Ubud adalah salah satu tempat seni di bali. Tempatnya sudah terkenal sejak jaman dahulu, kira kira sejak tahun 1920an. Ketika artis, componist dan orang orang terpelajar dari barat ( luar negeri ) datang untuk mencari kenikmatan hidup. Ubud terkenal dengan lukisannya, patung – patung, kerajinan tangan, gambelan ( traditional musik ) dan tariannya. Banyak lukisan menggambarkan tentang bali yang bisa di dapat di gallery gallery kecil di seputaran ubud, dan ada juga museum seperti Neka art Museum, Lempad Gallery, Museum Puri lukisan dan Antonio Blanco Gallery.
Untuk Gambelan, alat musik tradisional dan tarian bali bisa di temukan di sanggar sanggar seni seperti “ Sekehe Gong Sadya Budaya “ atau organisasi organisasi musik tradisional yang biasanya pentas ke luar negeri seperti Eropa dan Negara – Negara Asia.
Untuk mencapai sukses yang estetis Sadha Budaya melanjutkan pengembangannya dengan memperluas kemampuan dalam memaninkan gambelan. Di ubud bisa dijumpai banyak hotel hotel mewah dan seni juga hotel hotel kelas ekonomi. Ubud juga disebut sebagai desa wisatawan mancanegara. Ubud juga lengkap dengan biro biro inforasi wisata. Juga banyak tempat tempat wisata seperti monkey forest dan lain lainnya. Yang merupakan sifat dari orang orang di ubud yang selalu menerima baik setiap wisatawan yang datang ke ubud.
Ubud dikenal sebagai pusat budaya Bali, tempat ini telah menarik perhatian wisatawan yang terpesona dengan kebudayaan Bali sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu, dimana seniman,komponis dan sarjana barat datang mencipta dan mengadakan riset sambil menikmati kebahagian hidup di Ubud. Ubud terkenal akan seni lukisnya, seni patung, seni tabuh dan juga seni tarinya, namun selain berbagai obyek wisata yang terdapat di dalam kota, Ubud juga memiliki pura,peninggalan purbakala dan pusat kerajinan tangan yang menarik untuk dikunjungi yang terdapat di sekitar kota.Pusat kota terdapat pada persimpangan dimana pasar dan terminal angkutan umum bertemu.
Setiap minggu di Ubud dipentaskan berbagai pertunjukan kesenian tradisional seperti tarian Kecak,Legong, Barong, Mahabarata,Ramayana, Wayang Kulit dan Musik Gamelan. Didaerah ini banyak terdapat hotel mewah,artistic dan akomodasi sederhana yang diminati wisatawan, malahan Ubud sering mendapat sebutan sebagai “ Desa Wisata”.
Museum Rudana
Museum yang berlokasi di Teges ini merupakan museum yang besar dan mengesankan memiliki koleksi lukisan tradisional yang menarik antara lain lukisan karya I Gusti Nyoman Lempad, dan juga lukisan modern antara lain karya Affandi. Museum ini juga memiliki lukisan untuk dijual.
Museum Neka
Museum Neka didirikan oleh Suteja Neka, seorang kolektor seni Bali, pada tahun 1975.Museum ini memiliki koleksi seni yang sangat bagus dan beragam yang dipertunjukkan kepada pengunjung secara apik. Museum Neka adalah tempat terbaik untuk mempelajari perkembangan seni lukis Bali.Museum ini memiliki beberapa ruangan antara lain ruangan yang memamerkan lukisan karya seniman local yang banyak dipengaruhi oleh kesenian wayang kulit.Pada bagian lain museum terdapat koleksi lukisan dari para seniman muda dari berbagai sekolah seni di Bali. Sedangkan di pavilliun Lempad dipamerkan berbagai lukisan karya seniman I Gusti Nyoman Lempad.
Museum ini merupakan tempat untuk memamerkan dan melestarika karya lukisan para seniman, baik para pelukis Bali sendiri, para pelukis Indonesia lainnya maupun para pelukis asing yang pernah menetap di Ubud
Kelurahan Ubud Kabupaten Daerah Tingkat II Gianyar sangat terkenal dengan para pelukisnya. Sepanjang jalan di sekitar ubud kita dapat lihat papan nama para pelukis disertai dengan keterangan singkat tentang reputasi dan gaya lukisan mereka. Salah satu
Kira-kira 2 km dari Pasar Ubud ke Barat ke arah jalan jurusan Payangan, kita akan dapat melihat di sebelah kanan jalan sebuah museum yang bernama Museum Neka milik Yayasan Dharma Seni. Jarak dari Gianyar 14 kilometer dan dari Denpasar 26 kilometer. Keadaan jalan cukup baik dan dapat dicapai melalui 2 jalur yaitu dari Banjar Tegaltamu terus ke utara melewati Singapadu, Singakerta, Kedewatan belok kanan, sedanmgkan dari Timur yaitu pertigaan Sakah ke Utara melalui Mas, Peliatan dan Ubud.
Museum Neka banyak dikunjungi oleh para wisatawan mancanegara yang tinggal di Ubud dan sekitarnya maupun para wisatawan Nusantara, untuk melihat hasil karya para seniman dan juga yang ingin membeli lukisan sebagai cendera mata setelah mereka pulang ke negara atau daerahnya
Museum Seni Agung Rai (ARMA)
Museum yang masih baru ini memiliki dua buah bangunan besar yang berisi karya seni milik Agung Rai. Ada baiknya mengunjungi museum ini pada sore hari karena setelah menyaksikan koleksi museum pengunjung dapat makan malam di kafe yang terdapat di museum dan dilanjutkan dengan menonton pertunjukkan tari tradisional yang dipentaskan di dalam kompleks museum.
Museum Antonio Blanco
Museum ini dimiliki dan didirikan oleh maestro pelukis terkenal dunia berasal dari Spanyol yang sudah tinggal di Ubud Bali, meskipun sang maestro telah meninggal dunia , namun pengelolaan museum masih di lanjutkan oleh putra nya yang juga seorang pelukis yaitu Mario Blanko.
Museum Pendet
Museum ini berada di Desa Nyuh Kuning Mas, di museum ini terdapat berbagai aliran dan hasil dari pematung dan pelukis terkenal asal Bali khususnya Gianya
Diantara Desa Padang Tegal dan Nyuh Kuning, Kecamatan Ubud, Kabupaten Daerah Tingkat II Gianyar, tepatnya 26 km dari Kota Denpasar, terdapat sebuah hutan kecil yang dihuni oleh ratusan Kera Bali yang cukup jinak dan dapat diajak bermain – main disaat para wisatawan menikmati liburan di kawasan Wisata Ubud, Gianyar Bali.
Selain tempat hidupnya kera Bali, hutan tersebut juga merupakan Kuburan Desa, yang sudah barang tentu di sebelahnya berdiri sebuah pura. Jadi sangatlah lengkap bila para wisatawan mendatangi tempat ini, maksudnya selain bermain dengan kera, wisatawan juga dapat melihat kuburan Bali dan pura dengan arsitektur Balinya. Dan bila tepat waktu sesekali dapat menyaksikan lengkap dengan upacara di pura (odalan) maupun upacara pembakaran mayat (ngaben).
Satu hal penting yaitu tidak mengganggu habitat monyet dan kita harus menyadarinya sebagi tamu di sana. Dan harus tetap berjalan di jalan yang aman.. monyet monyet akan menjadi sangat agresif apabila kita memasuki dan mengganggu wilayah mereka. Jangan sekali kali pernah mengganggu monyet monyet di sana apapun alasannya. Jika anda ingin memberikan makanan lakukan dengan hati hati dan jangan sekali kali menariknya lagi. Kita harus tetap menjaga kelestarian alam dan binatang di sana. Daerah ini adalah daerah keramat dan terdapat peninggalan purbakala di dalamnya. Cobalah untuk meikmati keindahan dan keajaiban tempat ini dan di waktu yang sama kita juga tetap menjaga dan menghargai kehidupan di dalamnya.
Kawasan ini berada di jalan utama kota Ubud mengarah kearah selatan berada di kaki sebuah bukit, dihuni oleh sejumlah kera yang selalu menunggu makanan yang akan diberikan pengunjung, kera-kera ini kadang-kadang marah jika pengunjung tidak memberikan apa-apa kepada mereka.Hutan seluas 8 hektar ini adalah salah satu pusat penangkaran monyet di Bali. Jalan setapak di antara rimbunnya pepohonan dan suara alam menyertai perjalanan mengelilingi hutan kecil ini selama 30 menit. Selain segerombolan monyet lucu yang berjalan, bergelantungan dan bermain di sepanjang jalan setapak, Anda juga dapat mengunjungi Pura Dalem Agung dan Pura Permandian Suci dengan 3 konsep pura. Pertama adalah Utama Mandala, yaitu tempat permandian para dewa. Pura kedua adalah Madia Mandala, di mana terdapat sebuah kolam suci.
Dan yang ketiga adalah Nista Mandala sebagai tempat permandian untuk umum. Sekedar mengingatkan, monyet-monyet di sini hanya bersahabat bila tidak diganggu.
Goa Gajah
Pura Goa Gajah berlokasi di sebelah barat dari desa bedulu dan kira kira 6 km dari ubud. Disana terdapat pura dan goa juga air suci. Estimologi dari goa gajah di ambil dari kata Lwa Gajah, sebuah nama yang ditulis oleh Mpu Prapanca di dalam Lontar Negara Kertagama tahun 1365 sesudah masehi. Di dalam goa terdapat patung ganesha sebagai symbol dari ilmu pengetahuan. Di dalam tembok tembok gua terdapat tempat untuk para pertapa untuk bermeditasi. Bersumber pada tulisan pada tembok mulut timur goa, kata Kumon dan Sahyangsa di prediksikan bahwa goa gajah di dirikan pada abad ke 11. jika dilihat dari susunan artifak artifaknya pada pura goa gajah di simpulkan bahwa pura goa gajah adalah pura hindu. ( Lingga, aliran air, dengan patung malaikat ) dan juga patung budha, juga mencerminkan bahwa goa Gajah merupakan peninggalan siwa budha.
Tampaksiring adalah sebuah kota kecil yang memiliki monument tua yang paling mengesankan di Bali, disini juga terdapat sebuah pura besar yang penting serta tempat pemandian umum, Tampaksiring adalah tempat persinggahan bagi wisatawan dari Ubud yang akan ke Danau Batur.Kawasan Tampak Siring sudah sangat populer, terutama karena presiden pertama RI - Soekarno, mendirikan Istana Negara yang lokasinya berdekatan dengan Pura Tirta Empul. Nama Tampaksiring diambil dari dua buah kata bahasa Bali, yaitu tampak (yang bermakna ‘telapak ‘) dan siring (yang bermakna ‘miring’). Menurut sebuah legenda yang terekam pada daun lontar Usana Bali, nama itu berasal dari bekas telapak kaki seorang Raja yang bernama Mayadenawa. Raja ini pandai dan sakti, tetapi bersifat angkara murka. Ia menganggap dirinya dewa serta menyuruh rakyatnya menyembahnya. Sebagai akibat dari tabiat Mayadenawa itu, Batara Indra marah dan mengirimkan balatentaranya untuk menghacurkannya. Namun, Mayadenawa berlari masuk hutan. Agar para pengejarnya kehilangan jejak, ia berjalan dengan memiringkan telapak kakinya. Dengan begitu ia berharap agar para pengejarnya tidak mengenali bahwa jejak yang ditinggalkannya itu adalah jejak manusia, yaitu jejak Mayadenawa.Usaha Mayadenawa gagal. Akhirnya ia ditangkap oleh para pengejarnya. Namun, sebelum itu, dengan sisa-sisa kesaktiannya ia berhasil menciptakan mata air beracun yang menyebabkan banyak kematian bagi para pengejarnya setelah mereka meminum air dari mata air ciptannya itu. Batara Indra pun menciptakan mata air yang lain sebagai penawar air beracun tersebut. Air Penawar racun itu diberi nama Tirta Empul (yang bermakna ‘airsuci’). Kawasan hutan yang dilalui Raja Mayadenawa denagn berjalan di atas kakinya yang dimiringkan itulah wilayah ini dikenal dengan nama Tampaksiring. Tampaksiring memiliki beberapa obyek wisata yang sudah dikenal oleh wisatawan mancanegara maupun domestic, adapun obyek tersebut adalah : Dikalangan wisatawan domestik kecamatan dengan 8 desa ini tersohor karena ada istana presiden. Namun sesungguhnya, kecamatan dengan luas 42,63 Km persegi ini banyak memiliki obyek-obyek wisata yang sudah terkenal di seluruh dunia. Seperti Gunung kawi, Pura Tirta Empul dan banyak lagi situs-situs peninggalan sejarah hingga ke wilayah selatan.
TIRTA EMPUL
Pura Tirta Empul sebagai peninggalan Kerajaan di Bali, serta salah satu dari beberapa peninggalan purbakala yang menarik untuk disaksikan dan diketahui di desa ini. Disebelah Barat Pura tersebut pada ketinggian adalah Istana Presiden yang dibangun pada pemerintahan Presiden Soekarno. Mengenai nama pura ini diambil dari nama mata air yang terdapat didalam pura ini yang bernama Tirta Empul. Dimana secara etimologi Tirta Empul artinya air yang menyembur keluar dari tanah. Maka Tirta Empul artinya adalah air suci yang menyembur keluar dari tanah. Air Tirta Empul mengalir ke sungai Pakerisan. Sepanjang aliran sungai ini terdapat beberapa peninggalan purbakala. Pendirian pura ini diperkirakan pada tahun 960 A.D. pada jaman Raja Chandra Bhayasingha dari Dinasti Warmadewa. Seperti biasa pura – pura di Bali, pura ini dibagi atas Tiga bagian yang merupakan Jaba Pura (Halaman Muka), Jaba Tengah (Halaman Tengah) dan Jeroan (Halaman Dalam). Keunikan dari pura ini pada Jaba Tengah terdapat 33 buah aliran pancoran namun sekarang tinggal hanya 31 pancuran, yang berderet mengahadap ke barat sejumlah 7 buah tetapi tinggal 5 buah yang dialiri air suci yang mana peruntukan pancuran ini adalah untuk meningkatkan aura kundalini yang ada pada tubuh kita, yang menghadap ke Selatan sejumlah 26 buah yang terbagi atas 3 tempat , masing-masing : yang pertama sejumlah 13 buah pancoran yang diperuntukan untuk menghilangkan hal-hal negative yang ada pada tubuh kita, seperti karena sakit, perasaan tidak enak atau untuk ruwatan diri, pada pancoran yang berderet 13 buah ini, pemanfaatan pancoran tersebut sebagai berikut : Sebelum kita menceburkan diri ke kolam kita harus menghaturkan sajen lebih dulu di tempat sajen yang telah ditentukan dengan maksud untuk permisi, bahwa kita akan memulai ritual pembersihan diri. Pancoran I dari paling barat tidak boleh digunakan karena pancoran ini hanya diperuntukan bagi tempat permandian dewa di Desa Bayung Kintamani, baru pancoran II sampai ke X boleh digunakan untuk menghilangkan hal-hal negatif atau membersihkan diri dengan nama – nama pancoran Penglukatan, Pebersihan dan Sudamala, sedangkan pancoran XI, XII hanya di peruntukan untuk air suci upacara Pitra Yadnya bagi umat Hindu, karenanya tidak boleh digunakan untuk melukat/ membersihkan diri , kemudian pancoran XIII kembali boleh digunakan untuk melukat atau membersihkan diri. Pada bagian Kedua atau lokasi di tengah tengah terdapat 8 buah pancoran yang diperuntukan untuk : Dua buah pancoran paling barat dari lokasi tengah ini diperuntukan untuk melukat atau membersihkan diri akibat kita kena hujat dan kena sumpah cor kemudian dilanjutkan membersihkan diri ke pancoran paling timur kea rah barat sampai di pancoran bernama Tirte Empul di lokasi tengah ini, Jadi penglukatan atau pembersihan diri berakhir pada step pancoran Tirte Empul .Pada Bagian Ketiga terdapat 5 buah Pancoran ( Pancaka Tirte )yang mana pancoran disini bukan untuk membersihkan diri seperti pancoran di bagian pertama dan kedua, pengunjung memasuki areal ketiga ini setelah selesai melakukan pembersihan diri di pancoran bagian pertama dan kedua lalu berpakaian rapi dan sopan, baru boleh memasuki areal 5 buah pancoran ini. Karena keberadaan kita di lokasi ini bermaksud menyelesaikan dengan sempurna tahapan pembersihan diri dengan melakukan persembahyangan baru kemudian diperciki air suci yang ada di 5 buah pancoran tersebut. Selain itu setiap umat di Bali bila melaksanakan suatu upacara yadnya , ritual terakhir pasti memohon air suci di areal pura Tirte Empul hal ini bermakna bahwa upacara telah selesai dikerjakan sesuai maksud dan tujuannya. Setelah itu baru melanjutkan persembahyangan di bagian dalam pura . Nama Tirta Empul ada hubungannya dengan mitologi yaitu pertempuran Mayadenawa Raja Batu Anyar (Bedahulu) dengan Bhatara Indra. Dalam mitologi itu diceritakan bahwa Raja Mayadenawa bersikap sewenang – wenang dan tidak mengijinkan rakyat untuk melaksanakan upacara – upacara keagamaan untuk mohon keselamatan dari Tuhan Yang Maha Esa. Setelah perbuatan itu diketahui oleh Para Dewa, maka para dewa yang dikepalai oleh Bhatara Indra menyerang Mayadenawa. Akhirnya Mayadenawa dapat dikalahkan dan melarikan diri sampailah disebelah Utara Desa Tampak siring. Akibatnya kesaktiannya Mayadenawa menciptakan sebuah mata air Cetik (Racun) yang mengakibatkan banyaknya para laskar Bhatara Indra yang gugur akibat minum air tersebut. Melihat hal ini Bhatara Indra segera menancapkan tombaknya dan memancarkan air keluar dari tanah (Tirta Empul) dan air Suci ini dipakai memerciki para Dewa sehingga tidak beberapa lama bisa hidup lagi seperti sedia kala. Bagi Wisatawan yang ingin mengunjungi Tirta Empul terlebih dahulu harus membeli tiket masuk seharga Rp. 6.000,- untuk dewasa dan Rp. 3.000,- untuk anak-anak.
Pura Tirta Empul Manukaya Tampaksiring Gianyar.
Pura ini terletak di sebelah timur Istana Tampaksiring, batu Prasasti yang ada di dekat desa manukaya menyatakan bahwa Pura tirta Empul di bangun oleh Sang Ratu Sri Chandra Bhayasingha Warmadewa di Manukaya, tahun prasasti tersebut adalah 882 saka dan tahun 860 sesudah masehi. Disini terldapat sumber mata air, yang bias membersihkan dan melebur segala yang kotor di dalam diri dan pikiran kita, seperti namanya Tirta Empul yang artinya Sumber Tirta atau Air Suci. Warisan budaya yang ada disana adalah Lingga Yoni dan Patung Kerbau.