Saatnya Kita Kenali Gua Pakar

Oleh Ginna Desiana

Pendahuluan

Latar Belakang
Daerah Bandung secara geologis sudah dikenal sejak ahli-ahli Geologi dan Pertambangan Belanda datang ke Bandung pada awal abad ke-20. R.W van Bemmelen melukiskan kekagumannya terhadap geolog Bandung dalam sebuah makalah yang diterbitkan oleh kelompok orang Belanda Pecinta Bandung “Bandung Vooruit”. Tidak kalah luar biasanya adalah guru besar pendiri Departemen Geologi ITB, Profesor Klompe yang saking cintanya akan geologi Bandung, ketika menemui ajalnya di Thailand berwasiat agar abu jenazahnya ditaburkan di kawah Ratu Gunung Tangkuban Perahu dan aliran Citarum.

Catatan semakin panjang dengan ketertarikan banyak orang eropa setelah ditemukannya juga peninggalan-peninggalan arkeologisnya, terutama di perbukitan Dago, Bandung Utara. Bermula dari temuan A.C. de Jongh (kepala Geologi dan Pertambangan Hindia Belanda) di Dago Pakar, berlanjut dengan kedatangan paleontolog Jerman G.H.R. von Koegniswald yang berhasil mengoleksi alat dan serpih bau obsidian, hingga geolog Swiss V. Rothpletz yang melanjutkan kerja Koegniswald. Bahkan jauh sebelumnya seorang pengusaha perkebunan, penjelajah yang naturalis Jerman Junghun banak mencatat kondisi alam Bandung dengan sketsa-sketsanya yang menarik.

Kondisi alam Bandung rupanya selalu menarik untuk diamati dan diteliti setelah Indonesia merdeka, penyelidikan Geologi dan alam Bandung meneruskan pendahulu-pendahulu Belanda dan Eropa R.P. Soejono seorang arkeolog Indonesia senior meneruskan kerja Koegniswald dan Rothpletz sehingga tersusunlah sebuah kerangka waktu budaya prasejarah manusia Bandung.

T. Bachtiar dan Dewi Syafriani, keduanya adalah geografer, yang mempunyai perhatian yang besar terhadap bentukan alam di Bandung dan sekitarnya, sangat mengkhawatirkan akan kelestariannya. Kekhawatirannya akan rusaknya situs-situs prasejarah seperti yang terjadi pada situs Dago Pakar Tugu triangulasi KQ-380 menarik perhatiahn khusus bagi masyarakat yang peduli akan alam Bandung. Apalagi sekarang ini telah diketahui tersingkapnya kerangka meringkuk manusia Pawon yang menjadikan Gua Pawon sebagai yang pertama dan satu-satunya hingga saat ini di Jawa Barat dan Banten sebagai situs gua hunian prasejarah. Situs gua Pawon yang dikelilingi bukit-bukit batu gamping atau batu kapur yang digempur backhoe dan dinamit memancarkan gelombang kekhawatiran baru bahwa situs ini pun akan bernasib sama seperti Dago Pakar. Selain itu, Bandung merupakan lahan komoditas tambang golongan C.

Ruang Lingkup
Dalam karya tulis ini yan menjadi pokok pengkajian yaitu tentang asal usul nama suatu tempat.

Tujuan
Tujuan penulisan karya tulis ini adalah untukmengetahui lebih dalam tentang sejarah suatu tempat, meningkatkan pemahaman tentang sejarah suatu tempat dan dapat menganalisa peristiwa sejarah suatu tempat.

Metode Penelitian


Observasi

:

Pengamatan; peninjauan secara cermat

-

Wawancara

:

Tanya jawab dengan seseorang yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal.

Manfaat Penelitian
Untuk mengetahui dan memahami tentang sejarah suatu tempat, meningkatkan pemahaman tentang sejarah suatu tempat dan dapat menganalisa peristiwa sejarah suatu tempat sehingga kita merasa memiliki kedekatan dengan sejarah khususnya sejarah dan tempat bersejarah di sekitar kita.

Pembahasan
Landasan Teori
Pengertian Sejarah

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia yang ditulis oleh W.J.S. Poerwadarminta menyebutkan bahwa sejarah mengandung tiga pengertian:

Sejarah berarti silsilah atau asal usul

Sejarah berarti kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau

Sejarah berarti ilmu, pengetahuan, cerita, pelajaran tentang kejadian atau peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau.

Sedangkan menurut Moh. Ali dalambuku “Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia” mempertegas pengertian sejarah:

Sejarah berarti jumlah perubahan-perubahan, kejadian atau peristiwa dalam kenyataan di sekitar kita.

Sejarah berarti cerita tentang perubahan-perubahan, kejadian atau peristiwa dalam kenyataan di sekitar kita.

Sejarah berarti imu yang bertugas menyelidiki perubahan-perubahan kejadian dan peristiwa dalam kenyataan di sekitar kita.

Sedangkan berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, sejarah merupakan “kejadian dan paristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau”

Peninggalan Sejarah di Dago Pakar

Nenek moyang orang Sunda telah menghuni dataran tinggi sejak 2 juta tahun silam. Salah satu tempat mereka bermukim adalah areal di masa kini berdiri SD Inpres dan Bukit Kordon Ciburial (Dago Pakar). Memang hal tersebut sulit dibayangkan, tetapi begitulah adanya menurut penelusuran ilmiah.

Menurut penelitian, daerah-daerah di Bandung Utara hingga timur laut kaya akan tinggalan prasejarah, khususnya artefak. Keberadaan situs itu (khususnya di Bukit Kordon) pertama kali diketahui pada permulaan Abad XX oleh Dinas Pertambangan Pemerintah Hindia Belanda. Sementara itu, sudi dan publikasi pertama dilakukan Von Keogniswald (1935) melalui Tijdschrift voor Indische Taal, and Volkenkunde, dan kemudian dilanjutkan oleh seorang birokrat asal Swiss, Rothpletz (1951) melalui Sudsee Studien, Basel Museum fur Volkerkunde.

R.P. Koesoemadinata menyatakan bahwa sepanjang bentangan utara-timur laut Bandung itu terdapat situs-situs yang berasal dari zaman Mikrolitikum, zaman Neolitikum, zaman perunggu, zaman besi, bahkan peninggalan abad ke-11 hingga 18. Rothpletz merinci, setidaknya terdapat 30 situs di sepanjang daerah tersebut.

R.P. Koesoemadinata pun menyatakan, berdasarkan penelitian mutakhir yang dilakukan Dam (1994) dan Sunardi (1996), diketahui bahwa permulaan “permukiman purba” di bentangan utara-timur laut itu terjadi setelah terbentuknya Gunung Sunda Purba, yakni kira-kira 1,2 juta tahun yang lalu. Itu pun sebelum terjadinya “paroxisma” ledakan Gunung Tangkuban Parahu sekitar 50.000 tahun lalu yang mengubur utara-barat laut Bandung. Daerah timur laut tak luput dari bencana tersebut karena memang berupa dataran tinggi. Dengan demikian, situs-situs dapat ditemukan. Menurut Rothpletz, Dago Pakar merupakan salah satu lokasi yang paling kaya akan jumlah dan jenis artefak. Tak hanya berasal dsari satu masa. Jenis-jenis artefak di Bukit Kordon dapat mengungkapkan prasejarah Bandung dari zaman Paleolitikum hingga abad ke-18.

Alasan Penamaan Dago Pakar
Ditemukannya berbagai jenis batu obsidian di daerah Dago Pakar pada zaman penjajahan Jepang arkeolog Swiss Dr.W. Rothpletz mengadakan penelitian di sekitar Pakar. Ia menemukan banyak artefak yang membuktikan adanya kehidupan manusia purba di daerah itu. Untuk menandainya maka dibuat sebuah tugu triangulasi yang kemudian disebut Pilar Kadaster KQ 380.

Maka tidak mengherankan kalau lantas daerah tersebut disebut Dago Pakar. Nama Pakar diduga berasal dari kata “pakarangan” yang berarti perkakas, menurut Dr. W. Rothpletz daerah Dago Pakar merupakan bengkel dan secara keilmuan merupakan daerah permukiman. Sedangkan menurut T. Bachtiar nama “Dago” berasal dari tempat mengaso manusia zaman dahulu, setelah menuruni lereng dataran tinggi sebelum mencapai tepi danau. Ada istilah “tekuk lereng” daerah di antara lereng yang biasa jati tempat bertemu manusia.

Uraian Berdasarkan Judul
Judul penulisan karya ilmiah ini adalah Saatnya Kita Kenali Gua Pakar artinya sudah saatnya kita mengetahui banyak asal usul penamaan suatu tempat, sejarah dan kisah suatu tempat.

Isi
Menurut hasil wawancara dan hasil observasi ke Taman Hutan Ir. H. Juanda atau yang lebih dikenal dengan sebutan Dago Pakar, di sana sangat terlihat kondisi alam yang kurang terawat sehingga wajar saja jika benda-benda bersejarah yang ada di sana lebih cepat musnah. Selain itu, kurangnya pemahaman penduduk sekitar akan pentingnya melestarikan sejarah yang ada di sekitarnya.

Saat penulis bertanya tentang asal mula penamaan Dago Pakar kepada penduduk sekitar banyak dari mereka yang kurang mengetahuinya. Yang mereka ketahui hanyalah di sana terdapat dua buah gua peninggalan Belanda dan Jepang.

Nuansa rimba pun masih sangat terasa di sana. Selain itu, kondisi geografis yang masih alami dan ditumbuhi pohon-pohon besar serta ditinggali hewan-hewan liar. Ditambah kepercayaan akan adanya hawa mistik di sana. Hal tersebut mengakibatkan Dago Pakar terkesan menyeramkan. Padahal menurut pendapat penduduk di sana hawa mistik yan ada di sana bukanlah kendala kita untuk mempelajari dan melestarikan peninggalan sejarah.

Kurangnya kerjasama antara pihak pemerintah dan penduduk sekitar mengakibatkan tidak terjalinnya kerjasama yang begitu baik.

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan
Daerah Bandung secara geologis sudah dikenal sejak ahli-ahli geologi dan pertambangan Belanda datang ke Bandung ada awal abad ke-20. T. Bachtiar dan Dewi Syafriani, keduanya adalah geografer, yang mempunyai perhatian yang besar terhadap bentuk alam di Bandung dan sekitarnya, dan sangat mengkhawatirkan akan kelestariannya. Kekhawatiran akan rusaknya situs-situs prasejarah seperti yang terjadi di situs Dago Pakar tugu Triangulasi KQ-380. Apalagi sekarang ini telah tersingkapnya kerangka meringkuk manusia Pawon yang menjadikan Gua Pawon sebagai yang pertama dan satu-satunya hingga saat ini di Jawa Barat dan Banten sebagai situs gua hunian prasejarah. Situs Gua Pawon yang dikelilingi bukit-buit batu gamping atau batu kapur yang digempur Backhoe dan dinamit memancarkan gelombang kekhawatiran baru bahwa situs ini pun akan musnah sama seperti Dago Pakar.

R.P. Koesoemadinata menyatakan bahwa sepanjang bentangan utara-timur laut Bandung itu, terdapat situs-situs yang berasal dari zaman Mikrolitikum, zaman Neolitikum, zaman perunggu, zaman besi, bahkan peninggalan abad ke-11 hingga 18. Rothpletz merinci setidaknya terdapat 30 situs di speanjang daerah tersebut.

R.P.Koesoemadinata pun menyatakan berdasarkan penelitian mutakhir yang dilakukan Dam (1994) dan Sunardi (1996) diketahui bahwa permulaan “permukiman purba” di bentangan utara-timur laut itu terjadi setelah terbentuknya Gunung Sunda Purba, yakni kira-kira 1,2 juta tahun alu. Itupun sebelum terjadi “Paroxisma” ledakan Gunung Tangkuban Parahu sekitar 50.000 tahun lalu yangmengubur utara-barat laut Bandung.Daerah Timur laut luput dari bencana tersebut karena memang berupa dataran tinggi. Dengan demikian, situs-situs dapat ditemukan.

Menurut Rothpletz Dago Pakar merupakan salah satu lokasi yang kaya akan jumlah dan jenis artefak. Tak hanya berasal dari satu masa, jenis-jenis artefak di Bukit Kordon dapat mengungkapkan prasejarah Bandung dari zaman paleolitikum hingga abad ke-18.

Selain itu di sana ditemukan pula berbagai jenis batu obsidian. Maka tridak mengherankan kalau lantas daerah tersebut disebut Dago Pakar. Nama “Pakar” diduga berasal dari kata “pakarangan” yang berarti perkakas.Menurut Dr. W. Rothpletz daerah Dago Pakar merupakan “bengkel” dan secara keilmuan merupakan daerah pemukiman. Sedangkan menurut T. Bachtiar nama “Dago” berasal dari tempat mengaso manusia zaman dahulu setelah menuruni lereng dataran tinggi sebelum mencapai tepi danau. Ada istilah “tekuk lereng” dataran di antara lereng yang biasa menjadi tempat bertemu manusia.

Saran
Alangkah lebih baik jika pemerintah dan para arkeolog lebih melindungi dan melestarikan lokasi-lokasi bersejarah agar tidak ada lagi perusakan dan pemusnahan lokasi-lokasi bersejarah. Selain itu, pemerintah dan arkeolog sebaiknya lebih terbuka dalam mengungkap sejarah serta lebih melibatkan penduduk sekitar di dalamnya karena bagaimana pun juga kalau bukan kita siapa lagi yang akan merawat sejarah nusantara.

Daftar Pustaka
Ali, Moh. Penganar Ilmu Sejarah Indonesia

Bachtiar, T. dan Dewi Syafriani (2004), Bandung Purba, Lindungi Pusaka Bumi Bandung, Masyarakat Geografi Indonesia (MGI)

Brahmantyo, Budi, Menghuni Dataran Tinggi Bandung Sejak 2 Juta Tahun Silam Moyang Ki Sunda Bermukim di Dago Pakar.

Depdikbud (1991), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.

Poerwadarminta, W.J.S. (1991), Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Roby (2005, 27 September), Awalnya Sebuah Danau, Pikiran Rakyat: Halaman 17.

Internet.

Sumber Lainnya

Photo :http://1.bp.blogspot.com
____________

Sumber :
Makalah disampaikan pada “Lomba dan Diskusi Penulisan Sejarah Lokal” yang diselenggarakan oleh Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung