Museum Gula Klaten


Museum Gula didirikan atas prakarsa Gubernur Jawa Tengah pada waktu itu (Bapak Soepardjo Roestam) dan segera ditindaklanjuti oleh Direktur Utama PTP XV-XVI pada waktu itu (Bapak Ir. Waryatmo). Museum ini diresmikan pada tanggal 11 September 1982 oleh Bapak Soepardjo Roestam untuk menyambut diadakannya Kongres International Society of Sugar Cane Technologists (ISSCT) XIX yang anggotanya terdiri dari para ahli gula sedunia di Pasuruan, Jawa Timur 22 Agustus 1986.

Museum ini menempati salah satu bangunan bekas tempat tinggal yang berada di kompleks Pabrik Gula Gondang Baru, Jogonalan, Klaten. Koleksi yang dimiliki terdiri dari peralatan untuk menanam tebu sampai dengan peralatan pengolahan tebu menjadi gula pasir seperti: peralatan tanam tebu tradisional, macam-macam bibit dan penyakit tanaman tebu, alat-alat perawatan tanaman tebu, alat-alat pengolah tebu menjadi gula pasir, miniatur pabrik gula, alat-alat administrasi pada pabrik gula, sarana pengangkut tebu, dan sebagainya. Museum ini juga dilengkapi dengan perpustakaan, mushola, ruang pertemuan, dan cafe kecil untuk bersantai.

Di ruang berikutnya, kita dapat menyaksikan maket pabrik gula Baturaja, Kabupaten OKU, Sumatera Selatan. Masih di ruang yang sama, dipajang koleksi yang berhubungan dengan proses produksi gula, sejak dari masa penanaman hingga pembuatan gula. Tak hanya alat pertanian yang digunakan dalam bercocok tanam tebu, bahkan sejumlah hama pengganggu tanaman juga dipajang.

Selain itu ada mesin-mesin yang digunakan di sebuah pabrik gula (manual-modern) dan alat laboratorium. Terlebih lagi di ruang berikutnya. Beberapa koleksi di ruang ini mungkin dapat membangkitkan kenangan masa kecil. Sebab disana dipamerkan berbagai jenis perangkat kerja seperti mesin ketik, mesin hitung, juga alat hitung manual yang semuanya terlihat antik. Beberapa diantaranya dibuat tahun 1900-an.

Di sebelahnya, dipajang meja kerja berikut beberapa peralatan kerja, foto-foto kepala pabrik gula, dari pejabat pertama hingga terkini. Disana juga ada sepasang topi dan tongkat yang digunakan Pak Sinder (istilah/jabatan untuk supervisor perkebunan). Topi dan tongkat ini mungkin mengingatkan kita pada kakek, atau orang tua teman yang kebetulan memiliki jabatan serupa. Saat ini, asesoris kostum tersebut kerap dipakai dalam film/sinetron ber-setting zaman kolonial.

Beberapa koleksi dipajang diluar bangunan. Dekat dengan pintu masuk, ada alat pembuat gula dengan sistem manual. Menurut petugas museum yang menemani TC saat berkunjung ke Museum Gula baru-baru ini, gula yang dihasilkan dari alat tradisional tersebut secara fisik mirip gula merah (gula Jawa) tapi bahannya dari tebu.

Tak kalah menariknya, adalah koleksi yang ada di sebelah kiri bangunan museum. Disana ada Simbah (lokomotif kuno) yang menurut MURI dibuat Backer dan Rubb Prada Nederland tahun 1889. Tapi menurut Bimo, di loko tersebut tak ada catatan tahun pembuatannya.

Museum Gula masih punya koleksi lain yang tak kalah menarik. Ada loko buatan Jerman produksi tahun 1901, pedati (semacam gerobak yang digerakkan dengan sapi/kerbau), yang digunakan sebagai pengangkut tebu dari ladang ke pabrik, dan alat transportasi untuk inspeksi di perkebunan.

Saksi Kejayaan
Sekitar lebih dari tiga setengah abad bangsa Indonesia dijajah kolonial Belanda. Sekitar itu pula beragam kekayaan bumi khatulistiwa ini dieksploitasi. Salah satunya tebu yang dapat diolah menjadi gula (disamping produk lain seperti vetsin, minuman dll).

Tak heran, pada pertengahan abad XIX, di Indonesia (sebagai salah satu wilayah Hindia Belanda) hanyak didirikan industri gula. Tidak tanggung-tanggung, Belanda menerapkan teknologi paling canggih yang dimilikinya, hingga Indonesia menjadi produsen gula terbesar di dunia kala itu.

Bukti banyaknya pabrik gula di Indonesia ada di berbagai kota, bahkan masih beroperasi hingga kini. Beberapa diantaranya Pabrik Gula (PG) Madu Kismo (Yogyakarta), PG Tasik Madu (Karanganyar, Jawa Tengah), PG Pangka (Tegal, Jawa Tengah), dan tentu saja Pabrik Gula Gondang Baru yang ada di Jl. Raya Yogya-Solo, Dustin Gondawinangun, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah ini. Yang disebut terakhir sudah ada sejak tahun 1860.

Kejayaan industri gula Nusantara masih berlangsung sampai tahun 1925. Namun berhenti oleh imbas depresi ekonomi dunia seputar tahun 1930. Sebelum akhirnya PG-PG tersebut dapat beroperasi lagi, setelah krisis.

Pada era kemerdekaan, industri gula diambil alih rakyat Indonesia. Sayang, berbagai hantaman terus menerpa industri ini. Mulai dari masalah dana, lahan tebu yang semakin berkurang, peralatan produksi yang semakin tua, bahkan melimpahnya gula impor. Kejayaan industri gula pun seolah kian surut.

Namun berkat era kejayaan industri gula itu pula, museum gula di didirikan di Indonesia. Pendirian museum juga dalam rangka menyongsong kongres gula sedunia ke-19, tahun 1986 di Jakarta dan akan digunakan sebagai tempat penelitian dan kunjungan ilmiah.

Kekaguman tak hanya dirasakan oleh para peserta kongres. Bahkan turis asing yang berdatangan hingga kini. "Rata-rata mereka berasal dari Belanda, ada yang ingin nostalgia, ada yang ingin melihat seperti apa jejak kejayaan industri gula di Indonesia pada masa lalu, bahkan mencari keluarganya. Yang paling berkesan tentu kalau mereka bisa bertemu," jelas Bimo mengisahkan para pengunjung museum asal Belanda.

Lokasi Museum
d/a. Pabrik Gula Gondang Baru
Jalan Raya Jogja - Solo Km. 25, Klaten - Jawa Tengah
Telp. (072) 322328 Fax.

pl_museumgula

Transportasi
Jarak tempuh dari Bandar udara : 20 Km
Jarak tempuh dari Pelabuhan Laut : 150 Km
Jarak tempuh dari Terminal Bus : 7 Km
Jarak tempuh dari Stasiun KA : 5 Km

Jadwal Kunjung
Senin - Kamis : Pk. 08.00 - 13.30 Wib
Jum'at : Pk. 08.00 - 11.00 Wib
Sabtu : Pk. 08.00 - 12.30 Wib

Harga Karcis Masuk
a. Dewasa : Rp 3.500,-
b. Anak-anak : Rp 3.500,-

Fasilitas
Luas Tanah / Luas Bangunan : 3.289 m2 / 452 m2
- Ruang Pameran Tetap
- Ruang Auditorium
- Ruang Perpustakaan
- Kantin/Cafetaria
- Toilet

Organisasi
Jumlah Pegawai 3 orang
Tenaga Fungsional : 1 orang
Tenaga Administrasi : 1 orang
Cleaning Service : 1 orang

Program Museum
Pameran Bersama BARAHMUS JATENG

Sumber :
http://www.museumronggowarsito.org
http://cybertravel.cbn.net.id
http://www.museum-indonesia.net
Photo : http://cyberwoman.cbn.net.id