keraton sumenep Dan Peninggalannya


Gambaran umum orang Madura yang keras dan kasar, tidaklah seluruhnya benar. Bila Anda melakukan perjalanan ke ujung timur Pulau Madura, tepatnya di Kabupaten Sumenep, wajar jika tidak percaya kalau sedang berada di Pulau Madura.

Orang Sumenep terkenal sopan dan tutur katanya lembut. Gambaran orang Sumenep yang berbeda dengan gambaran orang luar terhadap masyarakat Madura pada umumnya ini, erat kaitannya dengan posisinya yang pernah menjadi pusat pemerintahan dan kebudayaan Madura pada zaman kerajaan pada abad XVIII sampai awal abad XX.Dari asal-usulnya, kaum ningrat Sumenep merupakan keturunan Jawa. Raden Tumenggung Kanduruan yang mulai memerintah Kerajaan Sumenep pada tahun 1599, adalah putra Raden Patah dari Kerajaan Demak. Sejak saat itu, Kerajaan Sumenep dipimpin oleh keturunan Raden Tumenggung Kanduruan hingga wafatnya Raja Sumenep yang terakhir pada tahun 1929, Raden Tumenggung Prabuwinoto.

Kalau boleh dibandingkan, Sumenep bagi orang Madura sama dengan Yogyakarta (Jogja) bagi Orang Jawa. Sumenep juga mempunyai sejumlah objek wisata yang serupa dan semenarik Jogja.

Andalan wisata sejarah Kabupaten Sumenep adalah Keraton Sumenep. Keraton ini selesai dibangun tahun 1762 pada zaman pemerintahan Panembahan Sumolo. Keraton yang terletak di belakang rumah dinas bupati saat ini, mempunyai arsitektur yang merupakan perpaduan antara arsitektur Islam, Cina, dan Eropa. Hal itu membuktikan bahwa Sumenep pada zaman itu merupakan kota dengan penduduk yang heterogen.

Berbeda dengan keraton-keraton yang ada di Jawa, seperti Kasultanan dan Pakualaman di Jogja, Kasunanan dan Mangkunegaran di Solo, atau Kasepuhan dan Kanoman di Cirebon, Keraton Sumenep tidak lagi menjadi tempat tinggal raja atau keturunan raja.

Pendopo Agung Keraton Sumenep hanya dipakai sebagai tempat dilangsungkannya acara-acara kabupaten, seperti penyambutan tamu negara, serah terima jabatan kepala pemerintahan, serta acara kenegaraan lainnya.

Di sebelah kiri Pendopo Agung, terdapat Taman Sare, yaitu tempat pemandian putri dan istri-istri raja. Meski airnya sudah tidak jernih lagi, namun pemandian ini masih terlihat indah dan asri.

Taman Sare mempunyai tiga tangga, masing-masing mempunyai mata air. Ketiga tangga yang menuju kolam tersebut, dipercaya masyarakat Sumenep mempunyai kekuatan tersendiri.

Orang atau pengunjung yang mandi di tangga pertama, dipercaya akan awet mudah dan mudah mendapat jodoh. Bagi yang mandi di tangga kedua, diyakini pekerjaan atau usahanya akan sukses. Sebagai pelengkap, tangga ketiga diyakini akan menambah kekuatan iman seseorang.

Berdampingan dengan Taman Sare, hanya dibatasi tembok yang tingginya sekitar dua meter, terdapat Labang Mesem (pintu tersenyum). Dinamakan Labang Mesem karena di pintu bertingkat yang lebih menyerupai pos penjagaan ini merupakan tempat raja melihat permaisuri yang sedang mandi di Taman Sare. Karena senang dengan keindahan pemandangan yang ada di Taman Sare, Sang Raja tersenyum kegirangan.

Ramuan Madura
Masih di sekitar keraton, terdapat museum. Museum ini terbagi menjadi tiga bagian, satu di luar keraton dan dua lainnya berada di dalam kompleks keraton. Bagian pertama yang hanya dipisahkan jalan umum selebar 15 meter dengan keraton, terdapat koleksi kereta kencana Kerajaan Sumenep serta kereta pemberian Ratu Inggris pada zaman Raja Sultan Abdurrahman Pakunataningrat. Raja Sultan Abdurrahman yang merupakan putra dari Panembahan Sumolo, selain sastrawan, juga dikenal karena kemampuannya menguasai bahasa, di antaranya Inggris, Belanda, Arab, Sansekerta, dan Jawa Kuno.

Bagian kedua dan ketiga, terdapat di dalam kompleks keraton. Di bagian ini, terdapat koleksi alat-alat upacara mitoni, acara tujuh bulan kehamilan keluarga raja, senjata-senjata kuno seperti keris, clurit, pistol, pedang, bahkan semacam samurai dan baju besi untuk perang. Yang menarik, pada bagian yang menyimpan tentang alat-alat meracik jamu ramuan Madura, pengunjung museum juga bisa membeli jamu ramuan Madura kepada pemanduyang menyertai pengunjung sejak berada di museum luar.

Menurut Hasan (40), pemandu wisata, kegiatan meracik jamu Madura dengan menggunakan alat-alat seperti yang ada di museum, sampai sekarang masih dilakukan. Meski tidak banyak yang melakukan, tradisi peninggalan leluhur itu, sampai kini masih tetap dijaga kelestariannya.

Museum dalam juga menyimpan koleksi-koleksi, seperti Al Qur’an yang ditulis Sultan Abdurrahman, guci dan keramik dari Cina, sampai fosil tulang ikan paus yang terdampar di perairan Sumenep pada tahun 1977.

Tidak jauh dari keraton, terdapat Mesjid Agung Sumenep yang tidak kalah indah dengan keraton. Mesjid yang dulu dikenal dengan nama Mesjid Jamik ini, arsitekturnya juga perpaduan antara Islam, Cina, dan Eropa. Tak mengherankan bila arsitektur Mesjid Agung sama dengan Keraton Sumenep karena mesjid ini juga dibangun pada masa pemerintahan Panembahan Sumolo pada tahun 1763.

Di beberapa bagian mesjid, dapat dijumpai ukir-ukiran dan kaligrafi. Karena begitu luasnya, tak jarang Mesjid Agung dijadikan tempat menginap bagi wisatawan luar kota.

Ziarah
Untuk wisata ziarah,sekitar 2,5 km arah barat laut pusat Kota Sumenep, terdapat kompleks makam raja Sumenep dan keturunannya yang disebut Asta Tinggi. Kompleks makam ini sangat menonjol karena gapuranya yang tinggi, masih dengan arsitektur campuran Islam, Cina, dan Eropa, tampak begitu indah.Letaknya yang menjulang di atas sebuah bukit, mengingatkan kita dengan objek wisata di Paris, Montmartre dengan basilikanya.

Asta Tinggi dikelilingi pagar tembok dari batu kapur yang tersusun rapi tanpa perekat, baik itu campuran semen dan pasir maupun pasir dan kapur. Di dalam Asta Tinggi terdapat cungkup atau kubah mirip sebuah mesjid yang dihiasi ukir-ukiran kayu tradisional Sumenep.

Selain Asta Tinggi, Sumenep juga mempunyai makam orang-orang penting seperti makam penyebar agama Islam Sayyid Yusuf, di Pulau Poteran, Asta Buju’ Panaongan, Asta Katandur serta makam raja-raja lainnya, seperti Asta Jokotole, Asta Belinge dan Asta Adipoday yang lokasinya tersebar di seluruh wilayah kabupaten.

Seperti umumnya kabupaten-kabupaten di Pulau Madura lainnya, di Sumenep juga terdapat Karapan Sapi.Lomba adu cepat sapi ini diperkenalkan oleh seorang penyebar agama Islam, Syech Achmad Baidawi.

Sambil menyebarkan agama Islam, beliau juga mengajarkan bagaimana caranya mengolah sawah atau lahan pertanian dengan menggunakan bantuan tenaga dua ekor sapi yang dipasangi perangkat dari bambu.Rangkaian pekerjaan menggarap sawah inilah yang kemudian menjadi cikal bakal Karapan Sapi. Karapan Sapi berskala nasional biasanya diadakan bulan Oktober di Lapangan Serbaguna Giling Sumenep

Kasur Pasir
Kalau Jogja mempunyai Pantai Parangtritis, Pantai Baron, dan Pantai Samas, Sumenep mempunyai pantai yang tak kalah indah, Pantai Slopeng dan Pantai Lombang. Kedua pantai tersebut terletak di bagian utara, menghadap Laut Jawa. Posisi itu menjadikan Slopeng dan Lombang tempat yang tepat untuk menyaksikan indahnya Sang Surya terbit di ufuk timur.

Pantai Slopeng terletak sekitar 21 km arah utara Sumenep. Lokasinya mudah dijangkau karena terletak di jalur utama pantai utara Pulau Madura. Selain keindahan perbukitan pasir putih yang membentang sepanjang pantai, Slopeng juga bisa dimanfaatkan untuk kegiatan olahraga seperti perahu layar dan selancar angin.

Pantai Lombang terletak sekitar 30 km timur laut Sumenep, tepatnya di Kecamatan Batang-Batang. Pantai ini selain terkenal pasir putihnya yang terhampar sepanjang 12 km, juga karena ditumbuhi pohon langka, Cemara Udang. Cemara yang di sepanjang jalan menuju pantai banyak dibonsai untuk oleh-oleh ini, di dunia hanya tumbuh di Cina dan di Pantai Lombang.

Masih di Kecamatan Batang-Batang, terdapat objek wisata yang sangat unik, rumah berkasur pasir. Masyarakat yang berada di Desa Legung Timur dan Legung Barat mempunyai kebiasaan tidur di atas pasir. Mereka percaya, kasur pasir dapat memberi kesejukan pada musim panas dan memberi kehangatan pada musim penghujan. Selain itu, dengan tidur di atas kasur pasir, masyarakat setempat yakin bakal terlindung dari penyakit dan kebal terhadap praktik ilmu hitam seperti santet.

Selain kedua pantai ini, Kabupaten Sumenep yang wilayahnya meliputi gugusan Kepulauan Kangean, juga mempunyai objek wisata taman laut yang tidak kalah dengan Bunaken Di Manado Sulawesi Utara dan Takabonerate Sulawesi Selatan, yaitu Taman Laut Pulau Mamburit.Meski terletak di Kabupaten Sumenep, taman laut ini sebenarnya juga bisa dijangkau dari Probolinggo dan Situbondo di Pulau Jawa.Sayang, tak ada sarana transportasi (kapal) dari Pulau Jawa untuk menjangkau Taman Laut Pulau Mamburit.

Pulau Kangean juga memiliki ayam bekisar, ayam hasil persilangan antara ayam betina jenis buras dan ayam hutan jantan yang dijadikan Maskot Pariwisata Provinsi Jawa Timur untuk jenis fauna. Keistimewaan ayam bekisar terletak pada kokok merdu dan keindahan bulunya.

Pembuatan Garam
Tak lengkap rasanya kalau mengunjungi Madura yang juga dikenal dengan Pulau Garam ini, tanpa mengunjungi sentra pembuatan garam di Desa Karanganyar, Kalianget. Meski garam sangat akrab dengan kehidupan kita, tidak banyak rasanya di antara kita yang tahu proses pembuatan garam.

Pembuatan garam dimulai dengan pemetakan tanah, kemudian diisi air laut dengan kadar garam rendah. Setelah beberapa hari didiamkan, air laut dari beberapa petak digabungkan sampai mencapai kadar garam 21 persen. Setelah itu, air tersebut didiamkan sampai terbentuk kristal-kristal garam yang siap dipanen.

Setelah dipanen, garam yang terkumpul membentuk bukit-bukit garam berwarna putih. Sungguh, sebuah pemandangan yang sangat indah di tengah teriknya sinar matahari ditambak-tambak garam. Setelah terkumpul, garam kemudian di bawa ke pabrik untuk iodiumisasi.

Masapembuatan garam biasanya pada musim kemarau antara Mei sampai November. Karena itu, tidak mungkin bagi wisatawan untuk bisa mengetahui proses pembuatan garam sepanjang tahun. Tak ada salahnya, Pemkab Sumenep atau PT Garam yang mempunyai kantor di Kalianget, membuat miniatur proses pembuatan garam.

Batik Madura
Sumenep juga punya industri batik. Desa Pakandaran, Kecamatan Bluto merupakan sentra industri batik dengan proses pembuatan, teknik, dan motif yang khas Madura. Ciri batik Madura terletak warnanya yang tegas, dengan dominasi warna merah, hijau, atau hitam.

Desa Pakandaran tidak sulit dijangkau. Desa ini hanya masuk 500 meter dari jalan raya Pamekasan-Sumenep. Namun sayang, meski dikenal sebagai sentra industri batik, warga Desa Pakandaran banyak yang mengurangi kegiatan membatiknya dan beralih memanen tembakau saat musim panen tiba.

Mungkin aneh jika di Sumenep ada pusat pembuatan keris, karena senjata khas orang Madura yang sudah dikenal kalangan luas adalah clurit. Namun, jika kita kembali ke awal tulisan ini bahwa raja-raja Sumenep adalah keturunan Jawa, keanehan itu tak perlu terjadi. Pusat kerajinan keris ini terdapat di Desa Aeng Tongtong, Kecamatan Saronggi.

Meski Sumenep bekas kerajaan yang juga menjadi pusat kebudayaan Madura, namun kesenian rakyat seperti topeng dalang juga tumbuh subur walau jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Dalam pementasannya, pemain seni tradisional topeng dalang yang memainkan kisah-kisah pewayangan, menggunakan topengyang banyak dibikin di Desa Slopeng, Kecamatan Dasuk dan Desa Karduluk Kecamatan Pragaan.

Kalau mau ditulis semua, masih banyak objek-objek wisata menarik lainnya yang ada di Sumenep. Dari sini saja, sudah jelas bahwa Sumenep mempunyai potensi wisata yang sangat besar. Sumenep bisa menjadi kota tujuan utama wisata di Madura, sama halnya dengan Jogja di Pulau Jawa. Hanya saja, potensi wisata yang menakjubkan itu, tidak diimbangi dengan sarana dan prasarana yang memadai.

Sumber : http://www.potlot-adventure.com