Dua Goa Bersejarah di Bandung
Begitu banyak peninggalan bersejarah di berbagai daerah di tanah air kita, Indonesia. Sebagian dari peninggalan itu berkaitan dengan rangkaian perjuangan para pendahulu bangsa kita mempertahankan tanah airnya. Sebagian dari peniggalan tersebut dapat kita lihat di museum-museum sejarah de beberapa kota di nusantara. Selain benda-benda bersejarah di gedung penyimpanan tersebut, kita juga dapat menyaksikan peninggalan lainnya berbentuk gedung, bangunan tua, benteng, dan lain-lain, yang tersebar di hampir seluruh daerah di negeri ini.
Salah satu peninggalan tua bersejarah yang menjadi fokus perjalanan wisata sejarah kali ini adalah dua buah goa yang terdapat di Kota Kembang, Bandung, kota tua yang sering dijuluki ”Paris Van Java”. Goa-goa ini terletak di Bandung Utara, peninggalan dari jaman penjajahan. Kedua goa itu adalah Goa Jepang dan Goa Belanda. Kedua goa ini uniknya berada di dalam satu kawasan, yakni di Taman Hutan Raya (TAHURA) Ir. H. Juanda.
Goa Jepang
Goa pertama yang kami sambangi adalah Goa Jepang. Di goa ini terdapat empat lorong untuk masuk, dimana konon katanya lorong ke dua dan ketiga sebagai lorong jebakan. Kami pun penasaran seperti apa keadaan di dalam gua itu? Untuk kebutuhan penerangan di saat memasuki lorong pertama kami menyewa dua buah senter. Lembab, gelap dan dingin adalah kesan awal yang langsung menerpa saat mulai melangkah ke dalam goa yang dibangun pada tahun 1942 silam.
Lorong yang panjang serta berliku memang cukup membingungkan. Perlahan kami berjalan melewati jalan berbatu-batu serta dinding tanah. Dahulu goa ini dijadikan sebagai tempat pertahanan tentara Jepang. Selain itu, di sini terdapat beberapa gundukan tanah yang lebih tinggi dari permukaan yang dijadikan sebagai tempat istirahat/tidur para tentara yang dikenal juga dengan nama Tentara Dai Nippon. Setelah melewati persimpangan demi persimpangan, kami keluar melalui mulut goa yang berukuran lebih besar. Di lorong ini dahulu difungsikan untuk tempat parkir dan keluar-masuk kendaraan perang.
Memang sebelum Pemerintah Sipil Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada Tentara Jepang, goa ini dibangun sendiri oleh mereka (Jepang). Namun setelah Belanda menyerah, pembangunan goa diteruskan oleh orang-orang pribumi melalui kerja paksa atau dikenal dengan ”Romusha”.
Goa Belanda
Hanya berjarak sekitar 500 meter dari Goa Jepang, kita akan menjumpai goa lainnya, yaitu Goa Belanda. Goa ini berumur lebih tua dari Goa Jepang, karena dibangun pada tahun 1918. Awalnya goa yang berukuran lebih besar dari goa pertama ini dibangun untuk dijadikan terowongan PLTA Bengkok. Namun, ketika akhirnya pecah perang dunia ke-2 yang melibatkan Belanda bersama tentara Sekutu pimpinan Amerika Serikat, maka goa ini berubah fungsi menjadi Pusat Stasiun Radio Telekomunikasi Militer Hindia Belanda dan sebagai gudang senjata serta amunisi.
Berbeda dengan Goa Jepang, Goa Belanda lebih baik karena sudah direnovasi dan terawat dengan baik. Dindingnya sudah menggunakan semen. Di dalam goa ini terdapat beberapa ruangan, ruang pertama yang kami temui adalah kamar untuk tidur bagi tentara Belanda. Selanjutnya adalah ruangan untuk interogasi para tahanan, berjalan beberapa menit kita akan tiba di sebuah ruangan yang digunakan sebagai penjara. Sebenarnya, selama dalam perjalan kami melihat di bagian atap gua terdapat bekas instalasi penerangan/lampu, akan tetapi semuanya telah tidak berfungsi dengan baik. Jika diberikan penerangan justru hilang daya tariknya. Selain itu, di goa ini juga masih terdapat bekas rel roli yang digunakan untuk segala macam pengangkutan.
Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda
Taman Hutan Raya (TAHURA) Ir. H. Juanda merupakan Taman hutan Raya pertama di Indonesia, yang diresmikan pada tanggal 14 Januari 1985 oleh Presiden (Alm) Soeharto bertepatan dengan tanggal kelahiran Ir. H. Juanda. Awalnya dikenal sebagai Kawasan Hutan Lindung Gunung Pulosari dan Taman Wisata Curug dago. Saat ini TAHURA dikelola oleh Balai Pengelolaan Taman Hutan Raya.
Lokasi TAHURA Ir. H. Juanda terletak di tengah-tengah wilayah Bandung yang merupakan kawasan pelestarian alam yang tersisa, yang juga berfungsi sebagai paru-paru kota Bandung. Jarak yang ditempuh hanya 5 km dari Pusat Pemerintahan (gedung sate)
Dua goa yang telah diceritakan di atas adalah saksi sejarah betapa sengsaranya rakyat Indonesia diperlakukan oleh penjajah pada saat itu. Hanya dengan menggunakan alat yang sangat minim bisa tercipta dua buah goa yang hingga saat ini masih tetap berdiri dan menggambarkan seperti apa perjuang mereka untuk merebut kembali Tanah Air Indonesia. Banyak korban yang berjatuhan pada saat itu, dan goa-goa inilah yang mengingatkan kita kembali untuk terus berusaha meneruskan perjuangan mereka, mewujudkan Indonesia yang benar-benar Merdeka...!!. Saat ini, musuh kita bukanlah Jepang dan Belanda lagi melainkan bangsa kita sendiri, diri kita sendiri. Dengan modal semangat kejuangan para pendahulu yang telah mampu membuat goa-goa spektakuler itu, kita bangun Indonesia, mengembalikannya menjadi tanah air yang subur, bangsa yang sejahtera, tentram dan damai, jauh dari kemiskinan dan keterpurukan.
Objek-objek wisata yang ada di TAHURA
Curug Dago & Batu Prasasti Kerajaan thailand
- Kolam PLTA Benkok
- Monument Ir. H. Juanda & gedung Informasi TAHURA
- Taman bermain
- Goa Jepang
- Goa Belanda
- Curug Lalay
- Curug Omas Maribaya
- Panorama AlamTaman Hutan Raya
- Joging Track ke Maribaya
- Patahan Lembang
Tips
Persiapkan kondisi anda dalam keadaan fit jika ingin berwisata disini, karena hawa yang cukup dingin serta jarak objek wisata satu dengan objek wisata lain yang ada di TAHURA cukup jauh.
- Mintalah brosur/katalog untuk membantu perjalanan anda selama berwisata di kantor pengelola
- Diharapkan bawalah senter dari rumah atau penerangan lainnya.
- Untuk satu kali penyewaan senter Rp 3000 dan jika ingin dipandu anda hanya membayar seikhlasnya loh......! (tapi, jangan terlalu kecil ngasihnya ya, karena selama dalam perjalan menelusuri gua pemandu menceritakan tentang goa tersebut).
Photo : http://wisataku.herrytunggala.com