Pendahuluan
Latar Belakang
Daerah Bandung secara geologis sudah dikenal sejak ahli-ahli Geologi dan Pertambangan Belanda datang ke
Catatan semakin panjang dengan ketertarikan banyak orang eropa setelah ditemukannya juga peninggalan-peninggalan arkeologisnya, terutama di perbukitan Dago, Bandung Utara. Bermula dari temuan A.C. de Jongh (kepala Geologi dan Pertambangan Hindia Belanda) di Dago Pakar, berlanjut dengan kedatangan paleontolog Jerman G.H.R. von Koegniswald yang berhasil mengoleksi alat dan serpih bau obsidian, hingga geolog Swiss V. Rothpletz yang melanjutkan kerja Koegniswald. Bahkan jauh sebelumnya seorang pengusaha perkebunan, penjelajah yang naturalis Jerman Junghun banak mencatat kondisi alam
Kondisi alam Bandung rupanya selalu menarik untuk diamati dan diteliti setelah Indonesia merdeka, penyelidikan Geologi dan alam Bandung meneruskan pendahulu-pendahulu Belanda dan Eropa R.P. Soejono seorang arkeolog Indonesia senior meneruskan kerja Koegniswald dan Rothpletz sehingga tersusunlah sebuah kerangka waktu budaya prasejarah manusia Bandung.
T. Bachtiar dan Dewi Syafriani, keduanya adalah geografer, yang mempunyai perhatian yang besar terhadap bentukan alam di
Ruang Lingkup
Dalam karya tulis ini yan menjadi pokok pengkajian yaitu tentang asal usul nama suatu tempat.
Tujuan
Tujuan penulisan karya tulis ini adalah untukmengetahui lebih dalam tentang sejarah suatu tempat, meningkatkan pemahaman tentang sejarah suatu tempat dan dapat menganalisa peristiwa sejarah suatu tempat.
Metode Penelitian
| Observasi | : | Pengamatan; peninjauan secara cermat |
- | Wawancara | : | Tanya jawab dengan seseorang yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal. |
Manfaat Penelitian
Untuk mengetahui dan memahami tentang sejarah suatu tempat, meningkatkan pemahaman tentang sejarah suatu tempat dan dapat menganalisa peristiwa sejarah suatu tempat sehingga kita merasa memiliki kedekatan dengan sejarah khususnya sejarah dan tempat bersejarah di sekitar kita.
Pembahasan
Landasan Teori
Pengertian Sejarah
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia yang ditulis oleh W.J.S. Poerwadarminta menyebutkan bahwa sejarah mengandung tiga pengertian:
Sejarah berarti silsilah atau asal usul
Sejarah berarti kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau
Sejarah berarti ilmu, pengetahuan, cerita, pelajaran tentang kejadian atau peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau.
Sedangkan menurut Moh. Ali dalambuku “Pengantar Ilmu Sejarah
Sejarah berarti jumlah perubahan-perubahan, kejadian atau peristiwa dalam kenyataan di sekitar kita.
Sejarah berarti cerita tentang perubahan-perubahan, kejadian atau peristiwa dalam kenyataan di sekitar kita.
Sejarah berarti imu yang bertugas menyelidiki perubahan-perubahan kejadian dan peristiwa dalam kenyataan di sekitar kita.
Sedangkan berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, sejarah merupakan “kejadian dan paristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau”
Peninggalan Sejarah di Dago Pakar
Nenek moyang orang Sunda telah menghuni dataran tinggi sejak 2 juta tahun silam. Salah satu tempat mereka bermukim adalah areal di masa kini berdiri SD Inpres dan Bukit Kordon Ciburial (Dago Pakar). Memang hal tersebut sulit dibayangkan, tetapi begitulah adanya menurut penelusuran ilmiah.
Menurut penelitian, daerah-daerah di Bandung Utara hingga timur laut kaya akan tinggalan prasejarah, khususnya artefak. Keberadaan situs itu (khususnya di Bukit Kordon) pertama kali diketahui pada permulaan Abad XX oleh Dinas Pertambangan Pemerintah Hindia Belanda. Sementara itu, sudi dan publikasi pertama dilakukan Von Keogniswald (1935) melalui Tijdschrift voor Indische Taal, and Volkenkunde, dan kemudian dilanjutkan oleh seorang birokrat asal Swiss, Rothpletz (1951) melalui Sudsee Studien,
R.P. Koesoemadinata menyatakan bahwa sepanjang bentangan utara-timur laut
R.P. Koesoemadinata pun menyatakan, berdasarkan penelitian mutakhir yang dilakukan Dam (1994) dan Sunardi (1996), diketahui bahwa permulaan “permukiman purba” di bentangan utara-timur laut itu terjadi setelah terbentuknya Gunung Sunda Purba, yakni kira-kira 1,2 juta tahun yang lalu. Itu pun sebelum terjadinya “paroxisma” ledakan Gunung Tangkuban Parahu sekitar 50.000 tahun lalu yang mengubur utara-barat laut
Alasan Penamaan Dago Pakar
Ditemukannya berbagai jenis batu obsidian di daerah Dago Pakar pada zaman penjajahan Jepang arkeolog Swiss Dr.W. Rothpletz mengadakan penelitian di sekitar Pakar. Ia menemukan banyak artefak yang membuktikan adanya kehidupan manusia purba di daerah itu. Untuk menandainya maka dibuat sebuah tugu triangulasi yang kemudian disebut Pilar Kadaster KQ 380.
Maka tidak mengherankan kalau lantas daerah tersebut disebut Dago Pakar. Nama Pakar diduga berasal dari kata “pakarangan” yang berarti perkakas, menurut Dr. W. Rothpletz daerah Dago Pakar merupakan bengkel dan secara keilmuan merupakan daerah permukiman. Sedangkan menurut T. Bachtiar nama “Dago” berasal dari tempat mengaso manusia zaman dahulu, setelah menuruni lereng dataran tinggi sebelum mencapai tepi danau.
Uraian Berdasarkan Judul
Judul penulisan karya ilmiah ini adalah Saatnya Kita Kenali Gua Pakar artinya sudah saatnya kita mengetahui banyak asal usul penamaan suatu tempat, sejarah dan kisah suatu tempat.
Isi
Menurut hasil wawancara dan hasil observasi ke Taman Hutan Ir. H. Juanda atau yang lebih dikenal dengan sebutan Dago Pakar, di sana sangat terlihat kondisi alam yang kurang terawat sehingga wajar saja jika benda-benda bersejarah yang ada di sana lebih cepat musnah. Selain itu, kurangnya pemahaman penduduk sekitar akan pentingnya melestarikan sejarah yang ada di sekitarnya.
Saat penulis bertanya tentang asal mula penamaan Dago Pakar kepada penduduk sekitar banyak dari mereka yang kurang mengetahuinya. Yang mereka ketahui hanyalah di
Nuansa rimba pun masih sangat terasa di
Kurangnya kerjasama antara pihak pemerintah dan penduduk sekitar mengakibatkan tidak terjalinnya kerjasama yang begitu baik.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Daerah Bandung secara geologis sudah dikenal sejak ahli-ahli geologi dan pertambangan Belanda datang ke
R.P. Koesoemadinata menyatakan bahwa sepanjang bentangan utara-timur laut Bandung itu, terdapat situs-situs yang berasal dari zaman Mikrolitikum, zaman Neolitikum, zaman perunggu, zaman besi, bahkan peninggalan abad ke-11 hingga 18. Rothpletz merinci setidaknya terdapat 30 situs di speanjang daerah tersebut.
R.P.Koesoemadinata pun menyatakan berdasarkan penelitian mutakhir yang dilakukan Dam (1994) dan Sunardi (1996) diketahui bahwa permulaan “permukiman purba” di bentangan utara-timur laut itu terjadi setelah terbentuknya Gunung Sunda Purba, yakni kira-kira 1,2 juta tahun alu. Itupun sebelum terjadi “Paroxisma” ledakan Gunung Tangkuban Parahu sekitar 50.000 tahun lalu yangmengubur utara-barat laut Bandung.Daerah Timur laut luput dari bencana tersebut karena memang berupa dataran tinggi. Dengan demikian, situs-situs dapat ditemukan.
Menurut Rothpletz Dago Pakar merupakan salah satu lokasi yang kaya akan jumlah dan jenis artefak. Tak hanya berasal dari satu masa, jenis-jenis artefak di Bukit Kordon dapat mengungkapkan prasejarah
Selain itu di
Saran
Alangkah lebih baik jika pemerintah dan para arkeolog lebih melindungi dan melestarikan lokasi-lokasi bersejarah agar tidak ada lagi perusakan dan pemusnahan lokasi-lokasi bersejarah. Selain itu, pemerintah dan arkeolog sebaiknya lebih terbuka dalam mengungkap sejarah serta lebih melibatkan penduduk sekitar di dalamnya karena bagaimana pun juga kalau bukan kita siapa lagi yang akan merawat sejarah nusantara.
Daftar Pustaka
Ali, Moh. Penganar Ilmu Sejarah
Bachtiar, T. dan Dewi Syafriani (2004),
Brahmantyo, Budi, Menghuni Dataran Tinggi Bandung Sejak 2 Juta Tahun Silam Moyang Ki Sunda Bermukim di Dago Pakar.
Depdikbud (1991), Kamus Besar Bahasa
Poerwadarminta, W.J.S. (1991), Kamus Besar Bahasa
Roby (2005, 27 September), Awalnya Sebuah Danau, Pikiran Rakyat: Halaman 17.
Internet.
Sumber Lainnya
Photo :http://1.bp.blogspot.com
____________
Sumber :
Makalah disampaikan pada “Lomba dan Diskusi Penulisan Sejarah Lokal” yang diselenggarakan oleh Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung