Golok Ciomas


Golok Ciomas merupakan salah satu dengan senjata khas dari Banten, khususnya di daerah Ciomas. Golok ini sangat terkenal karena ketajamannya dan mistis yang terkandung didalamnya. Pada jaman penjajahan para jawara menggunakan golok ini untuk mengusir dari daerahnya. Golok ini tidak bisa dimiliki oleh sembarang orang, karena dalam pembuatannya tidak sembarangan.

Golok ciomas hanya dibuat pada bulan Mulud, yaitu bulan kel;ahiran Nabi Muhammad SAW sebagai Rosul Allah. Pembuatan golok ini tidak seperti pembuatan golok biasa harus melewati tahapan ritual dan penempaan besi oleh godam yang diberi nama Si Denok.

Palu besar ini dinyakini sebagai warisan dari Ki Cengkuk, lelehur yang pertama kali membuat golok ciomas pada jaman kerajaan Islam Banten. Si Denok merupakan hadiah dari Sultan Banten kepada Ki Cengkuk yang telah berhasil menyembuhkan penyakit anak Sultan yang menagis sepanjang hari.

Godam Si Denok kini berada di Ki Jamsari (85), petani di Kampung Hallo, desa Lebak kecamatan Ciomas, Kabupaten Serang. Sedangkan ritual pembuatan golok diwariskan kepada Ki Muhaimin, Pimpinam Pondok Pesantren Sanaabilil Huda, Ciomas. Keduanya adalah Keturunan Ki Cengkuk.

“Tak sembarangan orang kuat menanggung ritual pembuatan golok ini,tidak bisa juga setiap orang kuat diinapai oleh godam Si Denok,” kata Ki Muhaimin.

Golok Ciomas terkenal karena keseimbangan bentuk,ketajaman dan kehalusan penenpaan dan tanpa hiasan huruf – huruf arab yang biasanya mewarnai senjata tajam keramat, Di luar bentuk fisiknya, Golok Ciomas terkenal dengan kekuatan mistis dan racun yang terkandung dalam besi inti. Dalam prosesnya, besi inti ini dicampur dengan besi biasa yang mudah bisa kita dapatkan dipasaran.

Golok ini tidak boleh digunakan keperluan sehari – hariseperti memotong dan menebang tanaman, memotong hewan atau keperluan dapur. Sebab di yakini, racun dalam golok akan menyebar dan akan menyebabkan kematian. Bahkan kekuatan mistisnya diyakini dapat mengsengsarakan keluarga yang menyalahgunakan golok ini.

Pertunjukan debus di Banten seperti atraksi memotong lidah, tangan, kaki atau membacok anggota tubuhnya banyak yang menggunakan golok ini sebagai tolok ukur.jika golok jenis ini tidak mempan di tubuh orang maka hampir bisa dipastikan kekebalan serupa akan terjadi seandainya dihantam dengan golok lain.

Jenis golok Ciomas
Dari bentuk fisik dan batang golok, ada 4 jenis utama golok Ciomas, yaitu Candung, Mamancangan, Kembang Kacang, Salam Nunggal, dan Malapah Gedang.

Ki Muhaimin mengatakan, syarat utama pembuatan golok ini adalah:
pembuatan harus Tgl 1 – 12 Mulud atau Rabiul Awal Hijriah, tahun Islam.
Harus di tempa/ diulas oleh Godam Si Denok

Dia menambahkan ditempa atau diulas sangat tergantung mahar (pembayaran)si pembuat golok kepada pewaris Si Denok. Pengaruh mistis terhadap golok ditempa dengan diulasjuga berbeda, lebih kuat yang ditempa dibaningkan dengan diulas.

Syarat utama adalah besi inti yang diperoleh dari bahan yang terbenam di Ciomas dan Pondok Kahuru dan Air Babakan Ciomas.

Besi inti diperoleh melaui ritual puasa, wiridan dan tawasulan sebelum Bulan Mulud. Petunjuk adanya besi inti ini di suatu daerahdiwujudkan dalambentuk cahaya atau impian tertentu, setelah besi inti diperoleh, besi itu di campur dengan besi biasa dan dibentuk oleh GodamSi Denok di Pande besi sejak tgl 1 Mulud.

Tanggal 11 malam, menjelang 12 Mulud, godam Si Denok dibawa ke Pande.

Ki muhaimin mengadakan ritual, palinhg sedikit ritual ini di adakan oleh 3 orang,satu diantanya keturunan K I Cengkuk. Tgl 12 Mulud , Si Denok digunakan untuk menempa golok Ciomas.

“ Angka 12 itu berarti syarat yang harus dimiliki pepegang golok Ciomas. Yaitu 6 syarat fisik seperti Bersuci, Sholat, Zakat, Puasa Berhaji dan Fi sabilillah. Dan, syarat bathin Tawakal, Tafwidz (hati hati), taubat, Khauf (takutpada Allah, Ridho dan Ikhlas serta Zuhud (rendah hati),” Kata Ki Muhaimin.

Terakhir, menyimpan golok dalam bumbungan yang berisi ramuan selama 40 hari yang isi ramuanya dirahasiakan, karena mengandung racun yang mematikan.

Bid’ah
Dalam kekinian, Pewaris Ki Cengkuk melakukan hal baru (bid’ah), mensertifikasi golok diulas atau golok ditempa Si Denok.Maharntya jika satu genjreng, (tempaan) satu ringgit, kini diganti nilainya Rp 50.000 per tempaan, jika diukas, hanya seperempat harga satu tempaan. Langkah ini digunakan untuk mempertahankan tradisi pembuatan golok, dan untuk menghindari dari sifat komersil, istilah tariff diganti dengan mahar.

Sumber : http://arienugraha.wordpress.com
Photo : http://lh4.ggpht.com