Adat Istiadat Tepung Tawar dalam Masyarakat Melayu Serdang

Oleh : Tuanku Luckman Sinar Basharshah II

Tepung tawar dalam masyarakat Melayu Serdang mempunyai makna yang sangat luas. Karena tepung tawar dilakukan bukan hanya di kala senang tetapi di kala susah juga dilakukan tepung tawar, sehingga makna tepung tawar yang sesungguhnya adalah rasa terima kasih dan syukur kepada Yang Maha Kuasa. Di bawah ini Tuanku Lckman Sinar Basharshah –II selaku Pemangku Adat Kesultanan Serdang menuliskan tentang tepung tawar bagi masyarakat Melayu Serdang, di mana adat istiadat tepung tawar ini masih tetap lestari hingga sekarang namun banyak yang tidak memahaminya.

Ramuan Sirih (Tepak Sirih/Puan) :
Dalam masyarakat Melayu Serdang, sirih dengan perlengkapannya merupakan suguhan yang paling utama.Tepak sirih berisi daun sirih, kacu, gambir, pinang dibelah, kapur dan tembakau adalah suguhan utama baik dalam menyambut tamu, makanan sehari-hari maupun dalam upacara adat.

Tepung Tawar
Demikian juga tepung tawar adalah salah satu kebiasaan adat dan tidak pernah ditinggalkan dalam upacara adat Melayu Serdang. Tepung tawar dilakukan pada adat perkawinan, khitan, upah-upah atau jemput semangat bagi orang yang luput dari mara bahaya, mendapat rezeki atau sebagai rasa syukur.

Ramuan Penabur
Bahan-bahan tepung tawar diletakkan di atas pahar (dulang tinggi) dan tempat terpisah-pisah seperti beras putih, beras kuning, bertih (padi digoreng), bunga rampai, dan tepung beras. Semua ini mempunyai makna yakni beras putih berarti lambang kesuburan,beras kuning berarti suatu kemajuan yang baik,bunga rampai bermakna keharuman nama dan tepung beras memiliki arti kebersihan hati.

Ramuan Perincis
Ramuan perincis untuk tepung tawar terdiri dari semangkuk air, segenggam beras putih dicampur jeruk purut (limau mungkur) diiris-iris. Juga satu ikat bahan tepung tawar terdiri dari 7 macam bahan yakni: daun kalinjuhang (lambang tenaga magis kekuatan ghaib), daun pepulut atau pulutan (lambang kekekalan sesuai sifatnya yang lengket),daun ganada rusa (lambang perisai gangguan alam), daun jejeruan (lambang kelanjutan hidup sebab sukar dicabut), daun sepenuh(lambang rezeki), daun sedingin (lambang menyejukkan, ketenangan, kesehatan), rumput sambau dan akarnya (lambang pertahanan karena akarnya sukar dicabut).

Pedupaan
Dalam acara tepung tawar juga disediakan pedupaan (dupa) tempat kemenyan atau setanggi dibakar yang tujuannya untuk wewangian saja.

Cara Menepung Tawar
Orang yang hendak ditepungtawar biasanya didudukkan pada tempat khusus semacam puadai. Di atas kedua pahanya diletakkan kain panjang untuk menjaga kemungkinan tidak kotor atau basah oleh air tepung tawar. Lalu, si penepung tawar mengambil sedikit-sedikit bahan-bahan tepung tawar. Setelah itu diambil ikatan daun tepung tawar dan dicelupkan ke air tepung tawar dan disapukan di telapak tangan. Setelah itu, orang yang ditepungtawari (jika lebih muda) mengangkat kedua tangannya (menyembah) kepada yang menepung tawari. Tetapi jika yang ditepungtawari orang lebih tua atau berpangakat, makan yang menepungtawari yang mengangkat tangan sebagai tanda penghormatan atau terimakasih. Jumlah orang yang menepung tawar biasanya 7 orang dan jika tidak ada yang berpangkat didahulukan orang yang tertua untuk melakukan pertamakali.

Balai
Balai dinamakan juga pulut balai bagi masyarakat Melayu sangat penting. Keberadaannya dalam setiap upacara adat tidak bisa ditinggalkan dan menjadi kehormatan dan kebanggaan bagi yang menerima atau memberi balai. Balai dibuat dari kayu berkaki empat dan tingkatnya ada yang 3 atau 7 dan setiap tingkat berisi pulut kuning sebagai lambang kesuburan dan kemuliaan. Pada tingkat paling atas dari balai biasanya diletakkan panggang ayam sebagai lambang pengorbanan atau pun inti (kelapa parut dimasak dengan gula aren). Setiap tingkat dari balai tersebut diletakkan telur dibungkus kertas minyak yang sudah dihias dan bertangkai lidi, kemudian dipacakkan ke pulut balai.

Setelah itu balai diletakkan di tengah-tengah majelis sehingga memperindah pemandangan. Biasanya jika acara seremonial seperti perkawinan, bunga telur dibagi-bagi kepada undang yang hadir, bisanya peserta marhaban jika acara itu memanggil kelompok marhanam. Demikianlah sekelumit adat istiadat tepung tawar Melayu Serdang yang masih tetap dilestarikan hingga sekarang.

Tuanku Luckman Sinar Basharshah II, adalah Pemangku Adat Kesultanan Serdang.

Sumber : Waspada Online