Pengaruh Budaya Portugis Kepada Melayu Serdang

Oleh : Tengku Mira Sinar

Undangan dari Surf Total TV Portugal seolah-olah mewujudkan mimpi saya untuk berkunjung ke negara yang budayanya mempengaruhi bangsa Melayu, terutama pada seni tari sehingga menjadi acuan gerak tari Serampang XII yang berasal dari kota kelahiran Ayahnda saya, Tuanku Luckman Sinar Basjarsjah II –Pemangku Adat Kesultanan Serdang- yaitu Perbaungan.

Negara Portugal yang dulunya menjadi satu dengan Spanyol adalah negara kecil di bagian paling barat Eropa dengan komunitas agama Katolik. Oleh sebab itu pada zamannya, Paus Agung menyatakan Portugal memisahkan diri dari Spanyol untuk memperkokoh kekuatan agama Katolik dengan memperluas komunitas Katolik di setiap bagian negara di Eropa. Lahirnya peradaban Portugis bermula dari ibukota lama sejak abad X, yaitu kota Guimaraes di wilayah Minho yang pemandangannya asri sepanjang sungai Selho. Pemerintahannya diawali oleh Raja D. Henrique pada tahun 1112, diteruskan oleh anaknya Afonso Henrique yang kemudian menyatakan pada 24 Juni 1128 adalah hari kebangkitan bangsa Portugis. Namun hari kemerdekaan diperingati pada 1 Desember.

Di negara itu, kita masih bisa melihat Istana yang dibangun oleh Raja D. Henrique (Palace of the Dukes of Braganza) berdiri dengan kokoh berikut isinya pun tertata lengkap. Begitu pula Menara dengan tinggi 28 meter yang ditemukan oleh Countess Mumadona pada tahun 996, berdampingan dengan Istana. Bentuk bangunan di kota-kota yang ada pada negara ini mempunyai ciri khas yang sama dengan kebanyakan kota di Eropa yang dipenuhi bangunan-bangunan tua, namun arsitektur bergaya mediterania banyak pula dijumpai mengingat dahulu negara ini pernah dijajah bangsa Arab, dan bangunan tua ini tetap dijaga dengan baik berdampingan dengan gedung-gedung baru yang modern.

Boleh dikatakan negara ini termasuk kategori miskin karena tidak mempunyai hasil bumi. Penduduknya kebanyakan bekerja di pabrik-pabrik kepunyaan perusahaan negara adi kuasa, namun pembangunan fisik negara ini sangatlah maju oleh karena Portugal tergabung dalam Union Eropa yang mana seluruh pembangunan fisik dibantu sepenuhnya. Maka dari itu tidak terlihat sedikitpun jalan yang berlubang dan hampir semua jalan bebas hambatan. Namun Portugal adalah negara dengan tingkat pajak sangat tinggi. Salah satu yang menonjol dari pendapatan negara ini adalah dari minuman wine (anggur). Salah satu negara bagiannya yaitu Porto adalah pemasok wine di dunia. Seperti terlihat dari seberang sungai (Rio da Vila) di Ribeira berjejer pabrik-pabrik wine dengan berbagai nama, dan di sepanjang jalan di luar kota dihiasi kebun-kebun anggur berkualitas baik.

Masyarakat Portugis sangat menghargai leluhurnya, kebiasaan turun temurun tetap dilestarikan. Pada kenyataannya mereka sangat ramah dan saling menghargai antar sesama bangsanya maupun bangsa lain, hidup berdampingan dengan harmonis. Salah satu contoh ketika saya melacak sebuah masjid yang berada di A Ver o Mar, kami kehilangan arah dan meminta bantuan kepada salah seorang ibu yang baru keluar dari gereja berjalan kaki, lalu kami bertanya di mana kira-kira posisi alamat juru kunci masjid tersebut? Si ibu itu dengan sangat akurat menerangkannya bahkan ketika kami terlihat kebingungan, dia bersedia ikut mengantarkan ke rumah juru kunci masjid. Ternyata berita yang saya dengar mengenai kebencian Portugis terhadap umat muslim tidak saya temukan di sana, karena ketika baru tiba di Portugal tujuan saya pertama-tama menemukan masjid untuk mendapatkan jadwal puasa.

Melalui internet terlacak ada 4 masjid di kota Porto dan saya mendatangi keempatnya yaitu Sala de Culto A Ver o Mar, Mesquiata Sanguedo, Sala de Culto Porto (Lugar Da Batalha), Lugar de Culto Islamico do Pirto yang dikelola oleh umat Muslim bangsa Maroko. Dan, yang lebih menakjubkan adalah masjid di kota Lisbon yang sudah berusia 100 tahun didirikan oleh umat Muslim bangsa Turki. Dahulunya masjid yang berada di pusat ibukota Portugal ini hanya muat untuk 500 jamaah, namun setelah di renovasi oleh pemerintah pada tahun 1991, kini dapat menampung 6000 jemaah. Ini menunjukkan bahwa toleransi beragama di negara ini sangat baik. Alangkah indahnya hidup ini jika saling menghargai antar sesama.

Dalam keluarga tradisional Portugis ikatan silaturahim antara orangtua dan anak sangat kuat, tradisi kumpul bersama satu kali seminggu wajib dilaksanakan dan saat itulah sang ayah memasak makanan favorit untuk anak dan cucunya. Dalam mendidik anak maupun segala sesuatu yang berkaitan dengan rumah, kekuasaan berada di tangan ibu walaupun sang ibu bekerja, tapi mereka sangat bertanggung jawab melaksanakan perannya di dalam keluarga tak beda jauh dengan keluarga di Indonesia.

Seni Budaya Portugis memang mempengaruhi bangsa Melayu, terlihat dari gerak tari tradisionalnya (Folklore) dan irama musik tari yang dinamis, dapat kita lihat dari tarian Serampang XII yang iramanya tari lagu dua. Namun kecepatannya (2/4) digandakan, gerakan kaki yang melompat-lompat dan lenggok badan serta tangan yang lincah persis seperti tarian Portugis. Sebagai seorang penari tentu saya takjub dengan adanya kaitan budaya antara kedua negara ini, dan sebagai puteri Melayu Serdang, dalam khayalan saya bayangkan ketika guru Sauti menari di hadapan Sultan Sulaiman di Istana Kota Galuh Perbaungan (kini Kabupaten Serdang Bedagai-red). Sungguh betapa cerdas beliau dengan imajinasinya menggabungkan gerak tari Portugis dan Melayu Serdang, sehingga tercipta tari Serampang XII yang terkenal di seluruh dunia itu.

Tari tradisional Portugis selalu digelar pada carnaval budaya Viana do Castelo ataupun di lokasi khusus turis yang dibuka 2 kali seminggu. Bukan hanya tari dan musik saja mempunyai kesamaan namun ada juga beberapa kosa kata. Contohnya; sekolah, sepatu, garasi, jendela, dan lainnya. Para wanita Portugis (Senhora da Agonia) terkenal mahir menyulam dan semua pakaian tari mereka bersulam beraneka warna baik penari wanita maupun pria. Sulaman tangan yang halus ini selain untuk baju ada juga berupa selimut, taplak meja, saputangan dan lainnya yang harganya mencapai 500 Euro.

Tak dapat kita bayangkan, negara kecil bernama Portugal yang mempunyai sebuah ikon "The Cock of Barcelos" ini sangat gagah perkasa mengarungi samudera dan dapat pula menaklukkan negara yang lebih luas dari negaranya sendiri yang kemudian menjadi jajahannnya hingga ratusan tahun. Kisah mengenai Portugis ini belum pula tuntas sampai saya kembali ke Medan. Baru empat hari beristirahat, saya diutus oleh Ayahnda Tuanku Luckman Sinar Basjarshah II –Pemangku Adat Kesultanan Serdang- untuk mewakili beliau membacakan makalah dalam acara seminar: "Sejarah Perjuangan Raja Narasinga Melawan Kolonialisme Portugis di Indragiri-Riau-Indonesia (1473-1508)", yang diadakan di kota Rengat.

Diskusi mengenai topik dalam seminar ini seiring dengan kisah saya selama di Portugal dan rasa takjub lainnya yang saya jumpai ketika melawat ke makam Raja Narasinga II di Kota Lama Rengat. Baru kali ini saya jumpai makam seorang Raja berdampingan dengan makam seorang serdadu Portugis, dan terletak di dalam satu area berpagar tembok yang hanya berisi 7 nisan saja. Masih di kompleks makam Raja-Raja Indragiri yang luas ini, saya juga mengunjungi makam leluhur saya Sultan Serdang I Tuanku Umar Johan Pahlawan yang ikut membantu Raja Narasinga Inderagiri dalam perang melawan Portugis di Rengat.

Makam Sultan Serdang I ditempatkan khusus berpagar tembok berwarna kuning. Ternyata darah patriot generasi Kesultanan Serdang terbukti dengan nyata terutama yang paling menonjol adalah Sultan Serdang I ikut berjuang melawan penjajahan Portugis, Sultan Serdang V sangat anti Belanda. Sedangkan Sultan Serdang VIII yaitu Tuanku Luckman Sinar Basjarshah II, hingga kini tetap berjuang melestarikan adat budaya Melayu dan sudah puluhan tahun tercatat sebagai anggota National Geographic Society sebagai sejarahwan yang selama 40 tahun mengadakan penelitian memperoleh pengakuan dunia. Inilah sekelumit catatan putri bungsu kali ini.
__________

Tengku Mira Sinar, adalah seorang sarjana dari akademi bahasa asing, merupakan putri Tengku Luckman Sinar Basarsyah II. Ia aktif dalam Malay Young Generation Movement (GAMI), sebagai Deputi Seni dan Budaya .

Sumber : www.waspada.co.id