dalam masyarakat Hindu. Kata “made” memberi arti bahwa ia merupakan anak kedua dari 13 bersaudara. Pada masyarakat Bali sudah menjadi ciri khas secara turun temurun bahwa nama anak secara berurut telah memiliki nama tersendiri. Juga jenis kelaminnya, misalnya anak nomor satu akan diberi nama Putu atau Wayan, anak nomor dua diberi nama Made atau Kade atau Nengah, anak nomor tiga diberinama Nyoman atau Komang dan seterusnya. Dari jenis kelamin apabila lahir lelaki akan diawali dengan nama ”da Bagus” dan bila wanita selalu diawali dengan nama ”Ida Ayu”.

Ida Bagus gelgel dilahirkan pada tahun 1908 di desa Kamasan. Ia merupakan anak dari pasangan Ida Bagus Nyoman Gelgel dan Ida Ayu Ketut Jelati. Mereka masih keturunan Brahma dari desa Griya Kainganan.

Walaupun keluarga Ida Bagus Gelgel termasuk golongan kasta tertinggi, bukan berarti kehidupan ekonomi keluarganya lebih baik, melainkan oleh karena kegiatan orang tuanya sebagai petani maka sudah tentu ekonomi mereka dapat dikatakan cukup prihatin. Dengan demikian ia hanya mampu mengecap pendidikan sampai tingakt Sekolah Dasar kelas tiga.

Masa anak-anak Ida bagus Gelgel hampir terlewatkan begitu saja. Waktu luangnya semata-mata difokuskan untuk membantu orang tuanya bertani. Dan sisa waktu yang lain ia pergunakan untuk pergi ke Banjar sangging Kamasan, yaitu tempat para pelukis berkumpul untuk melukis. Demikianlah Ida Bagus Gelgel membagi waktunya dan dari sanalah ia mulai mengamati dan melihat-lihat pelukis berkarya.

Merupakan suatu tradisi apabila para seniman Bali berhasil menciptakan sebuah karya seni, maka karya seni tersebut akan didharmakan untuk kepentingan agama atau upacara adat istiadat, bahkan juga untuk kepentingan masyarakat. Dapat dikatakan bahwa sebuah karya seni selalu dikerjakan secara bersama.

Sejak kecil Ida Bagus Gelgel sudah menunjukkan bahwa ia memiliki bakat dalam bidang melukis. Hal tersebut tidaklah mengherankan apabila dilihat dari silsilah keturunan keluarganya, dimana memang sudah mengalir darah seni sepetti kakeknya yang bernama Ida bagus Kakyang Gledeg, ahli seni tari, pamannya Ida Bagus Ketetut alit, ahli di bidang seni ukir dan seni patung.

Selain itu walaupun ayahnya bukan memiliki darah seni, tetapi karena ia tinggal dalam lingkungan seniman maka telah turut mempengaruhi perkembangan jiwa dan mendorong kemaunnnya untuk berkarya. Karena ia tinggal di desa Kamasan yang terkenal dengan seni lukis wayang gaya Kamasan.

Ia telah mampu menunjukkan bakat seninya berkat usaha dan dorongan keinginannya secara alami. Karena pada waktu itu belum ada sekolah yang spesial mendidik anak-anak berbakat di bidang seni atau oraganisasi seperti sekarang ini.

Berkat penglihatan dan pengamatannya, baik cara kerja dan cara meramu warna-warna yang dilakukan para pelukis di Banjar Sangging Kamasan telah mengakibatkan timbul hasratnya untuk mencoba melukis. Dan hal ini dilakukannya secara diam-diam untuk mempraktekan pengetahuannya. Pada awalnya ia menuangkan ekspresinya dalam bentuk coret-coret lukisan masih sederhana.

Agara daya imajinasinya bisa sesuai dengan hasil keinginannya, ia selalu menambah pengetahuannya dengan cara membaca buku cerita wayang atau cerita tokoh-tokoh terkenal dalam kehidupan masyarakat Bali. Demikianlah berulang kali dilakukan oleh Ida Bagus Gelgel. Dan ia terus berusaha untuk mencoba melukis. Walaupun dengan hasil yang sederhana ia terus berpacu mencapai tujuan. Hal tersebut didukung oleh sikap Ida bagus Gelgel yang tenang, lembut, sabar, iman teguh sederhana dan cerdas. Gaya pelukis dari desa Kamasan bersifat tradisional dan hal ini masih tetap mereka pertahankan, walaupun para pelukis dari luar desa tersebut kelihatannya sudah beralih kepada gaya Eropah, namun para pelukis dari Kamasan tetap tidak bergeming untuk beralih. Lain halnya dengan Ida Bagus Gelgel, ia tidak anti pati terhadap gaya lukisan yang sudah semakin berkembang. Ia mencoba mengadakan perubahan terhadap tema lukisan. Hal ini dapat dilihat dari hasil karyanya yang merupakan bentuk-bentuk peralihan dari gaya tradisional ke gaya realistis. Peralihan pada lukisannya terlihat pada tema lukisannya terdapat unsur-unsur kehidupan sehari-hari yang cocok dengan tema wayang, sehingga menimbulkan kesan seni yang bermutu tinggi. Dan yang tetap dipertahankannya adalah wayang sebagai media dengan tema mengandung unsur kehidupan sehari-hari.

Salah satu contoh hasil lukisannya adalah seorang tokoh bernama Durma yang hidup mengembara di hutan. Durma di sini tokoh wayang tetapi manusia yang jujur dan sederhana. Status Durma yang sebagai anak yatim piatu dianggap oleh raja sebagai suatu beban dalam masyarakat sehingga ia dibuang ke hutan.

Dalam pengembaraannya di hutan, Durma menjumpai berbagai binatang antara lain, ular, katak, kera dan lain-lain. Para binatang tersebut menaruh belas kasihan kepada Durma dan turut membantu mencarikan buah-buahan untuk dibagikan kepada Durma. Pada lukisan tersebu terlihat seekor kera membawa pisang yang akan diberikan kepada urma.

Demikianlah gambaran yang terirat dalam salah satu karya lukisan Ida Bagus Gelgel. Dapat dilihat bahwa corak lukisannya lebih condong ke arah realita hidup dan kesederhanaan, hal ini mungkin dipengaruhi akan kepribadiannya yang sederhana dan kepolosan hatinya.

Keseriusan Ida bagus Gelgel untuk berkarya dan bekerja sebagai pegawai di pemerintah membuat ia lupa akan kondisi kesehataanya. Waktu istirahat lebih sering terlupakan dan akibatnya ia jatuh sakit. Selama lebih kurang tiga bulan ia berobat dengan cara tradisional, namum penyakitnya tidak sembuh juga bahkan semakin parah. Sedang pada saat itu ia sedang menyelesaikan sebuah lukisan yang diberi judul ”Sota ditadah kala”. Rupanya Tuhan menghendaki lain, pada tahun 1937 dalam usia 29 tahun ia menghadap yang Maha Kuasa.

Prestasi yang pernah diraih Ida bagus Gelgel adalah pada saat pagelaran seni lukis bertaraf internasional di negara Perancis. Pada kesempatan itu lukisan Ida bagus Gelgel diikutsertakan berpameran. Dan pada juri berkesempatan menganugrahkan Piagam Penghargaan kepadanya, pada saat itu ia masih berusia 25 tahun.

Kemudian pada tanggal 17 Agustus 1972, Pemerintah Republik Indonesia memberikan Piagam Anugrah Seni kepada Ida Bagus Gelgel lewat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan Surat Keputusan No..0126/U/1972.(Espita Riama)

Daftar Bacaan
S.S Lasminah Putu. Drs, Ida Bagus Gelgel, asil karya dan pengabdiannya, Depdikbud, IDSN, 1981/1982.

Sumber :
Ibrahim, Muchtaruddin, dkk. 1999. Ensiklopedi Tokoh Kebudayaan IV. Jakarta. Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan